Bab 2 Penyergapan di Club

22 1 0
                                    

Pov Haikal

Aku memakirkan motor bergegas turun dari motor berjalan masuk ke dalam cafe. Mendorong pintu berjalan ke arah meja yang sudah di tempatkan sahabatku.

"Udah pesan minum?" tanyaku melihat menu di atas meja menampilkan berbagai macam minuman jenis kopi.

"Belum kita nungguin lo," celetuk Jerry, menganggukkan kepala "Sorry gua tadi telat, mama gua lagi kangen ngumpul."

"Gapapa kal, kangen masakan mama Haikal." Sambung Jerry "Tinggal main aja kerumah, kalau mama gua ga sibuk." Jawabku.

Sedang serunya mengobrol tiba-tiba pintu cafe di tutup, orang-orang di cafe berseru dan bertanya-tanya, aku yang melihatnya bingung sambil memperhatikan kedepan. Suasana cafe menjadi gelap, terlihat beberapa mobil dan motor di sebrang cafe yang terdapat club.

Terdengar suara sepatu diluar seperti berpencar, aku terus memerhatikan diluar yang minim pencahayaan beberapa toko juga tutup dan semua lampu menjadi padam hanya lampu jalan yang menyala.

"Ada apa?" Tanya Harsa, Aku mengangkat kedua bahu tanda tak tau apa yang terjadi di luar sana. Yang aku lihat ada mobil hitam dan motor hitam di susul mobil ambulance, tidak tau apa yang terjadi tiba-tiba terdengar suara tembakan dan suara teriakan menyakitkan.

"Apaan itu woy, takut gua." Tanya Janu, setelah mendengar suara di luar, "Gua ga bisa lihat njir, pantasan diluar lampunya padam cuman lampu jalan hidup," seru Justin masih menatap ke arah luar.

Aku yang masih memerhatikan ke arah luar, mataku menangkap sosok memakai baju merah menyala dan menampilkan punggung putih mulus terbuka yang berdiri di tiang lampu sambil mengisap rokok.

Sesaat kepalanya menoleh ke arah cafe, "Theo?" Celetukku, Robert yang mendengarnya langsung menepuk bahuku, "Kal, bukan waktunya buat ingat type lo," aku menggelengkan kepala buru-buru membantahnya "Itu beneran Bert." Tegas ku.

Ada pria yang menghampirinya, aku tidak tau apa yang jelas ia berjalan bersama pria itu kearah mobil. Ingin rasanya menghampirinya tapi karena suasana tidak memungkinkan aku menahannya, tidak lama kemudian aku melihat penampilannya berubah dari memakai baju dress sekarang memakai baju hitam dengan pistol di tangannya.

Mengecek peluru di dalam pistol setelah mengeceknya ia mengokang pistol, meletakan pistol di pinggangnya mengambil kembali pistol di dalam mobil, mengeceknya dan mengokang pistol setelahnya mengisap rokok yang sedari tadi berada di bibirnya menghembuskan asap rokok keluar dari mulutnya. Suara pukulan dan geraman terjadilah baku tembak.

"Kalau tau kejadiannya gini mending kita dirumah aja," ucap Justin setelah mendengar suara di luar yang makin tegang.

"Ga ada yang tau kalau kejadiannya kaya gini," celetukku, masih menatap kearah luar.

"Gua ngerti sekarang kenapa semua lampu padam," seru Jerry "Karena ga ada media yang tau." Sambung Jerry.

"Eh, kok larinya kearah sini," seru Farrel, mendengar seruan Farrel aku menatap kedepan suara tembakan terdengar di susul suara teriakan kesakitan. Darah menempel di kaca cafe suara teriakan orang di dalam terdengar.

"Beneran cewek lo Kal," ucap Harsa, "Masih calon," jawabku menatap Theo yang ada di depan cafe, Theo memukul pria yang baru saja di tembaknya, aku melihat pria itu mengeluarkan pisaunya "AWAS!" Teriakku tanpa sadar naas kejadian begitu cepat pisau itu menusuk perut Theo, aku melihatnya reflek berdiri "Tenang Kal," Justin menahan aku untuk berlari keluar.

"Lo teriak tadi percuma diluar bahaya Kal." Kata Justin mendengarnya aku mengacak rambut frustasi sambil menatap kedepan. Disana banyak orang tapi kenapa tidak ada yang menolongnya? Batinku frustasi menatap Theo khawatir.

S.W.E.E.T || On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang