6

374 55 11
                                    

"BANGUN!"

Perlahan eli bangun dari tidurnya tapi dia baru menyadari semalam ia tidur diatas lantai. Eli tertidur dilantai karena sewaktu gracio memarahi nya tadi malam, tiba-tiba saja kepala nya pusing dan pingsan.

Eli berharap ada orang yang masuk ke kamar nya dan memindahkan tubuhnya yang sudah lemah itu keatas ranjang. Tapi dia sadar posisinya dirumah ini tidak seberharga itu.

"Ma?" Eli memastikan bahwa sang mama yang masuk ke kamar nya

Shani hanya diam sambil melipatkan kedua tangannya dan tak lupa kedua matanya menatap tajam pada gadis buta di depannya.

"Kak eyi......" panggil freya yang berada dibelakang tubuh shani.

Saat itu juga cairan bening keluar begitu saja dari mata eli. Eli sangat merindukan adiknya itu dan setelah satu minggu lebih ia baru bisa mendengar suara freya dengan jelas.

"Fre.... Sini sayang.." ucap eli yang masih diam diatas lantai.

Freya berjalan pelan lalu sedikit berlari untuk memeluk tubuh kakak nya. Eli memeluk erat tubuh freya. Sangat erat bahkan.

"Kak eyii... Atit mam?." ucap freya saat merasakan suhu tubuh eli yang panas.

Shani yang mendengar itu langsung menarik paksa tubuh mungil freya agar menjauh dari eli.

"Ma... au... Kak... Eyi..." ucap freya lalu sedikit berontak saat shani menarik paksa tubuh nya.

"Fre jangan dekat-dekat dengan dia, nanti kamu tertular sakit gimana?" ucap shani lembut.

Eli hanya bisa diam sambil menangis saat shani menarik paksa adik bungsunya dari pelukan nya. Hati eli bak di tusuk 100 pisau dalam satu waktu saat mendengar ucapan sang mama yang seolah-olah eli adalah virus yang harus dijauhi.

"Kita ke papa aja ya?." usul shani dan dijawab anggukan kecil freya.

"Pengurus mu sebentar lagi akan datang dan suruh dia mengemasi barang-barang mu karena nanti siang aku dan papa mu akan membawa mu ke panti asuhan." ucap shani.

Shani pergi sambil mengendong tubuh mungil freya tapi mata freya masih setia menatap eli yang mulai terisak kuat.

Eli memukul lantai beberapa kali dengan tangan nya. Kenapa ini harus terjadi padanya? Kenapa mereka telah tidak bisa menerima kekurangan nya? Apa dia sangat membuat mereka malu karena kondisi nya?.

Tapi bagaimana pun eli tetap anak mereka dan tidak seharusnya mereka memperlakukan nya seperti itu.

Eli perlahan berusaha duduk diatas ranjang nya. Setelah duduk diatas ranjang nya, eli memegang kepala nya yang terasa sakit bahkan ia sempat memukul kepala nya beberapa
kali.

Sampai akhirnya pembantunya datang dan memberhentikan aksi eli yang memukul kepala nya sendiri.

Eli kembali menangis saat pembantu yang biasa ia panggil bibi itu memegang kedua tangannya. Bibi itu hanya bisa menatap sendu melihat kondisi eli yang sejak lahir ia lah yang merawat nya.

"Jangan sakiti diri sendiri seperti itu el" ucap bi yanti.

Eli tidak menanggapi ucapan bi yanti dan ia terus menangis tiada henti sampai akhirnya sesak nafas.

Eli mulai berhenti menangis saat nafasnya terasa sesak.

"Bi apa kau masih Disini?" tanya eli.

"Bi yanti masih tetap di sini el" jawab nya.

"Bi bisa minta tolong kemasi barang-barang ku?."

"mau pergi kemana ko di beresi?"

"Papa dan mama akan mengantar ku ke pantai asuhan nanti siang." ucap eli sambil menggigit bibir bawahnya.

"Jangan! Gimana kalo kamu tinggal sama bibi saja?"

"Eli tak mau merepotkan orang lagi bi dan mungkin panti asuhan adalah tempat terbaik untuk ku."

Bi yanti tidak mau memaksa eli karena dia tahu bahwa eli sangat tidak suka jika dipaksa. Saat memasukkan beberapa pakaian eli ke koper, dia terus meneteskan air mata nya.

Bi yanti menatap pada eli yang duduk diatas ranjang sambil menundukkan kepalanya dan terlihat jelas bahwa eli mencoba untuk menahan tangis nya.

"Tuhan apa yang kau siap kan untuk gadis ini sehingga berat sekali hidupnya?"-batin bi yanti





Jangan lupa vote dan komen!

Disclaimer ini cerita adaptasi dari cerita yang aku baca di tahun 2021
Jadi maaf kalo ada banyak kesamaan dalam hal penulisan

Atma yang LengkaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang