6. Perbekalan

437 64 7
                                    

Aku up sekarang takut lupaa



_______

"Ini adalah item yang berguna. Ada prajurit operasi khusus yang aku sebar di wilayah ini. Mereka bertugas dalam menara pengawas. Jika sesuatu yang buruk terjadi di luar sana, gunakan ini, mereka akan datang tepat waktu." Yang Mulia Kedua David menyerahkan cincin permata yang dibuat secara khusus. Ketika cincin itu digosok akan secara otomatis memancarkan sinyal yang akan terkirimkan ke menara pengawas.

Menara pengawas dibangun oleh David ratusan tahun lalu, hal ini untuk mengawasi roda pemerintahan di wilayah-wilayah yang sulit terjangkau oleh tangan Raja. Selain itu untuk meminimalisir adanya masalah seperti bandit maupun imigran yang membuat masalah di wilayahnya. Namun di sisi lain, menara pengawas juga bisa melindungi Rendi yang akan keluar udah di istana.

"Cincin batu akik kayak gini njir," gumam Rendi ya masih dapat didengar oleh David. Pria dewasa itu mengerutkan kening belum mengangkat dagu sang pangeran mahkota dengan raut wajah serius.

"Dengarkan ucapanku atau lupakan impianmu untuk keluar istana," ancam David yang membuat Rendi menatapnya penuh dendam.

"Iye-iye. Bawel amat sumpah. Gua nih cuman keluar istana doang, bukan ke neraka njir."

Ucapan Rendi itu adalah awal dari kesunyian yang terjadi di aula besar istana keluarga Kerajaan. Semua anggota kerajaan yang memiliki marga Lacosta itu terdiam, dengan manik yang tertuju pada objek yang sama, Rendi. Ditatap dengan dingin oleh seluruh keluarganya membuat Rendi meremang.

Entah mengapa keluarga Lacosta ini tidak ada yang memperebutkan tahta kerajaan seperti yang di novel-novel klasik paviliun perpustakaan. Justru mereka malah saling tolak menolak terhadap tahta, sama seperti Rendi. Bukan saja mereka tidak berdebat tentang tahta dan kekuasaan, namun mereka bahkan kompak sekali untuk mengintimidasinya.

"Sudah diputuskan bahwa Rendi tidak jadi keluar istana." Sang Raja yang saat ini tidak menggunakan pakaian formal itu mengucapkan kalimat menurut Rendi Kramat dengan mudah. Sementara anggota keluarga yang lain menggangguki, hanya Rendi sendiri yang berdiri dan berteriak tidak setuju.

"Gak bisa!" pekiknya refleks yang membuat seluruh pandangan kembali terpusat padanya. Melihat hal itu membuat Rendi tersadar dan kembali memasang wajah kalem.

"Bukan gitu, kan Pakdhe ini Raja. Ucapannya dipertanggungjawabkan, masa iya Raja nggak bisa megang kata-katanya," kata Rendi yang membuat Daniel mengangkat salah satu alisnya sebelum mengedikkan bahu acuh sebagai balasan.

"Aku Raja, tidak ada yang tidak bisa aku lakukan."

Rendi paham dengan ancaman yang bisa jadi kenyataan kapanpun. Oleh sebab itu, pangeran mendekati Ayahandanya. Memasang wajah polos dengan mata puppy eyes. Bergelantungan di tangan kokoh sang Raja seperti primata.

"Ayahanda adalah yang paling ganteng. Raja yang baik, Ayah yang baik, pemimpin yang baik--"

"Diam!"

Rendi terdiam, melihat tidak adanya perubahan di wajah sang Ayahanda membuat Rendi putus asa. Pria muda itu menghela napas.

Bruk

Sebelum tubuh pemuda itu tiba-tiba tidak sadarkan diri di atas lantai. Mata indah anak itu terpejam erat.

"Dek!" Suara gadis muda itu terdengar berteriak. Cloe--salah satu anak kembar David tampak mendekat dengan khawatir. Namun yang membuat gadis itu bingung adalah tidak ada salah satupun keluarganya yang bergerak. Hal ini membuat Cloe bingung sekaligus curiga.

"K-kenapa kalian---"

Pertanyaan yang akan dilontarkan Cloe terhenti ketika ia mendengar suara dengkuran halus di bawahnya. Dengan perlahan Cloe menurunkan manik mata cantiknya, mencari ke asal suara. Yang ternyata berasal dari sosok di bawahnya. Itu, suara dengkuran Rendi.

Call Me KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang