31. Pergi

643 32 6
                                    

• happy reading •

Sekalinya bejat tetaplah bejat. Eira benar-benar sudah muak dan tak tahan akan semuanya. Baru saja ia merasa tengah melayang di langit ketujuh, tak sampai sejam ia langsung dibuat terjun bebas dan jatuh sekencang-kencangnya ke bawah.

Dengan air mata yang terus mengalir gadis itu mengemasi barang-barangnya terutama pakaian ke dalam tas koper yang ia bawa ke mari sejak awal. Ia merasa sangat terluka dan tak kuat baginya untuk terus-menerus melihat sosok Axel.

Di luar saja Axel masih saja memanggil-manggil mama Eira dan mengetuk-ngetuk pintunya agar mau dibuka oleh gadis itu. Eira akan membukanya, sudah pasti, namun setelah ia selesai mengemasi semua barang-barangnya untuk dibawa pergi.

Setelah memesan taxi online, Eira menguatkan dirinya untuk membuka pintu kamar. Axel langsung bergerak hendak memeluk gadis itu namun ditepis dengan kasar. "Minggir!" hardik Eira dengan suara bergetar.

Axel terkejut melihat Eira membawa barang-barangnya. "Lo mau ke mana?!!" tanyanya dengan panik. Laki-laki itu memblokir pintu kamar menggunakan tubuhnya hingga Eira kesusahan untuk keluar.

"Minggir! Aku udah engga tahan ada di sini lagi! Minggir, Axel!"

Axel menggeleng. "Enggak! Lo ga boleh pergi dari sini, Ra! Kita baru aja baikan masa lo langsung mau pergi gini??? Lo gaboleh kemana-mana!"

Eira menatap Axel dengan mata berkaca-kaca. "Ini yang kamu bilang baikan? Ini?!! Kamu kira jadi aku ga sakit, huh??! Berminggu-minggu aku nahan sakit hati sakit fisik kamu gituin dan aku tetep nerima maaf kamu dan ga benci sama sekali ke kamu! Tapi untuk yang kali ini aku gabisa lagi nerima, Axel! Aku muak! Aku emang bodoh, bodoh banget gabisa ngelawan apapun perbuatan kamu ke aku sebelumnya. Kamu mukul aku, aku diem. Kamu nampar aku jambak aku, aku diem. Kamu ngata-ngatain aku, perbudak aku, aku diem! Bahkan kamu selingkuh sama Lucia aku tetep diem! Tapi aku ga akan mau diem lagi kali ini. Dan aku sama sekali ga terima kalo harus tinggal satu atap sama cewek lain apalagi dia ngandung anak kamu! Sekarang aku benci banget sama kamu!!"

Tangis Eira kembali pecah. Axel menggelengkan kepalanya frustrasi dan memeluk Eira dengan paksa. Pelukannya ia eratkan karena Eira yang memberontak sembari menangis. Lelaki itu memejamkan matanya karena ia benar-benar tertampar dan tertekan.

"Gue minta maaf, Ra... tapi gue mohon jangan pergi dari rumah ini. Lo bebas pukul gue, tendang gue, tampar gue sesuka hati lo sampe lo puas liat gue babak belur oleh tangan lo sendiri. Sampe gue pingsan juga lo bebas, Ra. Perlakuin gue kayak binatang, lo bebas, Eira. Tapi gue mohon jangan pergi..." Axel mulai terisak dengan pelukan semakin ia eratkan.

"Lepasin aku..."

***

Pada akhirnya Eira berhasil pergi dari rumah tersebut. Axel tak dapat terus-menerus menahan Eira. Itupun karena Dalton yang kembali ke rumah dan melihat bagaimana Eira memaksa ingin pergi. Sehingga ia mengizinkan gadis itu dan menegaskan kepada putranya untuk tidak menahannya dan tidak menciptakan masalah baru.

Eira langsung pergi, membuat Axel sangat kesal dan langsung masuk kamar dengan membanting pintu. Alden mengetahui hal tersebut namun memilih untuk tetap diam, ia enggan ikut campur meski aslinya ia rada kasihan melihat adiknya.

Karena dirasa tak memungkinkan untuk pulang ke rumah orang tuanya dengan kondisi seperti ini, Eira menghentikan taxinya di sebuah taman dan menghubungi salah satu temannya untuk menjemputnya di sana. Dan tak menunggu lama orang yang ia tunggu pun tiba.

"Apa yang terjadi, Ra?" Khai bertanya dengan tatapan cemas dan mendudukkan dirinya di samping Eira.

Eira tak kuasa menahan tangisnya untuk tidak pecah lagi dan ia menceritakan seluruh kejadian tadi pagi. Tentu saja Khai sangat terkejut dan ikut emosi mendengarnya. Ia membawa Eira ke rangkulannya dan mengusap-usap lengan gadis itu. "Bajingan emang tu orang. Anjing!" umpat Khai.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 23 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

VALUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang