3

308 61 8
                                    

Motor berhenti. Aku turun dengan tangan Rick yang membantuku. Aku berdiri tegak dan menatap padaya dengan bahagia. "Aku menyukainya."

Rick mendengus. "Bukankah sudah kukatakan, naik motor tidak semenakutkan yang terlihat."

"Aku ingin memiliki satu."

"Apa?"

"Belikan satu untukku. Aku mau yang warna merah seperti gaunku. Aku akan membayarmu, tenang saja."

"Bukan masalah bayarannya. Kalau kau menginginkannya, aku akan memberikannya. Aku memiliki tiga di rumah. Ada satu yang warna merah. Kau mau?"

"Tentu. Berikan padaku."

"Ya, tidak masalah. Kau mau dua juga tidak masalah. Tapi apa Archie akan membiarkanmu naik motor? Kau tahu, dia cukup protektif padamu. Bahkan sampai agak menakutkan."

"Dia?" Aku hampir meludahkan tawa. "Kau serius mengatakannya? Archie protektif padaku, kau pasti bercanda. Dia hanya mencintai pekerjaannya. Istrinya bahkan nomor dua baginya."

"Kau hanya tidak melihatnya dengan jelas."

Aku mengibaskan tangan, tidak mau mendengarkan Rick yang membual. Mau sejelas apa aku perlu melihat pria yang bahkan lebih suka menetap di ruang kerjanya dari pada di kamar. Bahkan seks yang kami lakukan bisa dihitung dengan jari. Mungkin hanya dua kali dalam dua tahun. Saat aku memikirkannya, benar-benar hanya dua kali. Apa aku begitu tidak menariknya?

"Nanti aku akan memberitahu Archie. Jika dia setuju, aku akan membawakan satu untukmu."

"Sudahlah, dari pada mengatakan padanya dulu, aku akan beli sendiri saja. Karena kau begitu takut pada Archie, sebaiknya memang tidak dilakukan," aku mengatakannya setengah mengejeknya. Mengambil kesempatan pada lengahnya dan membuat egonya tersentil. Itu akan lebihi mudah baginya memberikan apa yang aku mau.

"Kau benar-benar pandai mendapatkan apa yang kau mau. Baiklah, akan kuantar besok langsung. Kau tinggal menerimanya."

"Kau sungguh tidak khawatir Archie akan melakukan sesuatu?"

"Kau masih mengatakannya? Tentu sedikit khawatir, tapi tanpa masalah, hidup memang tidak akan menyenangkan. Aku mendatangi masalah dan bukan menjauhinya."

Aku hanya mencibir ke arahnya, melambai aku kemudian meninggalkannya masuk ke dalam rumah. Tapi siapa sangka Rick malah akan mengikutiku, membuat aku menatapnya dengan penuh pertanyaan.

"Aku butuh minum, berikan aku air."

"Kau ambil sendiri. Seolah kau tidak tahu saja di mana letaknya." Aku sudah akan melangkah ke arah anak tangga saat aku mendengar suara benda yang dilempar dan jatuh berkeping ke dekat kakiku. Itu membuat aku berdiri di dekat anak tangga, menatap ke depan dan melihat Tammi, sang ibu mertua yang sudah menatap aku dengan penuh permusuhan.

Saat dia mendekat dan melihat apa yang aku kenakan, dia tampak terbelalak. Matanya seperti akan keluar dari rongganya. "Kau tidak memasak untukku dan teman-temanku, malah pergi membeli baju dan berdandan? Berapa uang Archie yang kau habiskan untuk melakukan ini?"

"Uang Archie? Aku istrinya. Dia menyerahkan kartu itu padaku untuk dihabiskan. Kenapa kau malah yang tampak begitu keberatan."

"Lea!" seru Tammi dengan tidak senang. "Jaga suaramu. Jaga suaramu!"

"Mau bagaimana aku menjaga suaraku? Aku hanya menjawab apa yang kau tanyakan. Bukankah kau sendiri yang harusnya menjaga suaramu. Kita ada tamu dan kau berteriak seperti orang yang tidak memakan obatmu."

Tammi yang sepertinya tidak sadar aku kembali sendiri menatap ke arah Rick yang melambai ke arahnya dengan senyuman. Tammi menahan napas sejenak dan kemudian menatap Rick. "Ada apa kau di sini, Rick?"

"Aku mengantar Azalea. Dia menawarkan minuman. Jadi aku masuk."

Melirik pada Rick, aku tidak ingat menawarkan dia minuman. Bukankah dia sendiri yang masuk dan mengatakan kalau dia haus? Tapi yang aku lirik hanya memberikan lirikan balasan santai.

"Dengan apa kau mengantarnya? Dengan apa?"

"Motor. Tante tahu kalau aku tidak suka mobil dan lebih suka motor."

"Lea!" Tammi kembali murka. "Kau tidak tahu betapa berbahayanya itu? Kau mau mati? Hah?"

"Aku di sini dan tidak mati. Kenapa kau cerewet sekali. Dan mulai sekarang, kalau kau mau makan dan tidak mau pelayan memasak untukmu, maka kau lakukan sendiri. Pakaian kotormu dan juga peralatanmu, bersihkan sendiri. Aku tidak akan melakukannya lagi."

"Apa katamu?"

"Aku sudah muak menjadi budak pesuruhmu. Jadi kau lakukan sendiri karena aku berhenti."

"Kau, benar-benar ...." Tammi sudah mengangkat tangannya hendak memberikan tamparan padaku.

Aku tidak menutup mata, aku menantang dia memberikan tamparan itu. Sejauh apa dia mau menyiksaku, aku mau melihatnya.

"Berhenti!"

Semua mata menatap ke arah kedatangan seseorang. Archie muncul di waktu tepat. Aku tidak tahu dia akan kembali malam ini. Biasanya dia akan selalu mengabarkan pada pelayan utama kalau dia kembali atau menginap di luar. Dia memang ada ruang kerja di rumah ini dan dia lebih sering berada di sana. Dia akan kembali tengah malam dan pergi pagi-pagi buta. Itu membuat tidak banyak orang yang dapat melihatnya. Pria ini lebih banyak menghindariku, apalagi saat malam hari.

Jadi kenapa dia kembali malam ini? Dia akhirnya bisa menyaksikan keributanku dengan ibunya. Ibu yang selalu bersikap baik dan manis di depannya kini dapat dia lihat sebagai iblis bermuka dua.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Archie berdiri di dekatku dan memandang wanita itu. "Mau memukulnya?"

Tammi segera menarik tangannya. Menjilat bibirnya dengan agak gersang pandangannya. "Archie, kenapa kau tidak bilang kalau kau kembali malam ini? Bukankah kau sudah mengatakan pada kepala pelayan kalau kau tidak akan kembali."

"Jadi kepala pelayan itu mengatakan padamu setiap aku bilang padanya kalau aku tidak akan kembali? Agar kau bisa menyiksanya?"

"Apa yang kau katakan? Menyiksa? Bukankah itu berlebihan."

"Lalu yang aku lihat barusan apa?"

Tammi memandangku, dia membutuhkan aku memberikan pembelaan padanya. Dulu aku akan melakukannya, tidak mau Archie ribut dengan wanita ini. Tidak mau menjadi alasan Archie bersikap kurang ajar padanya. Tapi sekarang jelas berbeda. Aku sudah bukan Azalea yang dulu mereka kenal. Aku berubah karena aku akan mati sebentar lagi, jadi aku akan bersikap egois dalam segala hal.

"Kau yang katakan. Bukankah kau sejak tadi di sini, jadi katakan yang terjadi?" Archie memandang pada Rick yang sejak tadi memang menjadi penonton. Jelas menikmati tontonannya.

Rick menatap padaku dengan mata nakal seperti hendak menggodaku.

Aku hanya melengos tidak tertarik dengan apa pun yang dia katakan. Dia mau membela Tammi dan mengatakan segalanya salahku juga tidak masalah. Aku juga tidak membutuhkan pembelaan siapa pun. Sudah sejak lama tidak ada yang berdiri di sisiku.

"Tante meminta istrimu memasak untuknya dan teman-temannya. Istrimu tidak mau dan dia dilempari dengan gelas juga. Hampir mengenai kakinya. Oh, dan tante marah karena istrimu memakai uangmu untuk membeli barang-barang yang dia kenakan."

***

Tungguin e-booknya yakk
Tamat di karyakarsa
Bisa beli pdfnya di aku : 25k

Istri Presiden - TAMAT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang