Pernahkah menyalahkan takdir?

6 1 0
                                    

Ryujin terbangun dari tidur panjangnya, jam di nakas samping kasurnya menunjukkan pukul 5 pagi. Ia bangun dan menuju ke kamar mandi untuk bersiap ke sekolah, meskipun masih terlalu dini.

Ia mengeringkan rambutnya dengan hair dryer di depan meja rias sembari mengecek ponselnya yang dari kemarin ia matikan.

Mama (?) : mama tidak akan pulang (1 unread)

Diana cantik banget : ryujiiiiiinnnn kenapa pesan ku ga dibalessss :( (57 unread)

Yongbok : p, dicariin Diana, cerewet banget dia nya (1 unread)

Jaemin : Ryujin? (1 unread)

Ryujin tersenyum dengan banyaknya pesan yang dikirim oleh Diana. Ia pun membuka pesan Diana dan membacanya satu per satu lalu membalasnya.

Apakah se-rindu itu dengan Ku? hahaha

Maafkan aku ya Diana kemarin aku tidak sempat membuka HP

HP ku mati hehe

Sampai jumpa nanti di sekolah :D

Sedangkan di panti asuhan, Diana sedang sibuk dengan peralatan dapurnya memasakkan sarapan untuk anak-anak panti. Dua hari ini dia menyiapkan sarapan seorang diri, biasanya akan ada ibu panti yang menemani namun ibu panti kan sedang sakit.

"Anak-anak... ayo turun untuk sarapan..." teriaknya setelah selesai membereskan peralatan memasak yang tadi ia gunakan untuk membuat sarapan.

Anak-anak turun dengan keadaan yang sudah siap ke sekolah, "wah udah pada siap ke sekolah yaa, sippp..." puji Diana. 

"Apa nuna memasak masakan yang spesial?" tanya Hyunsik, si kecil berusia 8 tahun yang cukup mengerti dengan dunia permasakan.

"Eh bagaimana kau tau? nuna hari ini memasak sesuatu yang spesial yaitu sup rumput laut karena ada yang sedang berulang tahun, bukan?"

Seluruh mata tertuju pada anak perempuan paling tua di sana, Tifanny, namanya. 

"SELAMAT ULANG TAHUN KESAYANGAN KAMI, TIFANNY..." ucap mereka kompak. Tifanny yang tidak menyangka akan ada kejutan di awal pagi merasa terkejut dan terharu, "terimakasih semua dan terimakasih Diana Eonni... aku menyayangi kalian semua..." ucap Tifanny sembari memberi pelukan besar pada seluruh rekan pantinya.

"Acara berpelukannya kita sudahi dulu ya... sekarang kalian harus makan dengan baik, oke?!" 

"SIAP KAPTEN!" jawab mereka kompak.

Diana memilih kembali ke kamarnya untuk bersiap ke sekolah.

Sekitar 30 menit kemudian Diana bersama dengan anak panti lainnya sudah siap untuk pergi ke sekolah masing-masing. Kebetulan sekolah anak-anak dekat dengan panti mereka sehingga tak perlu diantar, mereka akan berjalan bersama hingga sampai di sekolah.

"Belajar dengan sungguh-sungguh yaa," pesan Diana pada anak-anak panti sebelum menutup pintu panti.

Mereka bergantian memberi pelukan pada Diana sebagai ucapan pamit, rutinitas mereka ketika hendak berangkat sekolah.

"Pelukan untukku tak ada?" suara berat laki-laki menginterupsi kegiatan Diana yang masih asyik memeluk anak-anak panti bergantian.

Diana menoleh ke arah sumber suara, "loh Yongbok?"

Yongbok tersenyum, "apa kalian tak mau memeluk kakak yang ganteng ini?" tanya Yongbok ke anak-anak panti dengan cukup percaya diri.

"Nahhh sekarang kalian juga harus berpamitan dan mendoakan kak Yongbok, dia teman kakak di sekolah... jjaa sekarang peluk kak Yongbok sana..." perintah Diana.

StruggleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang