6. Don't Go

88 18 3
                                    

"Sehun, tolong buka pintunya."

Tidak menjawab, Sehun memilih memejamkan mata, menaikkan selimutnya hingga menutupi kepala, lalu menutup telinganya rapat-rapat. Ayah, ibu, bahkan Sehee yang belum berangkat sekolah bergantian mengetuk pintu kamarnya.

Hari ini adalah jadwalnya bertemu dokter Kyuhyun. Tapi Sehun terlalu takut. Beberapa hari ini ia merasakan sesuatu berbeda di tubuhnya. Lebih sakit. Sehun takut.

"Sehun, kau ingin pergi bersamaku? Aku tidak akan sekolah hari ini."

"Tidak Sehee. Kau harus berangkat, sebentar lagi akan ujian."

Perdebatan di luar sana samar terdengar. Kenapa mereka sangat berisik, kenapa tidak membiarkan Sehun sendiri saja?

"Tapi Eomma, aku ingin menemani Sehun."

Suara tangis Sehee terdengar. Kenapa saudara kembarnya itu cengeng sekali? Tangisannya seringkali membuat Sehun pusing, karena dibanding Sehun, Sehee yang akan menangis lebih keras setiap Sehun kambuh atau menunjukkan rasa sakitnya sedikit saja.

Drrrt drrrt

Ponsel Sehun bergetar, sebuah panggilan masuk dari Chanyeol. Apa ibunya kini menggunakan Chanyeol untuk membujuknya? Tidak bisa. Sehun justru semakin takut jika Chanyeol mengetahui kondisinya yang semakin buruk.

Panggilan berhenti, berubah menjadi sebuah pesan singkat.

Aku akan ke rumah orangtuaku selama seminggu. Kuncinya aku letakkan di tempat biasa kalau kau mau datang.

Kenapa mendadak? Tanpa menunggu, Sehun menghubungi Chanyeol. Tidak ada jawaban. Apa Chanyeol sudah pergi?

Jantungnya berdebar cepat, Sehun merasa lemas sekarang. Dengan langkah terseok ia mendekati jendela. Mobil Chanyeol sudah tidak ada di halaman rumahnya.

"Sehun."

Tubuh Sehun jatuh di pelukan ayahnya. Kenapa ayahnya bisa masuk?

Oh, Sehun lupa mereka memiliki kunci cadangan kamarnya. Seharunya ia mengganjal pintu dengan kursi atau meja. Tapi itu hanya khayalan Sehun karena ia tidak mungkin mampu melakukannya. Bahkan tubuhnya sudah sangat lemas sekarang.

"Kita ke rumah sakit sekarang."

"Appa, Sehun kenapa?"

Sehun melingkarkan tangannya di leher sang ayah, mengenggelemkan wajah di punggung yang masih kuat membawa tubuhnya berlari. Tangisan Sehee terdengar jelas, sementara ibunya terisak pelan.

Maafkan Sehun kembali merepotkan kalian.

.

.

Sehun meminum obatnya. Tepat waktu. Tanpa terlewat.

Tapi kenapa tidak ada bedanya dengan Sehun yang dulu menunggu orangtuanya atau Sehee marah baru minum obat? Rasanya sama. Semakin sakit setiap harinya.

"Ahjussi membohongiku." Lirih Sehun menatap Kyuhyun yang baru selesai memeriksanya. Seperti sebelumnya, Sehun akan berakhir terjebak jika datang ke rumah sakit.

"Apa yang kau rasakan sekarang?"

Kanula di hidungnya sangat mengganggu, tapi Sehun sadar ia bisa diambang Kematian jika melepasnya. Juga suara mesin di samping tempat tidurnya itu berisik sekali.

"Ahjussi, apa aku benar-benar bisa hidup lebih lama?"

"Tentu saja. Ahjussi akan membantumu hidup selama yang kau inginkan."

Pandangan Sehun beralih pada ayahnya yang baru saja datang. Wajah tampannya terlihat sangat lesu, pasti melelahkan merawat Sehun.

"Appa jelek sekali."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Daydreaming (ChanHun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang