Chapter 1: Pesona Syilda

22 1 2
                                    

Halo teman-teman aku punya cerita baru hehe, aku harap kalian suka ya, feel free buat kasih aku kritik dan saran yang membangun 🫂 before reading please give me a star 🌟🙆🏻‍♀️🌻
selamat membaca...

Di hadapan cermin di sebuah kamar bernuansa putih dan sedikit pink pastel itu terdapat seorang mahasiswi psikologi semester empat yang tengah bingung memilih pakaian yang akan ia kenakan ke kampus untuk menghadiri seminar umum yang diadakan oleh himpunan mahasiswa psikologi yang akan diisi olehnya mengenai ‘Penanganan Stress dan Manajemen Emosi’ ia begitu bingung terlihat banyak pakaian yang telah ia keluarkan dari lemari untuk dicoba satu persatu.

‘bingung deh… pake outfit formal atau semi formal ya? hmmm… warna apa ya yang cocok untuk seminar ini? gue pengen pake warna gelap tapi… apa clean look aja kali ya? ah coba video call Tasha deh’

“Sha, menurut lo gue cocok pake yang ini apa yang ini?” tunjuknya pada kedua baju yang sama namun berbeda warna saja.

“Buat seminar nanti? sebenarnya ini sama aja sih Syil, cuman yang pertama suram banget item-item, mau melayat lo? udah yang kedua aja cocok tuh”

“Yang ini kan Sha! menurut gue juga lebih cocok yang ini, thanks Shaa, see you di kampus yaaa,  byeee”

Setelah mendapat validasi dari sahabatnya itu kini ia bersiap-siap mandi dan memakai pakaian yang telah ia pilih tadi. setelah tiga puluh menit lamanya kini Syilda tengah  duduk di depan meja memoles wajah mulusnya itu dengan sedikit make up dan dilanjutkan mencatok rambut agar terlihat curly di bagian bawahnya setelah hampir menghabiskan total waktu satu jam kini ia menelepon Sandy julian sang kekasih untuk menjemputnya.

Seluruh mata berpusat pada mereka bagaimana tidak Sandy dan Syilda merupakan pasangan yang serasi dengan Syilda yang begitu cantik, putih serta pintar nampak begitu sempurna dengan seorang Sandy yang tinggi, tampan serta memiliki brewok yang tipis memperlihatkan aura pria matang, benar-benar pasangan yang serasi bukan?

Dari seluruh pasang mata yang melihat terdapat beberapa orang yang menatap tidak suka namun Syilda sangat tidak memperdulikan hal tersebut, mereka berpisah di pintu aula kampus karena jadwal mereka yang berbeda.

“Bucin mulu lo” tegur Tasha yang melihat sahabatnya itu masih melihat punggung Sandy yang kian menjauh.

“Iri ya lo? makanya jangan LDR dong” hanya di balas delikan tajam oleh Tasha.

Mereka pun masuk ke aula Tasha begitu bangga melihat sahabatnya tumbuh begitu baik walau mereka berteman baru dua tahun, mereka pernah satu sekolah saat SMA dulu Syilda yang tidak pernah berubah dan selalu menjadi berlian di segala tempat.

Acara demi acara berjalan lancar hingga kini di sesi tanya jawab membuat Tasha bertanya yang disambut senyuman oleh Syilda mengisyaratkan ‘good job Tasha’ setelah di akhir acara ada sesi foto terlebih dahulu bersama semua orang yang hadir.

Mereka kini sedang berada di kantin sepanjang koridor begitu banyak laki-laki yang menghampiri mereka terutama pada Syilda, para laki-laki itu menghampirinya hanya untuk sekedar memberikan surat, bunga dan coklat bahkan ada yang dengan beraninya menyatakan perasaan.

X

Senja tiba memperlihatkan langit yang begitu indah seperti warna cotton candy membuat perempuan bertubuh mungil itu berlari ke arah balkon kamarnya menatap langit seraya mendengarkan lantunan adzan yang tengah berkumandang terasa syahdu dan menenangkan hati sambil melakukan rutinitasnya memejamkan mata dan berdoa agar keinginannya segera terwujud.

Beranjak mengambil wudhu untuk melakukan kontak batin pada tuhannya walaupun Syilda belum menunaikan semua kewajibannya sebagai seorang muslimah salah satunya ia belum berjilbab namun perihal sholat yang menjadi tiang agama tidak pernah sekalipun ia tinggalkan entah itu dalam kondisi luang bahkan sibuk sekali pun ia tetap mengingat siapa itu tuhannya, memang pendidikan agama yang diterapkan oleh Jennifer bundanya itu sangat baik membangun pondasi agama pada anak-anaknya walaupun keinginan Jennifer untuk anak gadis satu-satunya itu agar segera berhijab walau bundanya itu tak pernah memaksa.

Waktu menunjukan pukul 20.00 merasa bosan gadis itu pun pergi ke kamar orang tuanya dia melihat Jennifer yang tengah menonton sinetron bersenderan di atas kasur.

“adudududu nonton apa sih bunda, adek ikut dongg” memang Syilda ini ketika dirumah masih seperti anak kecil walau kini sebentar lagi ia akan beranjak pada usia kepala dua.

Rumah terasa begitu sepi karena sang ayah sedang melakukan perjalan bisnis di luar kota dan kedua kakaknya yaitu Dimas Pratama sanjaya dan Giandra Radiyan Baskara mereka sudah lama meninggalkan rumah karena urusan masing-masing dimana Dhimas tinggal di Singapura untuk mengurus kantor cabang ayahnya sementara Giandra ia sedang menuntaskan pendidikannya di Jogja sehingga menyisakan ia dan Jennifer berdua di rumah.

  “Bun, sepi banget ya rumah aku kangen abang deh…”

“Iya ya sepi, kok cuman abang doang yang di kangenin? sama kakak ga kangen?”

“Ah ngapain kangen kakak, dia kan nyebelin banget tapi… lumayan kangen juga sih tapi dikit hehe bun kita video call aja yuk”

Ting
Ting
Ting

Ponsel gadis itu begitu berisik terdapat banyak pesan yang masuk.

Kini Syilda telah berada di kamarnya dan bersiap akan tidur namun suara notifikasi membuat teringat belum menghubungi Sandy sedari tadi sore ia mengambil ponselnya, wajahnya mulai memerah matanya kini berair serta terasa sangat sesak entah apa yang tengah ia lihat tangis mulai terdengar dengan suara lirih ia berucap “Sandy… lo tega sama gue…”

Sakit benar benar sakit setelah lima tahun menjalin kasih dengan teganya Sandy mengulangi kesalahan yang sama membuat Syilda benar-benar merasa sudah pada titik lelahnya kesalahan yang Sandy perbuat adalah berselingkuh sejak mereka pacaran ini kali ketiga Sandy melakukannya lagi. itu pun yang ketahuan Syilda kini ia hanya bisa menangis secara diam-diam hingga tak terasa ia mulai tertidur dengan pipi yang basah.

Paginya Sandy tak ada kabar bahkan nomornya pun tidak aktif Syilda masih berusaha menanyakan kebenaran dari foto yang ia terima secara anonim namun naas kini Sandy telah benar-benar mengecewakan Syilda.
 
“Sandy maaf… gue gabisa lagi… gue capek…” tersenyum lirih.

“Teruslah berjalan meski lelah menyapa perlahan dan teruslah jalani hingga kamu benar benar ingin berhenti dan tak kuasa lagi”

when we were youngTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang