J

176 20 4
                                    

Jeongyeon mengendarai motor trailnya dengan lihai di antara orang-orang yang berada di sekitar tenda-tenda pengungsian. Dia sudah cukup mengetahui seluk beluk daerah tersebut karena dia telah tiba di tempat itu tiga hari lalu, tepatnya satu hari setelah gempa bumi dahsyat terjadi di wilayah Luwu. Jeongyeon tanpa pikir panjang langsung mengumpulkan anggotanya yang bersedia ikut bersamanya pada misi kemanusiaan ini dan sekitar lima belas orang bersedia melakukan misi itu bersamanya. Jeongyeon sendiri adalah seorang pemimpin sebuah komunitas pecinta motor yang memiliki rasa kemanusiaan tinggi dan sudah sering membantu aparat dengan menjadi relawan tim transportasi terutama di daerah bencana yang terisolir. Meraka menggunakan motornya untuk membawa bantuan kemanusiaan ataupun korban-korban yang membutuhkan pertolongan dengan segera.





Kembali ke waktu sekarang, Jeongyeon telah memarkirkan motornya di depan sebuah tenda yang menjadi pusat perawatan para korban bencana. Jeongyeon berlari masuk untuk menemui relawan-relawan medis di sana.

"kami butuh Dokter di sana!! Ada anak laki-laki yang terjebak di reruntuhan bangunan. Kami berhasil mengeluarin dia, namun dia tidak sadarkan diri dan hampir tidak bernafas" Ucap Jeongyeon dengan nafas memburu.

Mendengar perkataan Jeongyeon itu, beberapa Dokter yang juga merupakan relawan dari Rumah Sakit Bahtra langsung bersiap.

"Sana, biar gw saja. lo baru aja nyelesaiin operasi darurat. Istirahat gih" Ucap seorang Dokter cantik yang langsung berlari mengambil sebuah emergency kit.

"Mina!!" Dokter itu berbalik saat mendengar namanya.

"Hati-hati" "pasti" balas Mina sambil tersenyum lalu bergegas mengikuti riders tersebut yang sudah bersiap di atas motor trailnya.



Jeongyeon lalu menjalankan motor trailnya ke tempat dimana anak laki-laki yang membutuhkan bantuan tersebut berada.

Setibanya di sana, Mina berhenti sejenak untuk mempertanyakan dimana anak itu.

"Jeongyeon!! Sebelah sini!!"

Jeongyeon membimbing Mina melewati beberapa puing bangunan untuk menuju ke tempat dimana salah satu rider berteriak tadi.

Mina langsung melakukan pemeriksaan terhadap anak laki-laki itu.
"Tekanan darahnya naik, detak jantunya melambat, dan nafasnya melemah. Harus dilakukan tindakan operasi tetapi keadaan disini tidak memadai" hasil analisis Mina.

"Apakah tidak ada cara lain Dokter?" tanya Jeongyeon yang masih berada di sana.

"Saya akan mencobanya" Ucap Mina dan langsung mensterilkan daerah dada anak laki-laki tersebut. Setelah meastikannya bersih, Mina langsung menusukan sebuah jarum dengan hati-hati dan membuat anak laki-laki terbatuk sambil memercikkan sedikit darah dari mulutnya. Melihat hal itu, seorang wanita dewasa yang berada di sana langsung berteriak.

"Berhenti, kamu mau membunuhnya" "yakk!!! saya bilang berhenti"

Tangan Mina yang hendak meraih sebuah suntikan sontak berhenti.

"Tidak ada seorang pun Dokter yang waras yang ingin membunuh pasiennya" Ucap Mina lalu melanjutkan mengelurkan darah dari dada anak itu menggunakan suntikan.
Mina bernafas lega sesaat setelah ia membersihkan kembali daerah yang ia tusuk tadi menggunakan jarum, nafas anak laki-laki menjadi normal kembali.

'Team alfa kepada readers' terdengar suara panggilan pada walkie talkie yang berada di pinggang Jeongyeon.

'readers di sini'

'kami membutuhkan bantuan untuk memindahkan beberpa puing beton di bekas bangunan ruko ini, ada dua korban yang terjebak'

'Kami dalam perjalanan' ucap Jeongyeon.

"Jeongyeon, ambulans udah dateng" Ucap salah satu anggota Jeongyeon yang masih terlihat putih itu meskipun terdapat beberapa jejak debu dan luka di lengannya.

"Bagus Dub, kawal anak ini hingga ke tenda medis dan Tzuyu!, Lo bantu Dokter Myoui disini" Ucap Jeongyeon lalu berlari ke arah Motor trailnya dan segera melesat untuk membantu team alpha.







"Dub, disana...." Ucapan Jeongyeon terpotong saat Dahyun mengangkat tangannya dan hampir mengenai wajah Jeongyeon.

"Biarin Gw beristirahat bentar, gw capek banget. Ah Mah, gw kangen susu coklat buatanmu!" Ucap Dahyun yang masih bersandar pada puing bangunan sambil masih memejamkan matanya.

Tingkah Dahyun tersebut berhasil membuat Jeongyeon tertawa.

"Gw sudah bilang sebelumnya, gk usah ikut kalau lo gak sanggup. Dan tadinya gw mau bilang ada bantuan minuman di sebelah sana" Ucap Jeongyeon yang masih tertawa kecil. Dahyun memang merupakan anggota yang baru bergabung dan langsung memutuskan untuk ikut dalam misi kemanusiaan ini.

"Gw juga udah bilang kalua gw ini orang baik, jadi gw harus ikut. Biarkan bantuan itu untuk mereka yang membutuhkan, Gw masih sanggup kok."

"Oh ya Dub, Gimana keadaan anak itu?" Tanya Jeongyeon.

"Udah stabil. Pas nyampe di sana, dia langsung ditangani oleh Dokter Minatozaki" Jawab Dahyun yang kini sudah membuka matanya.

"Jeongyeon!! Lo pelipis lo luka" Dahyun tekejut ketika membuka matanya dan mendapati rekannya sedang duduk di sampingnya dengan kepala yang berdarah.

"Oh ini, luka kecil doang, santai. Tadi penyangga yang gw pakai tidak cukup kokoh saat gempa susulan terjadi" Jawab Jeongyeon sambil mengusap darah yang hendak menetes di pelipisnya. Dahyun langsung berdiri dan tanpa mengatakan apapun lalu menarik tangan Jeongyeon untuk mengikutinya.

Jeongyeon pun hanya pasrah mengikuti kemana Dahyun membawanya.



"Dokter Myoui, teman gw terluka. Tolong obati dia" Ucap Dahyun lalu duduk di samping Tzuyu yang memang berada disana untuk membantu Dokter Myoui atas perintah Jeongyeon.

Mina yang sedang memeriksa perlengkapan medisnya pun mendongak dan melihat Jeongyeon yang sedang menggaruk kepala bagian belakangnya.

"Duduk!".

Mina pun dengan sigap menutup luka di pelipis Jeongyeon. Untung saja tidak ada material apapun yang tertinggal di dalam lukanya.













VOMENT

HIRAETH (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang