bab 17:sarang

506 66 5
                                    

Typo bertebaran ~~
___________________

Jake ingin mencintai dengan sederhana. Seperti matahari yang mencintai pohon dan alam semesta. Menumbuhkan dan menghidupi tanpa harap apa pun.

Jake merasa sepi. la duduk sendiri di kursi perpustakaan. Kursi di sebelahnya yang biasa di duduki heeseung kosong. Untuk pertama kali heeseung lupa akan janjinya belajar ke perpustakaan bersama jake. Dan itu karena sarang.

Setelah sunghoon, apa sekarang jake juga harus kehilangan heeseung?.

Di lain sisi rombongan sunghoon duduk bersama di kantin. Ada yang baru di antara para cowok tampan itu, sarang duduk di antara mereka. Orang-orang yang melihat akan berdecak iri pada sarang, dia sangat beruntung berada di tengah-tengah para lelaki tampan.

"Makasih sarang untuk teraktirnya. Sering sering ya," ujar taki kegirangan. Tentu saja taki girang, dia rajanya gratisan.

Heeseung tampak lahap memakan ramyon,dan sosis juga jus miliknya. Heeseung terlihat terburu-buru di antara yang lain.

"Kalem aja hee makannya. Nggak ada yang ngejar lo," tegur sunghoon.

"Gue buru-buru," ujar heeseung dengan mulut penuh makanan.

Heeseung menguyah makanannya dengan cepat. Lalu mengambil sosis, dan meminun jus  dingin miliknya. Heeseung meraih tisu yang disediakan oleh pihak kontin secara gratis untuk membersihkan sisa makanan pada bibirnya.

Sejujurnya heeseung tidak lupa dengan janjinya pada jake untuk belajar di perpustakaan saat jam istirahat ke dua hari ini. Namun sarang menawarkan diri untuk mentraktir dirinya dan teman-teman. Tak enak menolak, heeseung terpaksa mengiyakan. Demi etika.

"Ah, kenyang," kata heeseung. Dia menyeruput jus miliknya dengan rakus.

Habis! Semua makanan bagian heeseung habis dalam waktu tak sampai lima menit. Heeseung terlihat rakus dengan cara makanan yang sembrawut, sungguh tak sesuai dengan wajahnya yang tampan.

"Gue punya teman kok gini banget," decak taki sambil geleng-geleng. Kemudian dia memakan seblak miliknya dengan gaya elegan bak pangeran abad 21. Agar terlihat kontras dengan cara makan Afgan.

"Gue makan begini karena buru-buru mau pergi, biasanya cara makan gue tampan banget kok, heeseung membela diri.

"Lo mau ke mana?" tanya sunghoon.

"Mau belajar bareng jake," jawab heeseung seraya bangun dari duduknya.

"Jake teman sekelas gue? Yang di ceritakan sunghoon sering gangguin dia?" tanya Sarang.

"Bagi gue jake tidak pernah mengganggu siapa pun. Mungkin jake yang lo maksud orang lain. Makasih buat traktirannya," ujar heeseung seraya berlalu dari sana.

Melalui sudut matanya sunghoon mengiringi kepergian heeseung. Laki-laki yang bernama heeseung itu sangat percaya diri ketika membela jake. Dengan lugas heeseung menyampaikan apa yang ada di hati dan otaknya. Antara iri dan kagum, sunghoon juga ingin menjadi pribadi yang seperti itu.

Sesampainya di perpustakaan heeseung tidak mendapati jake di sudut perpustakaan tempat mereka biasa membaca buku. Kursi yang biasa di duduki jake kosong. Afgan merasa sepi melihat ketidakhadiran jake, padahal ia pikir laki-laki manis itu akan menunggu.

Hei, apa yang sebenarnya heeseung harapkan? Untuk apa jake menunggunya? Heeseung merasa patah hati untuk hal kecil ini.

🧇🧇🧇

Jake berjalan lesu menuju kelas. Senyuman ceria yang selalu terukir di wajahnya tak ada. Bibir jake menekuk ke bawah. Dia sedih, heeseung tidak datang ke perpustakaan.

jake wafers ||♪•Sungjake•♪||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang