05: Pernikahan

63 14 5
                                    

ELDOR menggenggam tanganmu erat, senyum misterius menghiasi wajah tampannya. Kamu berusaha menarik tanganmu, berusaha melepaskan diri dari genggamannya, namun kekuatannya tak sebanding denganmu.

“Lepaskan aku!” jeritmu panik. “Aku tidak ingin menikah denganmu! Aku bahkan tidak mengenalmu!”

Tatapan Eledor tetap tenang, namun ada kilatan amarah di balik mata birunya yang tajam. “Tidak, [Nama]. Kamu tidak bisa menolak. Ramalan kuno telah menetapkan bahwa kamu adalah pengantinku. Kamu tak bisa lari dari takdirmu.”

Kamu menggelengkan kepalamu berkali-kali, mencoba untuk melawan rasa takut yang menjalar di tubuhmu. “Aku tidak percaya pada ramalan itu! Fasik! Aku tidak mau menikah denganmu!”

Eledor melangkah lebih dekat, membuatmu semakin terpojok. “Takdir tidak peduli dengan apa yang kamu inginkan, [Nama]. Di dunia ini, kehendak Fae adalah hukum. Dan aku telah memilihmu sebagai pengantinku. Kamu tidak punya pilihan lain.”

Lelaki gila! batinmu.

Sebelum kamu sempat berteriak atau melarikan diri, Eledor dengan mudah mengangkat tubuhmu, menggendongmu masuk ke dalam sebuah kuil megah yang dipenuhi lukisan kuno di dinding dan langit-langitnya. Di tengah altar, berdiri sebuah patung yang diyakini adalah Dewi para Fae.

Di depan altar yang dihiasi bunga dan lilin, beberapa Fae lainnya berdiri, tampak seolah telah menunggu kehadiran kalian.

“Kita akan menikah sekarang,” kata Eledor dengan suara tegas seraya membawamu menuju altar.

“Tidak! Aku tidak mau!” jeritmu lagi, tetapi Eledor tidak mendengarkan. “Ini bukan keinginanku! Aku tidak mencintaimu!”

“Kamu akan belajar mencintaiku,” jawab Eledor dengan tenang namun tegas.“Waktu akan membuatmu mengerti bahwa kamu adalah milikku, dan aku akan melindungi serta mencintaimu selamanya.”

Kamu berusaha mundur, namun Eledor menggenggam tanganmu lebih erat. “Prosesi ini harus dilakukan, [Nama]. Aku tidak akan membiarkanmu pergi.”

Prosesi pernikahan dimulai, para Fae di sekitar kalian melantunkan doa-doa dalam bahasa kuno, suara mereka terdengar indah dan megah, namun bagimu, suara itu lebih menyerupai belenggu yang mengikat kebebasanmu.

Ketika akhirnya kamu sampai di altar, Eledor menatapmu dengan intens, seolah mencoba meyakinkanmu bahwa apa yang terjadi adalah untuk kebaikanmu. Dia menggenggam tangan kananmu, dan dengan sihirnya, sebuah cincin perak indah muncul di jari manismu.

Eledor mulai mengucapkan janji suci pernikahan, “Dengan cincin ini, aku mengikat kita dalam pernikahan abadi, yang tak akan pernah terputus oleh waktu atau ruang.”

Kamu tidak lagi mampu melawan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kamu tidak lagi mampu melawan. Air mata mengalir di pipimu saat kamu menyadari bahwa nasibmu telah terkunci dalam ikatan yang tak bisa kamu ubah.

“Sekarang, kamu adalah milikku, [Nama]. Untuk selamanya,” bisik Eledor dengan nada lembut  sebelum memberikan ciuman singkat di bibir, menandai awal dari kehidupan barumu yang terikat oleh takdir yang telah ditetapkan.

***

Sour Life 「Original Fiction 」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang