Pukul 07.00 semua santri sedang sarapan bersama di Mat'am lillah (kantin), putra, arkan dan haekal sedang membersihkan tempat tidur mereka masing-masing, sedangkan ibra sedang menjalankan hukuman dari kang dika.
"Yuk ke mat'am, laper ini." Ajak haekal
"Gas, yuk put " Ucap arkan
"Na'am mujarad lahza." Ucap putra yang masih merapikan tempat tidurnya.
Arkan dan haekal mengangguk sembari menunggu putra beberes mereka memurojaah hafalan mereka.
"Yuk." Ajak putra lalu melangkahkan kakinya keluar kamar mendahului arkan dan haekal.
"Eh tunggu, ibra gimana?." Tanya haekal
"Eh iya, gimana put ditinggal atau kita ke lapangan?." Tanya arkan menyamakan langkahnya disamping putra
"Ke lapangan." Ucap putra dengan dingin
Mereka melangkahkan kakinya menuju lapangan pondok 2 tempat ibra menjalani hukumannya.
"Kang putra." Sapa ilham adek kelas putra yang baru pindah kepondok 2 kepada putra.
Putra menjawab dengan menganggukan kepalanya lalu melangkahkan kakinya kembali, arkan dan haekal menggelengkan kepalanya melihat betapa cuek dan dinginnya putra lalu mereka tersenyum tipis kepada adek kelasnya.
"Hehe afwan ya ham." Ucap haekal
"Laa ba'sa kang, kalo begitu saya duluan kang mau ke perpus." Pamit ilham kepada arkan dan haekal.
"Ouh na'am tafadhol." Ucap haekal mempersilahkan
Ilham mengangguk " Mari kang assalammu'alaikum."
"Waalaikum salam." Jawab arkan dan ibra serentak. Lalu arkan melangkahkan kakinya kembali menyusul putra sedangkan ibra belum menyadari kalau arkan sudah tidak ada disampingnya.
"Yuk ar kita susul ka-" ucapan haekal terpotong ia mendengus melihat arkan yang mulai menjauh.
"Gak putra gak arkan sama aja, dasar kulkas." Dumel haekal melangkahkan kakinya menyusul arkan.
Sesampainya dilapangan mereka mencari ibra, haekal memincingkan matanya untuk mencari ibra lalu netranya tak sengaja melihat ibra ditepi lapangan ia sedang duduk dibawah pohon sembari mengipaskan tangannya ke wajah.
"Tuh ibra." Tunjuk haekal
Putra dan arkan melihat tempat yang ditunjuk haekal.
"BRA...IBRAAA..WOY IBRA.." Teriak haekal
"Haekal?!." Bentak putra dengan tegas
Haekal diam mendengar suara tegas putra, ia menelan salivanya dengan kasar melihat tatapan dingin sahabatnya.
'Mampus.' Batin haekal
"Kamu seorang pengurus tidak baik teriak seperti itu, Bagaimana kalo ada ustadz yang denger?." Tegur putra kepada haekal
"Iya tuh kamu seorang pengurus jangan malu-malu in, kaya orang gila yang suka teriak-teriak aja kamu kal." Ucap arkan dengan nada mengejek
Haekal melirik arkan dengan sinis, berani sekali tuh mulut mengatakan ia orang gila.
'Sialan lu ar.' Batin haekal
"Afwan kang, saya salah." Ucap haekal dengan menunduk.
"Jangan diulangi." Ucap putra lalu berjalan menemui ibra.
"Assalammu'alaikum." Salam mereka serentak
"Waalaikum salam." Jawab ibra
"Yuk bra." Ajak haekal
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dalam Mahalul Qiyam
RandomMemiliki trauma terhadap perempuan membuat laki² bermata hitam legam yg kini usianya memasuki umur 22th masih betah mengabdikan dirinya dipondok pesantren, sudah 3th lamanya ia tidak pulng kerumah karena baginya saat pulng kerumah akan membuat ia su...