2. A Friend Next Door

107 17 2
                                    

Sehun masih terus memandangi jendela kamarnya, hal yang ia lakukan sejak satu jam tadi. Sehun sendirian, ia merasa kesepian. Mengingat masa lalu selalu membuatnya tersenyum miris. Masa sekolah singkat yang sangat buruk untuk dikenang.

Sejak kejadian dirinya pingsan ketika bermain bola, teman-teman memang tidak pernah lagi mengejek, tapi mereka berubah mengasihaninya, hal yang lebih Sehun benci daripada ejekan. Tetap tidak ada teman, hanya tatapan kasihan yang selalu ia terima.

Semua itu bertahan satu tahun sampai ayahnya melarang pergi ke sekolah dan mendatangkan orang-orang sebagai gurunya ke rumah.

Homeschooling.

Kini, waktu belajarnya telah berakhir. Sudah dua jam dan gurunya juga sudah pulang.

Ayahnya, Yeonseok, masih bekerja. Sedangkan ibunya, tengah sibuk mencoba resep baru di dapur. Sehun sama sekali tidak mau ikut campur karena sedikit saja ia melakukan kesalahan, ocehan ibunya akan menemani sepanjang hari.

Biasanya saat sore begini Sehun akan bersama Sehee. Tapi mulai hari ini kakaknya itu akan pulang malam karena sudah di tingkat tiga. Seharusnya Sehun juga. Jika saja ia masih diperbolehkan sekolah.

Lama Sehun memandangi panorama yang didominasi oleh rumah-rumah mewah dan jalanan aspal juga beberapa orang yang berlalu lalang di jalan kompleks. Sama sekali tidak ada yang istimewa.

Mata Sehun bergerak mengikuti sebuah mobil audi berwarna silver yang berjalan pelan melewati rumahnya, lalu berhenti di depan rumah sampingnya.

Apa pemilik rumah baru? Rumah itu memang sudah beberapa minggu kosong karena pemilik sebelumnya, si pasangan suami istri gila kerja memutuskan untuk berpisah.

Sebenarnya ada atau tidak ada penghuni, rumah itu selalu sepi karena sering di tinggal pemiliknya, hanya ramai saat pemiliknya pulang ke rumah untuk bertengkar. Pertengkaran yang beberapa waktu menjadi tontonan Sehun.

Tidak lama, sebuah truk berhenti di depan rumah, di belakang mobil audi tadi.

Seseorang keluar dari mobil, laki-laki muda berpakaian santai, terlihat lebih tua dari Sehun. Tubuhnya tinggi tegap. Dari jaraknya, Sehun yakin jika wajah laki-laki itu tampan dengan rambut hitam dengan tatanan poni yang menutupi dahi. Hanya saja telinganya terlihat lucu, seperti alien di film kesukaannya.

"Sehun-a!"

Sehun menoleh dan mendapati ibunya yang masih dengan apron merah berada di ambang pintu, "Ada apa, Eomma?"

Tanpa menjawab, ibunya mendekat, lalu menyuapkan sepotong cheese cake, "bagaimana?"

Dahi Sehun mengernyit. Tidak ada bedanya dengan yang biasa ibunya buat. Tapi demi menghindari perang dunia ketiga, Sehun tersenyum lalu menunjukkan dua jempolnya.

"Sangat enak, Nyonya Han Hyojoo yang terbaik."

Bukannya terima kasih, pukulan sayang Sehun dapatkan di bahunya. "Sekali lagi kau panggil Eomma begitu-"

"Eomma akan memelukku sepanjang hari." Sehun memeluk erat ibunya, mengehentikan apapun yang akan wanita itu katakan. Tujuhbelas tahun hidup, tentu Sehun tahu apa yang bisa meluluhkan hati sang ibu.

"Sudah sudah, sekarang lepaskan." Hyojoo pergi ke dapur mengambil sebuah bingkisan di meja. "Bisa kau antarkan kue ini ke rumah sebelah?"

"Tetangga baru?"

"Iya."

Sehun mengangguk mengiyakan. Kebetulan sekali untuk membunuh kebosanannya.

.

Daydreaming (ChanHun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang