Bab 6: Buku Paket

85 47 23
                                    

Tandai typo!

Tandai typo!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bumi." Tanpa sadar Cheisya bergumam menyebutkan nama seseorang itu.

"Maksud kamu?" Hal itu membuat Alea langsung menatapnya seketika.Cheisya langsung tersadar dan menatap kedua temannya yang menatapnya dengan tatapan santai, tapi tatapan itu membuat Cheisya gugup karena kepergok liat seseorang.

"Kamu ngomong apa tadi, Chei? Kecil banget suaranya," pungkas Fahira menatap Cheisya yang terlihat gugup.

"H—hah? E—emang aku bicara apa?" tanya Cheisya diakhiri kekehan canggung.

Alea mendecak. "Kita lagi bicara, tapi kamu malah natap ke arah lain. Kita penasaran, siapa yang lagi kamu lihat?" tanyanya sembari menatap Cheisya. Hal itu Cheisya di buat cengengesan sembari meminum es tehnya untuk menutupi rasa kegugupannya.

"Aku gak ngomong apa-apa, kok, kalian mungkin salah denger," kekeh Cheisya setelah meminum es tehnya.

Alea menaikkan salah satu alisnya, merasa tidak puas dengan jawaban yang di lontarkan oleh Cheisya. "Bener kamu?"

Cheisya mengangguk, membuat kedua temannya itu percaya-percaya saja. Cheisya menghela napas lega karena keduanya tidak mau memperpanjang pertanyaannya.

"Oh ya aku mau tau, alasan kalian masuk sini karena apa?" tanya Cheisya. Menatap mereka satu-persatu.

Siapa sih yang gak mau masuk ke SMK Magaraskar, terkenal dengan fasilitasnya yang lumayan dan terlihat elegan. Banyak siswa-siswi dari berbagai daerah ingin masuk ke sekolah tersebut, di tambah lagi dengan fasilitas asrama yang tak kalah luasnya. Fyi. Memang sekolah ini memiliki asrama untuk siswa-siswi yang rumahnya jauh dari sekolah, bukan hanya anak SMK saja, tetapi anak SMP maupun SD. Terlebih lagi, jarak ke ketiga sekolah tersebut terbilang cukup dekat atau tetanggaan.

Namun, sayangnya Cheisya hanya mendengar dari beberapa anak asrama bahwa asramanya tak kalah jauh dengan sekolah.

Alea berpikir sebentar, ia lantas menjawab, "Aku ikut sepupuku, dia juga sekelas sama kita."

"Kalo aku tau dari temen," sahut Fahira.

Cheisya mangut-mangut oleh jawaban mereka. "Sepupu kamu, siapa?"

"Althan."

"Lah? Yang ketua kelas kita?" Alea mengangguk mendengar perkataan Cheisya. Lagi-lagi Cheisya mangut-mangut, cukup terkejut.

"Kamu kenapa gak masuk asrama aja? Padahal deket dari sekolah."

"Heum ... Aku pengennya di rumah nenek, sih." Cheisya menyengir menjawab pertanyaan dari Alea. "Eh, tadi pas kita mau ke sini, aku liat gedung sebelah, kayak belum jadi. Itu mau di buat apa?" Keduanya menggeleng. Cheisya menghembuskan napasnya, ia jadi penasaran bangunan sekolah di sebrang tadi belum seperti sedang membangun ruangan. Tapi entah ruangan apa itu.

"Padahal mereka yang sekolah lebih lama dari aku," gumam Cheisya mengalihkan pandangannya ke lapangan basket dari jendela kantin.

"Udah yuk, ke kelas lagi," ajak Alea yang sudah bangkit dari duduknya. Diikuti oleh Fahira yang masih fokus ke benda pipih di tangannya.

Unrequited LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang