Senja di Ankara

145 14 10
                                    

Disini author menyampaikan ilmu dengan sumber dan tidak mengada-ada, kalau tidak berkenan silahkan di skip, jangan ada perdebatan di sini

Mungkin chapter awal-awal masih aman ya...

Harap membaca sinopsis terlebih dahulu!!

Enjoy...

Happy reading

     Semburat jingga itu mulai terlihat di ufuk barat, matahari hendak menghilang sepenuhnya pertanda lembayung senja akan segera menghilang. Bus sore masih belum sampai. Sudah 45 menit aku berdiri di sini.

     Manusia berlalu lalang, hanya segelintir orang yang menunggu bus di halte. Sepertinya mereka lebih memilih menggunakan kereta bawah tanah. Toh jadwal bus kali ini memang terlambat karena kecelakaan di lajur kiri arah bus datang.

     Aku mencoba menyalakan ponselku yang mustahil bisa dinyalakan karena kehabisan daya.

    Sejenak kusandarkan punggungku di tiang halte, sibuk melihat kendaraan dan juga manusia yang berlalu lalang. Lebih tepatnya tidak ada kerjaan lain.

     Mataku terus menyorot ke penjuru kota, senja di Ankara memang indah. Gedung-gedung pencakar langit menjulang tajam membelah atmosfer, bangunan-bangunan yang masih meninggalkan kesan kuno dari masa lampau, menyeret banyak mata dunia untuk mengunjunginya.  Mataku terhenti pada toko bunga bernuansa serba tosca tersebut, mawar merah yang hampir menghitam atau Dark Crimson yang merenung sendiri di balik rak kaca itu mengingatkan ku pada hari dimana Arash memberikan nya kepadaku, ahh mungkin sekitar 6 bulan lalu.

     Kakiku mulai melangkah menuju toko bunga, mataku terus menyorot pada pot berisi Dark Crimson itu, kenangan itu, momen itu, aku sangat mengerti apa yang kau maksud Arash.

     Mataku menjelajah mencari Dark Crimson yang kulihat dari luar, kudapati dia bertengger sendiri di rak kaca atas yang dingin, sama seperti perasaan mu waktu itu bukan Arash? Sedikit ku tertawa getir ketika ingatan itu melesat cepat menyibak memoriku.

     "Apakah warnamu melambangkan deritamu?"

     Aku sedikit mengelus lembut kelopak bunga yang menghitam itu. Kalut dalam pilar masa lalu.

     "Apakah kau melihatnya karena sebuah kenangan?"

     Aku beranjak dari lamunanku, sedikit terpaku, seorang laki-laki berdiri di sampingku, dengan surai coklat tua, netra matanya indah dengan warna hazel, tingginya sekitar 189cm, aku terlihat kerdil di sampingnya secara aku hanya 155cm, kemeja corak catur dan tak lupa juga celemek khas pegawai toko bunga, ku pandangi kalung salib yang menggantung di lehernya berkilau terpapar semburat jingga matahari. Bulu di sekitar dagunya khas orang Eropa. Tampan, itulah kesan pertamaku.

     "Aku tidak melihatmu pekan kemarin, apa kau pegawai baru?"

     "Iya, apakah kau sering mengunjungi toko ini?"

      Aku mengangguk seraya bergumam "Hmmm."

     "Bagaimana kau tau aku memandanginya karena sebuah kenangan?"

HayahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang