°5
"Satu tahun ini cukup berat ya?" Mahameru membuka percakapan
"......." Jema yang pikirannya sedang kalut hanya terdiam membisu
"Hanya ternyata kamu kuat, masih berdiri tegap walau satu dua hatimu tersayat, bahumu tertekan dengan berat, rupanya kamu tetap kuat"
"Aku tak sekuat itu, aku banyak hancur kak"
"Saya tahu, tetapi kita selalu punya bangkit untuk setiap hancur. Dan nyatanya kamu mampu. Terima kasih ya!"
"Untuk?" Tanya Jema heran
"Terima kasih untuk tetap bertahan, tetap jadi kamu. Terima kasih karena tetap berjuang, buat dirimu dan juga saya. Terima kasih karena sudah berusaha menerima"
"Rasanya aku gak pantas dapat terima kasih ini"
"Kamu layak sayang. Layak dapat ribu terima kasih dan apresiasi, bagaimanapun carut-marutnya, saya tetap akan bangga punya kamu selalu"
"Kak...." Entah harus dengan cara apa Jema berterima kasih kepada Mahameru karena hadirnya yang selalu menjadi apapun untuknya. Ia terisak pelan yang seketika membuat Mahameru kelabakan.
"Kenapa menangis Jema?" Dengan pelan Mahameru membawa Jema ke pelukan hangatnya, dan mengusap punggung Jema berniat menenangkan
"Aku bahagiaaaa banget bisa ketemu kakak"
"Saya yang lebih bahagia Jema"
Mahameru melonggarkan pelukannya, menatap wajah sembab Jema, dan mengusap air mata yang dengan tak tahu malunya turun membasahi pipi perempuan kesayangannya.