Bab 11: Pertunjukan Wayang

22 3 5
                                    

Tandai typo!

Cheisya duduk di halte bus, matanya mengamati sekeliling

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cheisya duduk di halte bus, matanya mengamati sekeliling. Tanpa disengaja, dia melihat seseorang yang dikenalnya berada di warung yang terletak di sebrang sekolah, ke kiri sedikit. Punggung orang tersebut menghadap ke arah kaca warung, sehingga Cheisya dapat melihat aktivitas di dalam warung dengan jelas.

"Itu, Bumi, kan? Kenapa dia ada si sana?" gumam Cheisya, memicingkan matanya saat memperhatikan sosok yang tak terlihat wajahnya. "Sama siapa dia?" selidiknya dengan rasa penasaran, mencoba memahami kehadiran Bumi di warung tersebut.

Dengan mata yang terus memperhatikan, Cheisya melihat Bumi dan seorang laki-laki keluar dari warung. Keduanya tampak membawa kantung plastik hitam, siap menyeberangi jalan raya yang terletak di seberang tempat Cheisya duduk.

"Orang di sebelah Bumi, bukan anak asrama juga, ya?" ucap Cheisya pelan, sambil terus memantau pergerakan Bumi dari halte bus. Mereka berdua berjalan ke arah sebuah gang kecil yang menuju ke asrama. "Mungkin Bumi juga masuk asrama, ya? Lihat saja, akhir-akhir ini dia sering terlihat bersama mereka." Cheisya mengangguk, mencoba menyambungkan dan memahami kehadiran Bumi di sekitar anggota asrama sekolah.

Tidak lama kemudian, bus yang ditunggu Cheisya tiba, dan dengan cepat ia naik ke bus tersebut, duduk di samping jendela. Dengan kepala menoleh ke luar jendela, Cheisya melihat ke arah gang-yang pagi tadi ia lewati saat masuk sekolah- menuju ke asrama. Dengan jelas, ia dapat melihat punggung Bumi yang semakin menjauh seiring dengan perjalanan bus yang melaju. Sembari bus melaju, Cheisya terus memperhatikan pemandangan di luar jendela, membiarkan pikirannya melayang mengikuti jejak Bumi yang menjauh.

Cheisya membuka ponselnya dan mulai mengetik sesuatu di diary digitalnya. Senyum tipis terukir di ujung bibirnya, mencerminkan kebahagiaan saat mengetik kata-kata yang bermakna baginya. Wajahnya tersenyum manis, mengisyaratkan bahwa momen ini adalah salah satu yang ia hargai dalam hari yang berlalu.

•••🌷•••

Malam telah datang, membawa udara yang sejuk dan dingin. Angin sepoi-sepoi menerpa dengan lembut, membuat daun-daun bergoyang pelan di bawah cahaya remang-remang bulan. Suasana malam yang tenang dan sunyi, hanya terdengar suara desir angin dan hembusan daun yang mengiringi langkah-langkah orang yang berlalu di malam yang sunyi.

Di dalam rumah, cahaya lampu kecil menyala lembut, menciptakan suasana hangat dan nyaman. Aroma harum dari masakan yang sedang disiapkan menguar di udara, melengkapi kesegaran malam yang memikat. Di tengah udara yang sejuk, Cheisya dan neneknya sibuk memasak bersama, penuh kebersamaan dan kehangatan dalam setiap gerakan mereka di dapur yang terang benderang.

"Nduk, Nenek ke depan dulu, ya," kata Nenek sembari meletakkan lap kain di kitchen set. "Nanti kalau sopnya udah mateng, taruh di atas meja." Cheisya mengangguk sebagai jawabannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Unrequited LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang