3. Hidayah bersama kecewa

902 44 0
                                    


"Coretan kosong ini nantinya akan penuh dengan sebuah kisah yang telah berakhir, dan kamu yang menjadi tokoh utamanya, namun akan di kenal sebagai tokoh antagonis dalam cerita yang ku tulis."

-Ayesha Nindia Taleetha-

Sudah dua Minggu lamanya Ayesha di kurung oleh Kinan dan lebih di perketat lagi, usai kejadian ia ketahuan bersama Revan lagi, Kinan tak bercanda memasang CCTV di kamar putrinya, tak bisa berbuat apapun, Ayesha benar-benar merasa seperti burung yang terus di kurung dalam sangkarnya.

Ayesha hanya bisa berhubungan lewat WhatsApp saja dengan Revan, dua Minggu itu mereka belum pernah bertemu lagi, pastilah karena Ayesha tidak bisa berbuat apa-apa selain menjalani siklus hidupnya yang sekarang hanya sekolah -pulang-makan-tidur, gadis itu tidak ingin lagi di pukul oleh Mamahnya.

Merasa sangat berat dengan hari-harinya  tanpa bertemu Revan, wajah Ayesha tak seceria biasanya, karena ia sudah menganggap Revan adalah rumahnya, pastilah ia merasakan ada yang hilang dari hidupnya.

Hari ini Ayesha pulang pukul empat sore, karena sekelas sudah sepakat melaksanakan latihan untuk acara class metting beberapa hari yang akan datang, bersama Nesa ia duduk di halte menunggu angkot untuk pulang.

"Ay, tuh muka lo kenapa auranya gelap banget sih?" Nesa memperhatikan raut wajah Ayesha yang akhir-akhir nampak tak bersemangat.

"Maksud lo aur-auran? Udah diem lo, gue lagi galau mikirin gimana caranya ketemu Revan lagi."

"Buset...cuma nggak bisa ketemu makhluk kayak Revan doang, udah kayak orang tersakiti di dunia." Merasa jengah Nesa mengetahui Ayesha terus saja memikirkan lelaki itu. Mengapa hanya Revan yang ada di pikiran Ayesha?

"Heh, Ayesha Nindia, jangan goblok-goblok lo, cinta lo ke Revan itu udah terlalu dalem, pesen gue mending lo cepet-cepet sadar deh daripada nyesel, Revan itu kalo beneran cowo baik nggak akan ngerusak lo."

Ucapan Nesa tidak salah, bahkan dalam hati Ayesha rasa menyesal itu sudah tumbuh walaupun masih kecil, tak bisa ia lupakan dan ia tutupi bahwa selama empat tahun Revan lebih mencintai tubuhnya, tak jarang mereka berkontak fisik seperti ciuman bibir saat sedang mabuk dan tak sadar, itu sudah Ayesha rasakan, dan terkadang hatinya sakit sendiri jika mengingat momen itu.

"Gue sahabat lo satu-satunya, Ay, gue nggak mau lo terjebak lebih dalam lagi di maksiat ini, inget, Allah udah bilang jangan dekati zina."

"Nes, stop." Merasa semakin resah hatinya ketika Nesa kembali membawa Tuhan dalam perkataannya. "Gue tau, gue udah kotor dan udah ngelakuin larangan Allah, tapi udah terlanjur."

"Ya lo putusin terus taubat dong, Ayesha..."

"Yakali gue langsung putusin anak orang gitu aja. Sorry, Nes, gue belum sanggup, gue sayang banget sama Revan."

"Itu bukan cinta, tapi nafsu."

Seakan langsung terjatuh kala itu juga, Nesa benar-benar telah menggoyahkan cintanya pada Revan.

Ayesha memilih diam dengan tatapan lurus ke depan berharap angkot akan segera lewat. Jujur ia tak bisa menyangkal kebenaran yang Nesa katakan, tidak bisa menjawab pula, ini memang sudah salahnya.

Beberapa menit terjadi keheningan sebuah angkot akhirnya lewat, Ayesha langsung masuk di ikuti oleh Nesa.

Di perjalanan, Nesa masih memperhatikan wajah Ayesha yang sepertinya merasa tersindir oleh ucapannya. Percayalah, niatnya baik dan tulus, ingin membebaskan Ayesha dari hubungan haram itu.

"Ay," panggil Nesa sambil menyentuh lengan Ayesha yang duduk di sampingnya. "Temenin gue ke supermarket dulu, ya."

Ayesha hanya membalas dengan anggukan tanpa menatap lawan bicaranya.

SEMESTA YANG KU CARI (New Version) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang