4. Pengadilan

346 80 11
                                    

Kemaren aku gak update bukan karena disengaja. Aseli lah lupaaa akuu






______





Setiap kerajaan memiliki waktu untuk melaksanakan tugas atau yang dinamakan pengadilan. Raja Daniel menggunakan jubah kebesarannya yang biasa digunakan ketika bertugas. Ruangan besar tersebut berisi banyak orang, dengan Daniel yang duduk di atas singgasana. Sementara para menteri dan pejabat yang bertugas duduk di kursi di bawah singgasana.

Aura wibawa seorang raja yang dipenuhi martabat itu membuat para menteri tidak berani menatap langsung ke atas hingga sana. Daniel benar-benar sosok yang dipuja oleh rakyatnya, dan menjadi tauladan bagi para pejabat di istana. Tapi yang tidak diketahui oleh rakyat dan para pejabat adalah bahwa segala macam tindakan Daniel dan strategi yang dibuat raja tersebut adalah melalui perundingan bersama anggota keluarga Kerajaan.

"Bangun bendungan di wilayah itu, menteri Hendrick bertugas mengawasi jalannya pembangunan tersebut, dan wajib melaporkan progresnya setiap seminggu sekali. Dan untuk Menteri pendapatan, berikan dana sesuai yang dibutuhkan kepada jenderal Maleo untuk pembersihan pada peralatan perang dan produksi baru senjata untuk prajurit kavaleri garis depan."

Ketika sang raja sudah berbicara, maka tidak ada yang berani menentangnya ataupun mengeluarkan ketidaksetujuan. Karena bagaimanapun juga, selama ini sang raja mengambil keputusan yang membawa kemakmuran dan kedamaian di dalam daerah mereka. Tentu saja keputusan raja dan perintahnya tidak ada yang berani menentang.

"Ada lagi?" tanya sang Raja.

Perdana menteri yang duduk tepat di kursi kiri sang Raja bangkit dengan hormat.

"Hormat kepada Yang Mulia. Ada satu permasalahan lagi. Namun akan langsung disampaikan oleh yang bersangkutan," katanya yang membuat sang raja langsung menoleh kearahnya.

"Baiklah, lalu biarkan dia masuk." Ketika telah mendapatkan persetujuan dari sang raja, perdana menteri tersebut dapat diam dan berpikir. Hal ini membuat ruangan menjadi sunyi, terlebih lagi sang raja yang tampak agak tidak puas dengan kesunyian tersebut. Beberapa menteri langsung mendesak perdana menteri untuk berbicara. Perdana menteri tersebut tanpa ragu-ragu namun akhirnya berbicara dengan nada yang jauh lebih sopan.

"Yang bersangkutan dalam permasalahan ini agak istimewa Yang Mulia."

"Hm?"

Mendengar deman penasaran dari sang Mulia, buat rasa gugup perdana menteri tersebut semakin besar. Entah bagaimana perdana menteri terjebak dalam permasalahan ini, yang membuatnya merasa maju pun mati mundur pun mati.

"I-itu Sang Pangeran Mahkota," katanya dengan nada terbata-bata.

Satu ruangan yang penuh oleh pejabat dan orang-orang penting tersebut terdengar sangat sunyi ketika perdana menteri selesai mengucapkan sebuah nama. Hal tersebut karena mereka tegang melihat ekspresi sang raja tampak sedikit bermasalah. Sementara di atas singgasana sang raja menghela nafas panjang, menahan diri untuk memijat dahinya yang pusing.

"Lalu biarkan dia masuk," kata sang Raja membuat perdana menteri sedikit menghela nafas lega. Karena bagaimanapun juga, setiap sang pangeran memasuki wilayah pengadilan, maka akan ada kerusuhan.

Ketika perintah tersebut tersampaikan, pintu pengadilan yang memiliki bobot puluhan kilogram dengan desain ukiran klasik yang tampak indah, dihiasi cat emas yang menyatu dengan warna hitam terbuka lebar-lebar. Sang pangeran masuk dengan senyuman cerah di wajahnya, diikuti oleh dua pengawal yang berjaga di belakangnya. Ketika kakinya menapak di karpet merah ruang pengadilan, menteri yang duduk di sisi-sisinya mengusap keringat yang tiba-tiba jatuh di dahi mereka.

Call Me KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang