Mammillaria Berduri Putih

29 3 5
                                    

Cerita ini hanya fiktif belaka,
Jangan pernah meniru semua adegan tak bermoral di cerita ini.

Happy reading...
.
.
.

Mawar hitam melayu dalam vas yang sudah retak

Kelopaknya terjatuh lemah berserakan

Hanya abu yang memnjadi teman sepinya

Aku mengerti kau tak akan bahagia denganku

Karena itu kutinggalkan setangkai dandelion untuk salam perpisahan

Aku termenung di tengah koridor yang agak sepi, membaca ulang bait puisi yang kutulis di atas secarik kertas.

Lalu kuremas kertas itu dan segera memasukkan nya kedalam tempat sampah. Puisi adalah goresan pena untuk menggambarkan sesuatu yang berharga, hal ini sudah tak berharga lagi. Cukup, aku tak mau menyiksa batinku lagi.

"Kecewa?"

Suara itu membuatku sedikit tersentak, aku segera menoleh lalu berdiri dan sedikit membungkuk untuk menunjukkan sedikit rasa hormat.

"Apa kau membenciku Hayah?"

Aku terdiam sejenak dengan wajah datarku dan memandangnya secara seksama.

"Aku tidak memiliki alasan untuk membencimu Miss Reha."

Munafik. Sejatinya bukan hanya rasa benci yang kurasakan, tapi ahh.... sudahlah, melihatnya saja membuatku sangat muak.

"Arash sudah memberi tahu semuanya."

Wanita itu menghembuskan nafas panjang, lalu mengukir seulas senyum, bibir tipis dengan gigi taring sebelah yang gingsul, dan lesung pipit yang tertancap pada wajahnya, tak lupa rambut panjang bergelombang berwarna hitam legam, pantas saja Arash sangat tergila-gila terhadap wanita ini. Pahatan sempurna bagi seorang wanita.

"Aku sedikit heran bagaimana dosen dengan murid dapat menjalin hubungan asmara." Tawanya

Aku menghembuskan nafas kasar, sedikit tersenyum sinis dan melenggang pergi.

•••••

Tempat parkir adalah pilihanku untuk menyendiri, sepi dari riuhnya gemrisik masalah dunia, dan tak ada satu pun manusia menyebalkan yang akan menggangguku di sini.

Pandanganku menyapu seluruh area parkir, lamat-lamat ku pandang sepinya tempat ini, lalu kukeluarkan kotak kecil dari dalam tas, mengambil satu gulungan Putung rokok dari dalamya, mematiknya lalu menghisapnya perlahan, menghembuskan-nya secara kasar.

Asap dari mulut ku mengepul menutupi ruang pandangku, aroma tembakau dan biji cengkeh memenuhi rongga mulut, sedikit ketenangan menjalar pada sekujur tubuh.

Tak lama mobil sedan Audi A6 putih melintas, pengendaranya lalu turun dan lewat di depanku, dengan putung rokok masih menyala di kedua jariku kutatap dia dengan pandangan tajam, dia membalas pandanganku dengan tak kalah tajamnya.

"Sekarang aku mengerti kenapa Arash meninggalkan mu, apa kau tak malu dengan hijab mu!?" Cecar laki-laki itu.

"Huh... "

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HayahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang