Part 2

29 3 0
                                    

Kini tiba acara yg ditunggu tunggu jamaah begitu juga putra yakni Mahalul Qiyam waktu dimana semua orng melangitkan do'a dan pujian kepada Nabi Muhammad Saw. Para santri dan jamaah berdiri mulai membaca sholawat dengan di iringi alat² rebana, aroma malam yg menenangkan berpadu dengan ribuan sinar bintang yg menghiasi malam dipenuhi rasa haru dan kekhusyukan para jamaah, Buya Hasan yang berdiri di depan memimpin jamaah menyanyikan sholawat dengan penuh kecintaan.

" Yaa Nabii Salam 'alaika."

" Yaa Rasuul Salam 'alaika."

" Ya Habib Salam 'alaika."

" Abrazallahul mu-syaffa, Shahibal qadril muraffa."

" Fa malan nurun nawahi, Amma kullal kawni ajma."

Suara mereka bersatu menghasilkan nada² indah yg membangkitkan semangat kekhusyuan para jamaah, mereka menutup mata dan membiarkan alunan² shalawat mengalun indah dari hati. Air mata mengalir di pipi mereka yang terharu akan keindahan pujian dan cinta kepada Nabi Muhammad Saw.

Putra dan arkan mengeluarkan parfum berukuran kecil dari jubahnya lalu mengoleskannya ke tangan, parfum mereka memiliki aroma yg sama yaitu kasturi, aroma itu guna menambah kekhusyukan dalam berdo'a dan bersholawat.

" Marhaban ya nura ayni ( marhaban )."

" Marhaban jaddal Husayni ( Marhaban )."

" Falaha anta fatasjud, Wa tunadasyfa 'tu-syaffa "

" Fa 'alaykallahu shalla, Ma badan nuru wa sya 'sha."

Waktu berjalan dengan khidmat, semakin lama semakin kuat shalawat tersebut bergema di lapangan ponpes Nurul Mustofa, suara Buya Hasan dan jamaah terdengar merdu dalam puncak yg mengetarkan hati.

Sementara itu, dibagian belakang jamaah ikhwan, Muhammad putra arbiansyah berdo'a dalam hatinya meminta sang Illahi bersedia mendengarkan semua yg ia semogakan.

" Wahai Allah hamba adalah orang yg pernah terjerumus dalam kemaksiatan dan kesalahan, hamba mohon ampuni lah hamba Mu ini, hilangkan lah ketakutan² yg ada dalam diri hamba kecuali ketakutan hamba kepada Mu, Ya Allah sekarang tidak banyak yang bisa hamba lakukan selain menangis dan menyesali perbuatan hamba yang ada di masa lalu, hamba yg pernah terjebak oleh rasa cinta yg belum seharusnya membuat hamba seketika lupa akan cinta-Mu untuk hamba"

Putra menjeda do'a dengan penghayatan itu ketika bulir - bulir bening mulai membasahi wajahnya.

" Hamba sadar akan kesalahan hamba yg dulu, hamba mohon janganlah menghukum hamba dengan cara menjauh dari hamba, hamba yakin ribuan tahun sebelum diciptakan langit dan bumi, Engkau telah menuliskan dan menetapkan takdir manusia termasuk takdir hamba. Perkara rezeki, jodoh dan kematian sudah Engkau tuliskan dalam garis takdir hamba, Dan jika suatu saat nanti Engkau mengirim hamba seseorang yg akan menempati salah satu ruang hati hamba, hamba mohon tetapkan hati hamba agar hamba dapat menetapkan Mu pada takhta tertinggi sebagai yg hamba Cintai dalam pengorbanan sebagai seorang hamba."

Do'a itu terjeda saat kedua belah bibir putra kembali melantunkan bait - bait shalawat, hatinya semakin terasa tidak karuan.

" Ya Rasulullah pantaskah diri ini berharap mendapatkan syafaat dari mu, sedangkan diri ini jauh dari sunah² mu dan pantaskah diri ini yang penuh dosa mengharap bertemu dengan mu Ya Rasulullah?"

" Allahumma habib ilainal iman wa zainhu fii qulubina wa karih ilainal kufra wa fusuqa wal nasian."

( " Ya Allah, jadikanlah hamba untuk mencintai keimanan dan jadikanlah keimanan itu menjadi perhiasan di dalam hati kami. Anugerahkan kami benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kemaksiatan." )

Cinta Dalam Mahalul QiyamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang