-02-🦊

446 63 3
                                    

[maaf jika banyak kesalahan dalam penyebutan nama atau kata yang pengetikan nya salah, author sendiri langsung up setelah mengetik jadi hanya sempat satu kali untuk mengecek. Jadi mohon maaf sebesar-besarnya jika banyak kesalahan 🙏🏻🙏🏻]

🌷_____________🦊_____________🌷

.
.
.
.
\/

Di kamar Utama mansion, terlihat seorang pria
terbaring Tampa atasan dan terlihat di tangan kirinya sebuah tato naga. Perlahan mata pria itu terbuka dan menatap sekitar, nuansa kamar yang gelap membuatnya tidak melihat jelas dan di tambah kepalanya yang pusing membuatnya merasa frustasi. Orang itu adalah Rion, mungkin karena masih ada efek alkohol yang membuatnya merasa kepanasan dan gerah di saat bersamaan.

Tanpa sengaja mata Rion melihat ke arah balkon kamarnya, betapa terkejutnya dia saat melihat seseorang pria bersurai merah kini tengah berdiri menghadap arah luar balkon.
Air mata Rion tanpa aba-aba langsung menerobos keluar, Rion berdiri dan langsung berlari ke orang itu, walaupun kepalanya pusing dan tubuhnya lemas tapi ia tidak perduli.

Rion langsung mendekap orang itu ke pelukannya dan menangis sejadi-jadinya.

"Bahkan jika kau hanya ilusi, kumohon jangan tinggalkan aku lagi" suara bergetar dan nada ketakutan terdengar jelas dari Rion yang sudah sangat stres dengan pikirannya.

"Kumohon... kumohon...hiks" Rion semakin erat memeluk pria yang badannya lebih kecil darinya itu.

Tangan putih dan halus itu perlahan membalas pelukan Rion dan mengelus Surai ungu itu. Rion terdiam, ia masih tidak percaya apa yang ia rasakan.

"It's okay.." suara lembut dan hangat itu membuat Rion kembali meneteskan air matanya.

"...aku sepertinya sudah gila.." gumam Rion pelan

"Jika ku tahu efek mabuk akan seperti ini mungkin sejak dulu aku akan mabuk saja" Rion tertawa bahagia, Rion masih berpikir jika yang di depannya ini adalah halusinasinya karena mabuk.

Pria di pelukan Rion itu tersenyum kecil.
"Apa ilusi bisa sesempurna ini Rion?" Tanyanya pelan.

Rion menggeleng dan tertawa,
"Entahlah...kau sempurna bahkan jika hanya ilusi semata" perlahan tubuh Rion luruh dan hampir terjatuh jika bukan karena seseorang lain yang menahannya dari belakang.

"Papi jadi gila.." ucap gin yang menopang badan Rion.

Pria yang satu lagi hanya tersenyum.

...

Skip keesokan paginya_

Rion dengan tanpa aba-aba langsung bangun dan mendudukkan badannya. Namun tak lama ia langsung meringis karena merasa kepalanya teramat sakit. Perlahan ingat-ingat tentang tadi malam terlintas di benaknya, air mata Rion kembali keluar, Rion menangis dalam diam.

Dapat terdengar ada seseorang yang membuka pintu kamar itu dan masuk tanpa berkata apa-apa, Rion hanya acuh dan tetap menundukkan kepalanya. Sebuah elusan lembut mendarat di Surai ungu itu. Rion mendongak dan ia terdiam.

"Jangan nangis"

"C Caine?...it's you?"

Ya, pria bersurai merah dan wajah cantik itu adalah Caine. Caine tersenyum dan mengangguk menanggapi pertanyaan Rion.
Sementara Rion sendiri tercengang.

Sebelum Rion kembali bersuara ia sudah di kejutkan karena pintu kamarnya di tendang sampai terbuka oleh Gin. Gin masuk dengan senyuman tanpa dosa.

"Pagi papi, mami~" Gin mengecup singkat kening Surai merah itu sebelum beralih menatap Rion yang masih speechless.

"Napa Pih?" Gin menatap bingung.

"... gapapa" ucap Rion kago kemudian menggaruk punggung belakanganya agak canggung. Caine sendiri tertawa pelan melihat itu.

"Kamu gak happy kami balik?, " Caine

"...Ambil nyawaku jika aku tidak bahagia akan kehadiran kalian lagi" senyum tipis terpampang di wajah tegas Rion.

Skip_

1 Minggu kemudian.

Di ruang keluarga yang cukup besar dan mewah itu hanya ada tiga orang di sana yang tengah duduk untuk membahas sesuatu. Rion duduk di kursi singel sementara Caine duduk di sofa panjang dengan gin yang bersandar di bahunya.

"Jadi maksud mu mereka tidak sepenuhnya terpecah?" Rion

"Seharusnya begitu, aku sudah mencoba menghubungi beberapa dan mereka akan kembali kemari dalam waktu dekat ini" Caine sambil mengecek data yang ada di tabletnya.

" ...Apa kita perlu mengulangi.. sekali lagi?.. bagaimana jika hal yang sama terulang lagi...aku tida-" Rion

"It's okay Rion. Ku tahu kau tidak akan membiarkan hal itu terulang untuk kedua kalinya " Caine tersenyum manis.

Rion nampak terdiam dan menunduk, tak bisa ia pungkiri jika ia masih takut anak-anaknya terluka lagi karena masalah ini. Rion merasa selalu gagal menjadi ayah karena hal di masa lalu .

"Papi" Gin

"Oy? "Rion menatap gin yang masih setia di pundak sang mami .

" Minta duit" Gin

"Anj*ng lu ya , gue lagi serius ini" Rion seketika langsung kesal dengan anaknya itu. Sementara gin Hanya nyengir tanpa dosa.

"Perlu berapa Gin?"Caine mengeluarkan hp miliknya bersiap mentransfer uang.

"Heheh, gak kok mih," gin memeluk lengan kanan sang mami dengan senyuman jahilin, Caine menggeleng dan tersenyum tipis.

"Oh, hampir lupa... Ini" Caine tiba-tiba mengeluarkan notebook mini dari sakunya, ia menyerahkan itu ke Rion. Rion menerimanya dan melihat apa isi di dalam buku kecil itu.

Mata Rion nampak terkejut namun tak lama senyuman bangga dan senang terukir di wajahnya, bagaimana tidak jika ternyata buku kecil itu memiliki hampir seluruh daftar nama dari musuh-musuh mereka di masa lampau, dan semua nama yang tertulis di sana adalah nama-nama orang yang sudah tiada?.

Rion tersenyum tipis menatap Caine yang juga menatapnya dengan tatapan tenang namun cukup dingin. Ya Caine lah yang melenyapkan mereka semua. Setelah keluarga mereka terpencar dan tidak bisa di hubungi satu sama lain, Caine lah yang mati-matian mencari jejak anak-anaknya bahkan ia rela mengelilingi dunia untuk hal itu.

Jika di tanya kenapa hanya dia? Itu karena ia sendiri tau jika Rion yang merupakan kepala keluarga mereka, pada saat itu mengambil keputusan untuk menjadi tumbal sekaligus pengalih perhatian musuh agar tidak mengincar anggota keluarga yang lain. Dan ditambah dengan adanya rumor jika Seluruh anaknya dinyatakan tewas dan Rion yang langsung hancur dan terpuruk pada masa itu. Hanya caine yang tidak percaya dengan rumor itu dan tetap bertekad mencari mereka lagi.






















Amore sincero [Tnf] The MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang