Lelah.

63 11 0
                                    


Risu terduduk sembari melihat gundukan tanah di depannya, hujan lebat turun dan menyamarkan suara tangisnya yang sangat kencang.

Tangannya meremas tanah yang basah karena air hujan dengan erat, sampai tubuhnya merasa lemas karena terlalu banyak menangis.

Air mata bercucuran, tetapi tersamarkan oleh hujan. Risu terduduk sembari menatap ke sekitar, berharap tak ada yang melihatnya.

Risu berdiri, pandangannya kabur karena hujan dan angin yang berhembus sangat kencang yang membuat Risu menggigil kedinginan.

Risu mulai berjalan meninggalkan gundukan tanah itu dengan perasaan hampa.

Hujan turun semakin lebat, untungnya saja Risu sudah sampai ke rumah. Ia langsung mandi dan berganti baju, lalu tidur untuk meluapkan emosinya.

"Gila, hidupku penuh dengan orang-orang yang dateng, terus pergi tiba-tiba. Sialan," gerutu Risu.

Risu menatap langit-langit dan sesekali melirik ke arah jendela melihat hujan, perasaan Risu semakin lama semakin tenang. Emosinya sudah mulai terkendalikan, lalu ia langsung tidur saja agar saat ia bangun hujan sudah reda dan ia bisa bermain keluar.

Dinginnya suhu pada saat itu membuat Risu menggigil, tetapi ia tetap mencoba untuk tidur. Angin mulai berhembus kencang ketika Risu hampir tertidur, itu membuat Risu terbangun lagi karena menggigil.

"Dingin banget, kira-kira Ollie gapapa, kan?" Risu bertanya-tanya.

"Aku harap Ollie gapapa..."

Risu pun menghiraukan dingin dan memilih untuk tidur saja, dan akhirnya Risu bisa tertidur dengan pulas.









Beberapa jam pun berlalu, hujan sudah mereda dan Risu terbangun dari tidurnya.

Risu mengambil telepon genggamnya dan melihat bahwa ada panggilan tak terjawab dari Ollie.

"Eh Ollie?"

Risu pun bergegas untuk menelepon balik Ollie, tapi ternyata Ollie hanya mencoba-coba saja menelepon Risu untuk memeriksa kalau jaringannya tetap berfungsi dengan baik.

Risu pun lega karena itu bukan hal yang penting menurutnya, tapi walaupun begitu, Risu tetap bersyukur karena Ollie tidak kenapa-kenapa.

Risu menghela nafas lega, ia langsung bergegas untuk menyiapkan makan malam.

Makan malam pun tiba, namun Moona dan Iofi tak ada di rumah. Risu sangat khawatir, biasanya mereka jam segini sudah marah-marah karena belum disajikan makanan.

"Kemana mereka?"

Risu pun mencoba menghubungi Moona dan Iofi, namun tak ada hasil. Moona dan Iofi tidak menjawab panggilan tersebut, Risu pun berpikir bahwa Moona dan Iofi sepertinya sudah makan di luar.

"Kalau memang sudah makan, ya sudahlah, masih syukur mereka masih inget buat makan."

Risu pun makan malam sendirian, walau ia sesekali mencoba menghubungi ke-dua adiknya walau sudah tahu kalau tidak akan pernah dijawab.

Setelah selesai makan malam, Risu langsung berberes rumah dan setelah semuanya selesai, Risu pun beristirahat.

Hari ini berjalan sangat damai, tidak ada yang ribut dan hari ini Risu tidak berantem dengan ke-dua adiknya.

Risu yang merasa bosan pun keluar rumah untuk mencari angin segar, tetapi bukannya mendapatkan angin segar, Riau malah mendapat cacian dan makian dari Ibunya dan suami barunya alias ayah tiri Risu.

Risu sangat sedih, Ayahnya baru saja tiada dan Ibunya tak peduli sama sekali. Bahkan Ibunya Risu mempunyai pacar baru yang tidak diketahui oleh Ayah tirinya. Sungguh bejat dan tak bermoral.

Tapi apa daya? Risu hanya bisa diam dan tutup mulut, jika tidak sepertinya Risu akan dipukuli habis-habisan oleh Ibunya.

Sebenarnya Risu ingin sekali mengakhiri hidupnya, namun masih ada Ollie yang mendukungnya.

"Lie, makasih untuk semuanya..."

———

TBC.

aduh aku dah lama ga up ya? malas plc

trs jg ini dikit banget yaa?? maaf🤗🤗




Derita anak sulung [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang