7.// SIUMAN

398 45 11
                                    

Sore ini langit sudah dipindahkan ke ruang inap keluarga gista dan anggota inti thunder wolves juga ada di ruangan itu.kini mereka sedang sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing.

Sedangkan gista ia duduk di samping brankar langit dengan mengenggam tangannya.

" eugh " terdengar suara lenguhan dari langit sontak semua nya yang ada disana menghentikan aktifvitas mereka masing-masing.

Gista juga terkejut ia melepas genggamannya dari tangan langit " langit! lo udah sadar! " ujarnya.

Langit mengangguk pelan badannya remuk ia tak bisa bergerak sekarang apalagi perutnya yang ditusuki pisau tadi membuatnya meringis kesakitan.

" Lo jangan bangun dulu luka lo belum kering " lanjutnya.

Ketujuh anggota thunder wolves mendekat ke brankar langit, gista mundur kebelakang untuk memberi ruang anggota thunder wolves.

" lang kita pulang dulu mau urus markas tadi ada yang sempat buat hancurin markas " ujar angga diangguki keenam temannya.

Langit mengangguk sebagai jawapan dan tersenyum tipis, bahkan tipis tidak ada yang menyadarinya karna mulutnya ditutupi bantuan pernafasan.

Kesemua anggota inti thunder wolves keluar dari ruangan inap VVIP langit, langit menghembuskan nafasnya pelan.

" lang lo gapapa " ujar gista khawatir.

Langit mengerutkan keningnya " kenapa lo khawatir? " goda langit.

Seketika itu gista memasangkan wajahnya datar ia membuang wajahnya ke arah lain " siapa juga yang khawatir " ujarnya.

Langit hanya berdehem singkat lalu memejamkan matanya seperti nya ia merasakan sakit di bahagian perutnya.
Lantas gista melihat itu wajahnya cemas.

" Lo kenapa lang " ujar gista melihat perubahan wajah langit.

Langit membuka matanya " gak " ujarnya singkat.

" sayang, langit bunda ke kantin dulu ya mau beli makan untuk kamu sama langit " ujar rachel menatap gista dan langit secara bergantian.

Gista mengangguk " iya bunda " ujarnya tersenyum gemas " ohya bun ayah mana " lanjutnya.

" Ayah masih di kantor malam ini baru kesini,kalo begitu bunda pamit kasian loh langit laper" ujar rachel lalu melenggang pergi menuju ke kantin rs.

Selepas kepergian rachel ke kantin kini tinggal kedua remaja yang berbeda gender di dalam ruangan inap itu, tidak ada yang memulai pembicaraan hanya alat elektrogen yang berbunyi.

Fyi : gak tau guys alat apaan tuh, yang pastinya yg kyk tv itu loh yg disamping pasien sll.

Sehingga gista memulai pembicaraan untuk memecah keheningan.

" Aiden siapa lang? " tanya gista.

" Musuh " ujar langit menatap kosong ke tembok.

" Kok lo punya musuh sih! Makanya gausah pake geng geng segala buat lo bahaya, apalagi gua ! " cerocos gista.

Langit menghembuskan nafasnya gusar
" tenang aja gua pasti lindungi lo " ujarnya.

" Emang iya? " tanya gista ingin membuat langit marah.

Langit berdehem singkat tanpa berbicara.

Gista berdecak kesal oleh langit karna menjawab menggunakan deheman " langit lo makan nih! " ujar gista sambari menyodorkan sepiring buah apel yang sedari tadi dikupas oleh nya.

" Perlu? " ujar langit,dingin.

" Iya lah! Supaya lo cepet sembuh, gua juga ogah jagain lo disini " cerosos gista.

Langit menatap gista datar , sehingga gista yang merasa ditatap melirik sekilas gista mengedik ngeri melihat langit yang menatap nya datar.

" Gua gak perlu dijaga juga gapapa, gua udah gede bisa jaga diri sendiri kalo ini bukan karna nyokap gua, gua gak mau tinggal di rumah lo apalagi gua udah nyusahin bunda rachel sama ayah tama " ujar langit panjang lebar, gista kaget mendengar perkataan yang dilontarkan oleh langit panjang lebar.

Gista menunduk merasa bersalah " maaf " cicitnya.

" Jangan nunduk mahkota lo ntar jatuh " ujar langit mengangkat dagu gista dengan lembut.

Gista mendongakkan kepalanya ke arah langit " gua minta maaf " ujarnya.

" Gapapa " ujar langit dengan wajah datarnya.

" Gapapa kok mukanya gitu " gista cemberut, melihat itu langit ingin tertawa namun diurungkan nya.

Langit terkekeh "Gapapa gista " ujarnya lagi membelai lembut pipi gista

" Lang nanti beliin gua es krim ya " ujar gista mengelus punggung tangan langit memberi kehangatan " tapi setelah lo sembuh " lanjutnya sumringah.

" Iya iya ah "






















Bersambung......

DIA LANGIT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang