Yang aku dengar selanjutnya bukan suara Brad, melainkan benda yang dilempar dengan sepenuh hati. Itu membuat aku berbalik dan menatap Archie yang sudah membuang cincin pernikahannya. Dia menatapku dengan kebencian mendarah daging.
"Kau sebaiknya tidak pernah bertemu denganku lagi di kota ini. Kalau tidak, aku akan menghancurkan kalian berdua. Camkan itu." Archie bergerak pergi tanpa menatap lagi ke belakang.
Rick masih berdiri di sana tertegun. "Aku tidak percaya kau melakukannya."
"Rick, aku minta maaf. Aku ...."
Rick menggeleng dan melangkah pergi. Tidak mau mendengarkan aku.
"Aku akan mengirim semua barang yang kau beli ke rumah ibumu. Sebaiknya kau ambil semua sampah itu. Anggap itu kompensasi perceraian kalian. Dan mulai sekarang jangan harap Archie akan memaafkanmu. Kau bukan lagi nyonya Jenkins. Ashlee akan dengan senang hati menggantikanmu."
Dua wanita itu pergi dengan penuh kemenangan.
Aku berjalan ke arah cincin yang tergeletak itu. Mengambilnya dan menatapnya. Cincin itu sudah rusak, aku menggenggamnya dengan kuat dan berlinang airmata. Aku merasa begitu bodoh dan pengecut. Aku berusaha mengatakan kalau segalanya demi kebaikan mereka semua. Tapi pada akhirnya ada sisi egois di dalam diriku yang mengatakan kalau aku harusnya pergi mengejar Archie dan mengatakan segalanya hanya kesalahpahaman. Aku harusnya mengatakan segalanya dan membiarkan dia menghadapi segalanya bersamaku.
Tapi otak dan hatiku mengatakan pergi, kakiku malah terpasak dilantai tidak mengizinkan aku ke mana-mana. Itu membuat aku semakin menderita.
Seseorang berdiri di depanku. Aku lupa dia membutuhkan penjelasannya. Tapi sebelum aku bicara, Brad lebih dulu mengeluarkan suaranya. "Apa kau yakin ini yang terbaik bagi kalian?"
"Hah? Kau tidak bertanya ...."
"Aku tahu kau melakukannya untuk membuat dia tidak melihat kau menderita diakhir hidupmu. Tapi bukankah tidak adil baginya tidak diberikan pilihan pada akhirnya?"
"Kau benar. Tapi bukankah cinta itu memang egois adanya?"
Pria itu mengangguk mengerti. Seolah dia pernah mengalami segalanya yang membuat dia amat sangat mengerti.
"Soal lukamu, aku sungguh minta maaf. Dan beberapa orang malah salah sangka pada kita karena aku. Maafkan aku."
"Tidak masalah. Luka tidak seberapa pandangan orang lain juga tidak ada apa-apanya."
"Soal makamnya, aku ...."
"Azalea?"
Aku menggelengkan kepala. Merasa ada yang salah dengan tubuhku karena kedua kakiku tidak lagi dapat menyeimbangkannya. Aku menatap Brad sesaat tapi kemudian segalanya hening dan gelap. Napasku memburu, aku ketakutan. Aku meminta tolong dan bahkan beberapa kali menyebut nama Archie. Tapi segalanya hanya ketakutan yang ada. Tidak ada aroma lain selain dari ketakutanku sendiri. Bahwa pada akhirnya aku mati tanpa sempat mengatakan pada Archie betapa besar aku mencintainya.
Begitu aku berhasil mendobrak kegelapan dan menemukan terang yang menyilaukan, aku tidak lagi peduli. Aku bangun dengan suara napas memburu. Pandanganku liar mencari dan aku menemukan Brad berdiri di sisiku. Aku memandangnya tidak yakin, mengedarkan pandanganku ke segala arah, aku pikir berada di rumah duka. Ternyata rumah sakit, sedikit lega rasanya.
"Kau tidak apa-apa?" Brad bertanya mendekat.
"Apa yang terjadi?"
"Kau tiba-tiba pingsan dan aku sudah coba membangunkanmu. Tapi kau tidak bangun-bangun, jadi aku menghubungi ambulans untuk mejemputmu."
"Apa kau menghubungi Archie? Kau mengatakan aku pingsan?"
"Aku menghubunginya."
Aku berdecak dengan agak kesal. "Kenapa kau—"
"Dia tidak menjawabnya. Bahkan mematikan panggilannya."
Mendengar Brad rasa tidak nyaman di hatiku segera menguasai. Apa yang aku pikirkan? Setelah apa yang aku lakukan padanya, aku berharap dia akan berlari datang ke sini menemuiku dengan khawatir? Oh, kenapa aku begitu naif.
"Azalea, ada hal yang lebih penting yang harus aku katakan."
Aku menatap Brad dengan pandangan tidak yakin.
"Dokter akan menjelaskan semuanya padamu nanti. Tapi dia mengatakan garis besarnya."
"Apa garis besarnya?"
"Kau hamil."
"Apa?"
"Tapi itu kehamilan yang berbahaya."
"Maksudmu karena kankernya jadi aku tidak bisa hamil? Dokter ingin aku menggugurkannya?" Aku menyentuh perutku. Membuat pandanganku memburam dan kupikir hamil akan menjadi sesuatu yang menyenangkan bagi perempuan. Tapi rupanya salah, tidak semua kehamilan bisa dirayakan.
"Anda tidak memiliki kanker, Nyonya Jenkins." Seorang dokter perempuan sudah masuk ke ruangan. Dia membawa sesuatu di tangannya. "Kami sudah menghubungi dokter yang mediagnosa anda. Terima kasih karena anda selalu membawa cek kesehatannya. Itu memudahkan kami. Dan dokternya mengatakan kalau ada kesalahan pada komputernya yang membuat hasil diagnosa anda tertukar dengan pasien lain."
"Apa? Aku tidak kanker?" Aku entah mau menangis atau malah menertawakan diri. "Anda yakin, Dokter? Itu seharusnya dokter yang berpengalaman. Mana mungkin salah."
"Saya yakin. Saya juga sudah memeriksa anda dan memang tidak ada kanker."
Aku semringah saja. Tentu saja bahagia karena tidak ada kanker, itu membuat aku bisa lebih lama berada di dunia dan lebih lama bisa bersama dengan Archie. Tapi aku mengingat kembali perkataan Brad yang mengatakan aku hamil berbahaya. Jika bukan kanker, lantas? "Dokter, kalau begitu kehamilannya?"
"Anda tetap tidak bisa hamil. Kami menyarankan anda menggugurkannya."
"Kenapa? Kalau bukan kanker, kenapa aku harus menggugurkannya?"
"Anda memiliki kelainan darah. Yang menyebabkan darah bisa keluar lebih dari seratus kali lipat dari orang normal. Seharusnya anda menyadarinya saat anda berhubungan badan."
Aku berdehem salah tingkah dan mengangguk kecil.
"Itu membuat kehamilannya beresiko. Anda bisa kehabisan darah dan kelainan darah seperti yang anda alami ini, tidak dapat membuat kami bisa memakai donor darah untuk mengganti darah yang hilang. Itu membuat anda tidak mungkin bisa melahirkan tanpa mempertaruhkan nyawa. Dan taruhannya sangat besar."
"Kalau aku tetap mau mempertahankannya?"
"Tidak akan ada dokter yang mau mengambil kasus anda. Kami akan undur diri karena beberapa kejadian pernah membuat dokter trauma dan tidak berani melangkah lebih jauh. Saya sendiri akan menjadi dokter pribadi anda untuk kasus ini tapi soal kehamilan saya benar-benar menyarankan untuk menggugurkannya saja."
Aku menekan tangan di atas perutku. "Aku sungguh ingin mempertahankannya, Dokter."
"Dalam proses kehamilannya akan ada beberapa kejadian yang membuat anda tidak nyaman. Kurangnya tidur karena rasa sakit. Bisa juga anda yang tidak boleh terkena luka sedikit pun. Itu akan membuat darah terus keluar dan bahayanya anda bisa kehabisan darah. Apa anda sungguh siap menerimanya?"
Aku menatap pada Brad, dan Brad sendiri hanya bisa mendesah tidak memiliki komentar. Dia tahu bukan wilayahnya untuk mengungkapkan isi kepalanya.
***
Ready Ebook di playstore
Tamat di karyakarsa ya
Bisa beli pdf di akuSampai jumpa mingdep 😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Presiden - TAMAT
RomansaAzalea Edward harus menerima kenyataan pahit saat dokter menyerahkannya surat keterangan kesehatannya yang menyatakan kalau dia mengalami kanker lambung. Setelah hidup dalam penderitaan bersama mertua kejam, takdir malah memberikannya pil pahit lain...