Suatu Pagi yang Cerah.
Seorang pemuda sedang menyebar biji-bijian di dalam kandang ayam peliharaannya.
"Ayo, Chiki~ Ini makanan kesukaanmu, lho~" Si pemuda berkata sambil tersenyum.
"Petok~"
"Hehe, makan yang banyak, yah~" Ia melanjutkan, memandangi Chiki dengan penuh kepuasan saat ayam itu mengeruk makanan dengan lahap.
Setelah memastikan ayam peliharaannya mendapatkan sarapan mereka, sang pemuda segera menuju dapur.
"Oke, Chiki udah, sekarang giliran mereka."
Cahaya matahari pagi menembus jendela dapur, menerangi wajahnya yang ceria. Dan seperti itulah sang pemuda, Blaze memulai harinya.
Blaze membuka kulkas, menilai isi di dalamnya dengan teliti. Melihat hanya beberapa bahan sisa, "Hmm, sisa sedikit, ya? Sandwich kayaknya cukup," Blaze mengerutkan keningnya, menatap isi kulkas yang hampir kosong.
Selesai menyiapkan sarapan, Blaze menuju kamar adik-adiknya untuk membangunkan mereka. Langkahnya penuh semangat, ia kemudian membuka pintu kamar Ice, yang juga merupakan kamarnya.
"Ice?" Blaze memanggil dengan lembut.
"Hmm… Zzzzz" suara mendengkur lembut terdengar dari bawah selimut.
"Ice, bangun~" Blaze menggoyang-goyangkan bahu Ice.
"5 menit lagi..." Ice bergumam, mengeratkan pelukan pada plushie paus miliknya.
Blaze menarik napas kesal dalam melihat tingkah adik pertamanya ini. Tapi tiba-tiba, sebuah ide jahil terlintas di kepalanya.
Ia menyeringai lebar, mundur beberapa langkah untuk mengambil ancang-ancang, dan dengan lompatan yang penuh semangat, ia mendarat sempurna di kasur Ice.
"Huwaahh!" *Brukk*
Ice terjatuh dari tempat tidurnya karena guncangan yang tak terduga.
"Hahahahh, akhirnya bangun juga!!" Blaze tertawa puas melihat adiknya yang tergelung dalam selimut seperti bola, kini terbangun sepenuhnya.
Ice mengucek mata, menatap Blaze dengan tatapan malas. "Kak Aze jahat, kan aku masih ngantuk."
"Heh, dasar polar bear! Cepat mandi sana! Habis itu turun sarapan! Gak pake lama!" Blaze memberi perintah dengan ekspresi pemenangnya.
"Hmmm..." Ice menjawab, berusaha bangkit dari lantai.
Setelah itu, Blaze menutup pintu dengan lembut, kemudian melangkah menuju kamar Thorn dan Solar, adik kembarnya yang lain. Ia membuka pintu dan memanggil mereka dengan suara semi berbisik.
Krieet~
"Thorn, Solar, bangun~" Blaze memanggil dengan suara lembut. Blaze terlebih dahulu menyampiri ranjang adiknya yang bernuansa hijau.
"Thorn?" Panggilnya, menggoyang-goyangkan badan Thorn yang masih terbungkus selimut dengan perlahan. "Thornie, bangun~"
"Hmm… Kak Aze?" Lirih Thorn dengan suara mengantuk.
"Bangun ya~ Pergi mandi, abis itu turun sarapan," Blaze berkata sambil tersenyum.
"Mmm… Oke kak," Thorn menjawab, lalu bangkit dari ranjau dan keluar menuju kamar mandi.
"Oke, sekarang... "
Blaze beralih ke Solar, yang sedang membelakanginya."Solar…"
"SOLAR!!"
Solar terbangun dengan (pura-pura) terkejut.
"Hoamm... Ya, kak?""Jangan pura-pura! Lu pikir gw nggak tau lu begadang lagi!? Gw bisa nyium bau kopi dari sini! Itu kantong matamu jadi tambah hitam, tau tak?!" Ucap Blaze dengan nada serius namun penuh perhatian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Big Brother Blaze
FanfictionKakak dimana? Ini udah 4 tahun... Aku masih tetap tepatin janji aku loh, kak. Tiap hari aku berusaha keras untuk menjaga mereka seperti yang kakak minta. Semoga kakak juga tidak mengingkari janji kakak, ya. . . Big Brother Blaze Original story by...