15

155 49 1
                                    

Semua barang sudah dinaikkan. Aku dan Archie sudah akan masuk ke mobil tapi mobil lain yang datang mendekat menghentikan aku. Itu membuat aku memandang ke arah mobil yang aku kenali. Dia adalah ibuku yang sudah keluar dari mobil dengan wajah mendung. Mendekatiku, ibuku memelukku dan menangis dengan deras.

Aku memandang ke arah Archie tidak mengerti. Terakhir kami bertemu adalah beberapa hari yang lalu, aku datang padanya dan mengatakan kalau aku dan Archie tidak akan tinggal lagi di kota ini. Aku tentu saja berjanji kalau aku akan datang mengunjunginya kapan-kapan. Dan percakapan itu selesai di sana. Ibuku sama sekali tidak menanyakan soal keadaanku yang harusnya tampak memburuk. Karena biasanya aku memang pucat dan tampak tidak bertenaga.

Sekarang melihat dia menangis dan dengan pelukan erat, aku menyadari kalau dia harusnya mengetahui sesuatu.

Pandanganku jatuh ke arah Archie yang sedang berdiri diam menunggu. Archie mengangguk. Sepertinya ibuku memang tidak menunjukkan kepedulian pada tapi malah mencari tahu dengan diam-diam di belakangku.

Selama ini aku selalu berpikir tidak ada yang peduli denganku. Bahwa pada akhirnya mereka hanya akan melangkah berlalu ketika kematianku datang. Tapi pikiranku sendiri yang agak dangkal dan membuat segala sesuatu menjadi lebih menyedihkan dari seharusnya. Karena selamanya, bagi mereka aku berharga.

Setelah pelukan itu terlerai, ibu menatapku seksama. Mengelus rambutku dengan penuh kasih. "Setelah ibu selesaikan segalanya di sini. Ibu akan menyusul kalian. Tunggu ibu, ya?"

Aku menatap ibu dengan haru. "Kau tidak perlu melakukannya, Ibu. Kau tidak perlu menyerahkan hidupmu untuk mendampingiku. Archie bersamaku. Dia akan menjagaku."

"Ibu tidak tenang. Ibu harus ada di sisimu. Hanya sampai bayinya lahir. Ya?"

Aku menatap Archie dan pria itu memberikan aku anggukan. Kemudian aku mengangguk juga. "Kami akan menunggumu."

Ibu mencium keningku kemudian dan segera mendorong aku kembali ke sisi Archie. "Kalau begitu kalian pergi. Ibu janji akan segera datang."

Aku dan Archie akhirnya masuk ke mobil. Aku melihat keluar dan menemukan ibu lebih terguncang bahunya karena derasnya tangis yang dia keluarkan. Itu membuat aku juga menangis. Dengan tangan Archie yang bertaut di tanganku, perasaan senang dan sedih menjadi satu. Tapi kesenangan lebih mendominasiku, karena aku memiliki mereka berdua sekarang.

Archie membawa aku ke pelukannya. Memberikan obat penenang padaku dengan memberitahuku kalau dia ada dan nyata. Segalanya menjadi lebih hebat lagi. Kami berpelukan lama dengan Archie yang juga mengelus perutku penuh sayang.

TAMAT

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 4 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Istri Presiden - TAMAT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang