Tandai typo!
Di ruang laboratorium komputer penuh dengan siswa-siswi X TKJ 1 yang tengah berkumpul. Masing-masing dari mereka duduk dengan tenang, mata mereka fokus dan tertuju pada layar proyektor di depan mereka yang menampilkan seseorang sedang memperlihatkan proses membongkar sebuah PC.
Atmosfer ruangan begitu hening dan sunyi, hingga suara dari speaker monitor terdengar sangat nyaring dan jelas, memenuhi sisi ruangan dengan suara yang menarik perhatian semua siswa. Meskipun keheningan yang ada, kehadiran siswa-siswa ini memberikan aura kebersamaan dan semangat belajar yang terasa di ruangan tersebut. Suasana yang tenang namun sarat dengan antusiasme belajar membawa energi positif ke dalam ruangan laboratorium komputer tersebut.
"Setelah apa yang baru saja kita tonton, sudah paham belum?" tanya mas Yudha setelah mematikan layar monitornya. "Karena pertemuan kali ini teori bongkar PC-Nya berkelompok, jadi saya akan buat kelompoknya, ya," lanjutnya Guru muda itu menulis satu persatu nama anak kelas di papan tulis untuk di bagi kelompok.
Cheisya yang duduk di depan bersama kedua temannya sembari menatap fokus ke papan tulis. Wajah yang tadinya lesu karena bosan melihat seseorang membongkar PC dari layar monitor, kini terlihat kaget saat melihat namanya yang di tulis setelah nama Bumi. Artinya dia sekelompok dengannya.
"Sekelompok sama Bumi?"
"Kalian bisa langsung bergabung ke kelompok masing-masing, ya. Pilih salah satu PC yang ada di bawah meja. Nanti kalau selesai di bongkar, pasang lagi PC-nya. Itu untuk melatih kalian agar mudah paham di mana tata letak alat-alat yang ada di dalam PC," terang mas Yudha, membuat semua siswa-siswi X TKJ 1 bergabung ke kelompok masing-masing. Cheisya, Alea, dan Fahira bergabung ke kelompok masing-masing.
Cheisya berjalan pelan ke arah kelompoknya, di sana juga ada Bumi yang sedang menatap PC yang sudah di buka. Cheisya tersenyum canggung ke kelompoknya, sekedar untuk bertukar sapa. Satu kelompok terdiri dari enam orang, empat perempuan dan dua laki-laki.
Di dalam hatinya ia merasa senang, malu, dan canggung secara bersamaan. Senang karena bisa sekelompok dengan Bumi. Malu karena kejadian kemarin. Dan canggung karena Cheisya belum saling kenal dengan teman kelompoknya.
"Hai!"
Kepala Cheisya menoleh, melihat perempuan yang tersenyum manis ke arahnya. Seketika Cheisya juga ikut tersenyum membalas senyumannya, dirinya mengangguk.
"Kamu udah tau, kan? Nama kita siapa? Dulu pas MPLS kita ketemu, tapi belum kenalan," kekeh perempuan itu dengan menutup mulutnya.
"Ah, iya. Aku juga tau, kamu Nabila, kan?" Perempuan itu mengangguk menjawab omongan Cheisya. "Betul sekali!" jawab Nabila.
"Kamu juga pasti tau aku!" sahut perempuan di sebelahnya yang bername tag Mutia F. T. Cheisya mendengarnya pun mengangguk, mengartikan bahwa dirinya paham.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unrequited Love
Novela JuvenilCheisya Valerie Anggraena, rela menerima tawaran sang ayah untuk merantau demi menempuh pendidikan menengah kejuruannya di kota lain. Tapi siapa sangka jika dirinya malah mencintai teman sekelasnya yang pendiem seperti kutub selatan?