(5) Rama

104 19 0
                                    

"Maksud kamu apa seperti itu hah?!" Bentak kakaknya menampar pipi kirinya.

Lili menautkan satu alisnya dan bertanya pada kakaknya, "maksud nona Radha itu apa?"

Radha tersenyum dia berusaha untuk menahan emosinya yang tak dapat terkontrol tentunya. "Jangan pura pura tidak tahu kamu ya? Kemarin malam aku mendengar cerita di radio, itu teman mu yang suruh kan?"

Sialan! Dia tertahuan, dia menggeleng gelengkan kepalanya untuk pura pura tidak tahu. Padahal di dalam hati nya mati-matian dia untuk menahan agar tidak menunjukkan kelancangan nya pada perempuan yang di depan nya. Dia memang membencinya tapi terpaksa untuk berpura pura agar dia tidak tahu tentang ia yang sebenarnya.

"Saya tidak tahu apa apa sama sekali, sungguh"

"Jangan berbohong, kau tidak perlu mengelak lagi dasar perempuan licik!"

"Tidak tidak, itu bukan saya"

"Kau sengaja mempermalukan kami agar semua orang tahu kalau kau adalah orang yang paling menderita di muka bumi ini!" Luapan emosi tertuangkan dari setiap kata katanya, "asal kau tahu ya, dengan adanya kau disini kaulah yang membuat kami menderita disini paham?! Andaikan semua orang tahu kalau kamu adalah orang yang pantas untuk di benci!"

Dia terus mengelak bahwa di dalam hatinya dia berkata jujur, tapi perlu tertahankan juga agar dia tidak akan babak belur berikutnya. "Tidak nona. Saya tidak tahu sama sekali. Saya bekerja dan tidak berani melakukan hal semacam itu lagipula teman saya juga bukan orang yang  menyiarkan cerita semacam itu"

Wanita itu melipatkan tangan nya kearah dada besarnya dan mungkin mau mendengarkan dan menunggu penjelasan gadis itu. Jadi disini Lili sedang beracting dengan membayangkan dirinya disiksa seperti pada sebelum sebelumnya oleh ayahnya hingga itu sukses membuat air mata mengalir.

"Saya tahu ini memang kesalahan saya selama ini, saya paham bagaimana perasaan keluarga nona dibegitukan. Saya tidak mau cari gara gara sampai berurusan panjang, malam itu memang saya sedang siaran begitupula dengan teman saya" menggunakan dengan mata asli dan mengeluarkan isi hati selama ini tapi dengan perkataan yang tidak sesuai dengan arti air mata ini, "saya bekerja, melakukan siaran juga demi saya bisa mendapatkan uang. Saya ingin seperti anak anak lain yang bisa sekolah hanya itu, lagipula saya sudah banyak menyusahkan nona dan juga Nyonya serta Tuan Besar"

Radha memutar kedua bola matanya dengan bosan, dia tidak peduli dengan adik yang di depan nya ini. "Ya, ya... kamu itu dari dulu sampai sekarang bahkan detik saat ini juga kamu sudah banyak merepotkan kami, baguslah kalau kau sudah sadar. Dasar Lupa Daratan"

'Hmpph.. tidak mau mengaku! Padahal kalian juga merepotkan ku, dasar keluarga brengsek lupa daratan!' Batin Lili yang tidak terima dibilang di repotkan. Masih dalam posisi acting nya, "saya tahu, saya sadar. Jika saya sudah lulus SMA nanti saya akan pergi meninggalkan kediaman ini"

Radha tersenyum penuh kesenangan dan hatinya lega. Jadi sebetulnya keluarga ini memang benar benar tidak membutuhkan nya, lalu Lili hanya dijadikan sebagai bahan pelampiasan atau membodohinya.

Tapi tepat setelah itu, senyum puasnya seketika memudar.

"Ampuni saya, saya tidak tahu, tolong jangan beritahu Nyonya dan Tuan Besar. Saya tidak tahu sama sekali, hikss..." mempertaruhkan harga dirinya bersujud di hadapan kakaknya bagaikan Patung Dewa yang disembahnya.

🌹🌹🌹

"Kita jadi mau mainkan?" Tanya Lili pada seseorang yang tengah mengangkat telpon nya.

"Iya jadi, lama atau sebentar"

"Paling sebentar, Kanha ngajak soalnya. Cuman jam 6 sampai jam 8 nanti"

"Oh, iya-iya. Iya, oke deh"

Lili sedang telpon bersama dengan Kirana. Hari ini seperti hari biasanya yang merupakan hari terberat yang harus mereka berdua lewati dan beruntungnya mereka bisa melewatinya dan bisa bermain dengan teman teman yang lain.

LILIE DONCHEERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang