CHAPTER 3

122 52 16
                                    

Ulangan Matematika telah berlangsung. Louisa dengan fokus membaca satu per satu soal yang sudah terbaris rapi di atas kertas putih. Pena hitam yang tercapit di antara dua jarinya terus berketuk di atas meja seraya berpikir. Matanya melirik ke kanan dan ke kiri secara perlahan ketika otaknya sudah mulai panas.

Dengan hati-hati ia menoleh ke belakang, tempat di mana Claire duduk. Dia memberi kode dengan ekspresi wajahnya kepada Claire. Lalu keempat jarinya terangkat, berharap Claire memahaminya. Namun Claire hanya menggeleng, menandakan dia tidak tahu jawabannya.

Louisa merasa jengkel mengetahui itu, karena banyak sekali soal-soal yang berbeda dari materi yang ia pelajari semalam, dan itu membuatnya sangat frustasi. Setelah itu dia pun memutuskan untuk mengedepankan kembali pandangannya lalu menopang kepalanya. Dia benar-benar merasa pening dengan cobaan ini.

Di tengah-tengah rasa frustasinya, Louisa melirik ke arah jendela ketika seorang laki-laki berjalan melewati kelasnya yang dipimpin oleh guru perempuan. Matanya membelalak, laki-laki itu sama sekali tidak asing di matanya. Dia pernah bertemu dengannya, tapi di mana?

Kepalanya ikut berputar mengikuti perginya laki-laki itu. Sampai Claire yang dibelakangnya pun merasa heran sekaligus bingung.

"Liat apa?" bisik Claire sangat pelan.

"Itu...," ujar Louisa seraya menunjuk ke arah perginya laki-laki itu.

Dengan cepat Claire menoleh ke belakang, namun ia tak melihat apapun selain para siswa yang tengah mengerjakan soal-soal ulangan.

"Apa?" tanya Claire kebingungan.

Dalam hati Louisa berkata, ah mungkin saja itu hanya ilusi yang diakibatkan oleh rasa pusingku.

"Lupakan," kata Louisa seraya mengingat-ingat kejadian tadi. Dia pun kembali mengedepankan badannya dan memutuskan untuk menyelesaikan sisa soal ulangannya.

✴️✴️✴️

Di meja makan, anggota keluarga Morelly nampak tengah berkumpul. Mereka semua dengan nikmat menyantap hidangan yang telah tersajikan. Mulai dari perdagingan sampai sayuran-sayuran ada di sana.

Keluarga Morelly terbilang cukup harmonis dan cemara. Tak pernah ada media yang membicarakan buruk tentang mereka. Keharmonisan keluarga Morelly justru selalu dijadikan contoh dan inspirasi bagi semua orang. Kebahagiaan yang selalu menyelimuti rumah tangga mereka membuat banyak orang cemburu, dan berharap memiliki keluarga seperti itu.

Namun, tak semuanya yang diperlihatkan oleh media itu benar. Banyak tipu daya yang diperbuat hanya untuk menarik banyak hati penggemar. Dan mereka tak pernah tahu bagaimana kehidupan keluarga Morelly yang sesungguhnya. Kehidupan yang dijalankan saat kamera mati. Seperti saat ini, mereka hanya diam tak bergeming. Membiarkan ruangan seluas ini hanya diisi dengan keheningan.

Kedua mata seorang perempuan yang tengah duduk diantara mereka mengerling, menatap kedua orang tuanya secara bergantian. Dengan mulut yang masih mengunyah, dia sedikit merasakan adanya perubahan diantara ayah dan bundanya. Karena tak seperti biasanya, mereka diam-diaman seperti sekarang ini. Lalu dia berdehem dengan keras, membuat seluruhnya melirik perempuan itu secara kompak.

"Ada apa denganmu, Kamari?" Seorang wanita paruh baya bertanya kepada Kamari. Kamari merupakan anak ketiga dari pasangan Elysia Morelly dan Kethan Morelly.

"Kenapa Raynald tak pernah makan bersama dengan kita?" Kamari bertanya. Membuat seluruh penghuni ruang makan menghentikan aktivitasnya. "Bagaimana pun juga Raynald adalah adikku. Rasanya kurang lengkap jika dia tidak ada."

"Kamari!"

Perempuan itu tersentak lalu menoleh ke arah Kethan.

"Apa yang sudah papah katakan sebelumnya?" Dengan wajah datar namun menyeramkan, Kethan bertanya.

Cinta Pertama Louisa [PROSES TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang