Maaf.

77 10 8
                                    


Risu menatap dirinya di depan cermin, merenungkan semua masalah dalam hidupnya. Air mata mulai mengalir dan membasahi pipinya.

Sungguh menyedihkan nasib Risu. Ia adalah gadis yang sangat ceria namun hidupnya penuh dengan masalah dan beban, tetapi Risu tetap kuat menghadapi semua masalah.

Risu mengusap air matanya dan keluar dari ruangan, setelah itu dirinya langsung disambut dengan tatapan jijik dari kedua adiknya.

Risu menundukkan kepalanya agar tidak melihat tatapan jijik dari kedua adiknya itu, tapi Risu salah, malah Risu tak sengaja menabrak Iofi. Itu membuat Iofi menangis dan membuat Moona marah.

"Berani ya anda!???"

"A-aku ga sengaja..., maaf!"

"Ga akan ku maafin kecuali sujud di kaki ku," ucap Iofi sembari menyodorkan kaki nya.

"T-tapi..."

"Udah lakuin aja, anjing."

"Aku ga mau!" Risu langsung berlari menuju kamarnya dan langsung mengunci pintunya.

Risu meringkuk di balik pintu sembari menangis, dan suara tangisannya sangat kencang sehingga membuat Moona semakin marah karena berisik.

"Bisa diem ga sih!?" bentak Moona.

"Maaf, Dek..."

"Bacot. Aku ga butuh maaf dari Kau," bentak Moona. "Dan jangan sekali-kali kau panggil aku dengan 'Dek' lagi. Jijik tau ga?"

"I-iya.."

———

Malam pun tiba, Risu yang sedang memasak untuk adik-adiknya tiba-tiba didorong dan terjatuh sampai terluka oleh Moona.

"Mampus!" Moona pun tertawa terbahak-bahak.

Iofi yang melihat itu pun langsung ikut tertawa dengan kencang, Risu langsung pergi meninggalkan Moona dan Iofi dengan perasaan sedih.

"Woi anjing, kau mau kemana, huh?" tanya Moona.

Risu mengabaikan Moona dan langsung pergi ke kamarnya, ia melihat lengan kirinya yang penuh dengan luka goresan.

"Perih..."

Tapi Risu malah mengambil pecahan cermin yang pecah karena ulah Iofi. Risu langsung menggoreskan pecahan itu ke lengannya sampai darah mengucur ke mana-mana.

Saat setelah Risu merasa sedikit lebih tenang, tiba-tiba Moona mengetuk pintu kamar Risu dengan kencang.

"Woi! Keluar ga!? Ini kalo kau kayak gini kita berdua mau makan apa, anjing!?" bentak Moona sembari mencoba mendobrak pintu kamar Risu.

Akhirnya Risu tidak punya pilihan selain membukakan pintunya. Setelah itu sebuah tamparan melayang ke arah pipi Risu.

PLAK-
Tamparan itu tepat mengenai pipi Risu dan membuat pipi Risu menjadi merah.

"Lama kali sih bangsat? Bukain pintu aja lama banget," protes Moona.

"Maaf..."

"Aku ga nerima permintaan maaf mu, bangsat."

DEG.

Risu tak kuat lagi menahan rasa sakit ini, Risu langsung menutup kamarnya lagi dan tidak memperdulikan Moona yang sedang protes.

"Alah bajingan."

Iofi yang melihat Moona marah-marah kepada Risu hanya bisa menahan tawa. "Ahaha mau aja ya Kakak nanggepin anak itu," ucap Iofi sembari tertawa terbahak-bahak.

"Sialan kau."

——

Risu menatap ke luar jendela kamarnya dan melihat orang tuanya yang sedang tertawa dan terkadang menatap Risu dengan tatapan tajam.

"Ayah.. Bunda.."

Risu langsung menangis dengan kencang, air matanya membasahi seluruh pipi Risu dan bantal Risu yang digunakan untuk menutupi wajahnya. Dan akhirnya Risu tertidur karena terlalu lelah dengan dunia yang jahat kepada dirinya ini.

"Aku akan tetap hidup demi orang tua aku dan adik-adik aku."
-Ayunda Risu.

——

TBC.





Derita anak sulung [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang