Bab 4: Berjuang sendiri

409 46 5
                                    

Typo bertebaran ~
_________________

"Jake!"

Jungwon dan sunoo berjalan terburu-buru memasuki kafe. Ia menyuarakan nama Jake secara bersamaan dengan lantang. Sebelumnya jungwon dan sunoo sudah mengingatkan sahabatnya itu untuk tidak datang ke acara anggota OSIS. Karena mereka tahu, sahabatnya itu akan mempermalukan diri sendiri demi sunghoon.

"Udah gue bilang jangan datang ke sini," omel sunoo.

"Sunoo?" balas jake terkejut.

"Ayo, kita cabut." Jungwon menarik tangan jake untuk bangun dari duduk nyamannya "Maaf ya, semua. Jake nggak ada maksud untuk ganggu acara kalian," sesal sunoo pada seluruh anggota OSIS.

"Nggak ganggu, kok."

"Ya, dia sedikit ganggu," ujar beberapa anggota OSIS secara bersamaan dengan pendapat berbeda.

"Ayo, kita cabut." Jungwon menarik Jake dan di ikuti sunoo dari belakang untuk mengikutnya langkah jungwon.

"Entar dulu. Gue belum dengar jawaban sunghoon tentang pertanyaan Kak yeonjun." Jake menahan dirinya untuk tetap tinggal.

"Udah, ayo pulang." Sekarang sunoi ikutan menarik paksa jake. Mau tak mau laki-laki cantik itu akhirnya mengikuti langkah kedua sahabatnya.

"Sebaiknya kita pulang. Gue tahu sunghoon nggak bakal ngebela atau muji lo. Jangan buat malu diri lo sendiri," bisik jungwon di telinga jake.

Bibir jake menekuk ke bawah. Andai saja sunghoon membelanya di hadapan semua orang seperti yang dilakukan kak yeonjun. Sederhana permintaan jake, tapi mengapa begitu sulit untuk terkabul? Mendadak semangatnya ciut. Jika sebelumnya ia ogah-ogahan meninggalkan kafe itu, kini tanpa dipaksa jake pergi dari sana.

Dalam hati ia menyumpah sunghoon.

Semoga lo jodoh sama gue. Kurang lebih seperti itu sumpah jake untuk Sunghoon.

Lain dengan Jake yang kesal bukan main, para anggota OSIS tetap melanjutkan acara mereka yang sempat terganggu karena kehadiran jake. Suasana sedikit canggung selepas kepergian jake.

Sunghoon sendiri juga tak banyak bereaksi. Dia diam saja sambil memakan makanan yang dihidangkan di depannya. Ada banyak hal yang berkecamuk dalam pikiran sunghoon. Ada sesuatu yang menganggunya.

"Lain kali kalau ada jaje kalian harus lebih ramah padanya," ucapan sunghoon memecahkan keheningan.

Gerakan para anggota OSIS seketika berhenti. Mereka terkejut dengan perkataan sang ketua. Serempak semua orang menoleh pada sunghoon. Memandang Sunghoon dengan tatapan penuh tanya. Ada apa gerangan?

✨✨✨

Senin pagi yang melelahkan. Jake terlambat. Upacara penaikan bendera sudah dimulai sekitar sepuluh menit lalu, dan ia baru tiba. Tidak ada toleransi mengingat banyaknya menit yang jake lewatkan untuk ikut upacara.

Jake bergabung dengan murid tidak disiplin lainnya. Mereka membentuk barisan khusus di depan gerbang sekolah. Ada dua baris yang terbentuk, sekitar enam orang per baris.

Wajah jake terpampang nyata di barisan paling depan.

"Upacara sudah selesai. Kalian boleh masuk, tapi sebelum ke kelas kalian harus bertemu dengan ketua OSIS dulu. Dia ada di depan ruang BK, kalian harus dihukum sebelum masuk kelas," instruksi satpam sekolah.

Mata jake membola ketika kata ketua OSIS disebut. Tentu saja dia senang. Dia rindu berat pada laki-laki itu, sudah lama mereka tidak bertemu. Sekitar tiga puluh jam, pertemuan terakhir mereka di kafe pada hari Sabtu kemarin.

Sebisa mungkin jake terlihat biasa. Namun ketika melihat sunghoon berdiri di depan ruang BK jake tidak dapat menyembunyikan antusiasmenya. Kaki Jake bergerak semakin cepat. Tas gendong yang cukup berat karena berisi buku paket dan alat tulis tidak menjadi halangan bagi jake untuk menghampiri Sunghoon.

"Pagi," sapa jake sok ramah.

Sunghoon menoleh. Seperti biasa, Sunghoon tampak ganteng. Selalu.

"Udah lama nungguin aku?" Dengan penuh rasa percaya diri jake bertanya.

"Gue bukan cuma nungguin lo, tapi juga geng lo itu," balas sunghoon sambil melirik murid lain yang berdiri di belakang jake. Sebut saja mereka geng terlambat.

Jake sok cemberut, hanya beberapa detik ekspresi itu bertahan. Detik berikutnya ia kembali bertingkah di depan Sunghoon.

"Sunghoon, aku nggak bakal dihukum, kan? Aku kan, kesayangan kamu?" Jake mengedip-ngedipkan mata sok imut.

Sunghoon mendengus. "Siapa yang lo maksud kesayangan?" "Ikut gue! Lo dan geng lo itu perlu dihukum!" titah sunghoon. Aura kepemimpinannya terpancar. Membuat Sunghoon terlihat semakin keren di mata jake. Dan Aw!

Jaje berakhir di perpustakaan. Sunghoon memberi hukuman untuk merapikan buku-buku.jake kebagian tugas merapikan lima rak buku dalam waktu lima belas menit. Tadinya Jake kegirangan karena dihukum dan itu artinya tidak masuk kelas. Namun sepertinya sunghoon dapat membaca akal buluk jaje. Jadilah laki-laki itu membatasi waktu hukuman dan Jake harus segera masuk kelas.

Jake melirik Sunghoon. Laki-laki itu tengah mengawasi seseorang yang sedang dihukum juga. Jake tersenyum licik, dengan sengaja dia menjatuhkan buku-buku hingga menciptakan suara ribut guna menarik perhatian sunghoon. Dan benar saja, laki- laki itu menoleh lalu datang menghampiri.

"Kenapa bisa jatuh gini, sih? Bukannya ngerapi-hin lo justru bikin berantakan," omel Sunghoon.

"Maaf." Raut wajah jake sama sekali tidak menunjukkan rasa sesal, yang ada ia justru tersenyum lebar.

"Beresin!" Dengan segera jake menjalankan perintah itu. Karena jake memang tipe orang yang heboh dan ceroboh, dia kehilangan keseimbangan saat akan jongkok merapikan buku yang jatuh. Tubuhnya oleng. Jake hampir jatuh, beruntung ia segera meraih rak terdekat dan berpengang pada jejeran buku di sana. Tubuh jake tidak jadi jatuh, tapi sebagai gantinya buku-buku yang menjadi pegangan jake terjatuh.

Bruk, bruk, bruk. Bunyi tumpukan buku yang saling tumpang tindih. Bibir jake menganga menyaksikan buku-buku itu Jatuh bagai air hujan.

Dengan hati-hati ia melirik sunghoon. "Hehehehe, jatuh," Jake tertawa kaku kemudian ia menyengir lebar, menampilkan deretan gigi- gigi yang rapi.

Sunghoon membuang napas kuat. Dia frustrasi menghadapi jake. Sulit, sulit sekali menghadapi laki-laki yang satu ini.

"Biar gue yang benerin! Sebaiknya lo menjauh dari buku-buku itu. Atau lebih baik lo balik ke kelas. Kepala gue rasanya mau pecah lihat tingkah lo," sunghoon berkata-kata dalam emosi yang tertahan.

Jake menunduk. "Maaf," sesalnya.

"Balik ke kelas lo!"

Jake semakin menunduk. Dia lebih suka dicueki sunghoon daripada melihat laki-laki itu marah padanya.

"Aku emang bodoh. Maaf, maaf." Jake semakin menundukkan kepalanya. la menatap ubin perpustakaan dengan mata berkaca-kaca. Terkadang ia juga bisa lemah tanpa diketahui orang lain.

"Kesalahan lo nggak sedalam itu, jadi tegakkan lagi kepala lo itu! Gue nggak suka!" Sunghoon berjalan menuju jake. la mulai merapikan buku-buku itu.

Jake menegakkan kembali kepalanya dengan mata yang masih berkaca-kaca.

"Balik ke kelas lo!" suara sunghoon terdengar lebih tegas.

Tanpa menciptakan keributan lebih jauh lagi jake segera pergi. Kakinya bergerak cepat meninggkan sunghoon bersama wangi parfumnya yang tertinggal di sana. Wangi khas laki-laki manis itu menyeruak di rongga pernapasan sunghoon. Menurut lelaki itu, wangi jake menenangkan.

Tbc.
______

Maaf ya kalo gak nyambung,hehe
Jangan lupa vote ya🤗✨

jake wafers ||♪•Sungjake•♪||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang