2.

289 48 1
                                    

"Gue harus gimana? Ini laper banget, nggak ada duit" keluh Heaven yang sekarang berjalan tak tentu arah.

"Ngamen aja kali ya?" Gumamnya sambil menahan senyumnya.

"Tapi gue mesti bikin atau beli gitar sama violin dulu. Logikanya aja, kalo gue nggak punya modal, ya.. gue nggak bisa beli dua alat itu. Nggak bakal bisa buat ngamen juga deh. Tapi kalo punya modal ge gue ogah banget ngamen. Mending langsung beli makanan aja kan."

Pemikiran Alaska memang aneh.

Tapi pemikiran itulah yang membuatnya pintar.

Karna setelah memikirkan hal-hal itu, Alaska menjadi tau apa yang harus ia lakukan.

"Maling ajalah"

***

Disinilah Heaven sekarang. Di pinggiran pasar dengan baju robekan yang ia taruh dikepala sebagai ikatan.

"Ekhm, gue batalin niat jahat gue. Gue mau ngeramal aja" kata Heaven sambil berjalan percaya diri ke tengah pasar.

"YANG MAU DIRAMAL MARI MERAPAT!! SAYA DUKUN DARI KAMPUNG BISA MERAMAL APAPUN! BISA CARI JODOH, BISA SEMBUHIN PENYAKIT, BISA TAU SEMUANYA" Teriakan Heaven membuat beberapa orang tertarik dan mendekat.

"Bayar ramalan apapun cuma seratus ribu!!"

Melihat para warga mendadak diam, Heaven berkedip bingung. Menggeleng, lalu meralat ucapannya. "Bayar ramalan apapun cuma 1 koin emas!"

Para warga pun perlahan mendekati Heaven lagi.

"Apa kamu bisa meramal masa depanku?" Tanya seorang gadis dengan malu-malu.

Heaven mengangguk pasti. "Bisa dong. Sini, bayar dulu" katanya sambil mengadahkan tangannya.

Gadis itu pun menyerahkan satu koin emas miliknya.

Melihat itu, mata Heaven berbinar. Lalu dengan teliti, ia melihat wajah gadis itu.

'Gimana ya ngeramalnya? Cari jodoh aja kali ya? Oke deh, diliat dari mukanya, dia cukup cantik sih. Tapi mukanya bukan kayak jodoh pangeran. Mentok mah sama menteri. Tapi kayaknya dia bakal nikah sama ksatria deh, soalnya malu-malu gitu. Cocok kan sama ksatria yang gagah.."

Mengangguk, Heaven menatap gadis itu.

"Kamu akan menikah dengan ksatria beberapa tahun lagi, gadis muda" kata Heaven dengan nada meyakinkan.

Gadis itu pun pipinya langsung memerah mendengar pernyataan Heaven. "A-apa benar?" Dengan mata berbinar-binar.

"Tentu saja benar" sahut Heaven langsung.

"Selanjutnya!"

Gadis itu dengan senang berbalik pergi. Bergantian dengan pelanggan selanjutnya.

"Apa aku bisa menjadi pangeran?" Seorang pemuda bertanya dengan antusias.

Heaven dengan wajah juteknya berucap. "Koin dulu!"

Pemuda itu pun dengan kikuk merogoh sakunya dan menyerahkan satu koin emas pada Heaven.

"Ini"

Heaven menatap pemuda itu.

'Kucel gini pengen jadi pangeran? cih, gue kibulin lo!'

"Kamu tidak akan menjadi pangeran. Tapi kamu akan menjadi penerus Duke karna.. kamu adalah anak Duke yang hilang beberapa tahun silam" Kata Heaven dengan wajah tak percaya. Acting.

Pemuda itu pun bersorak kegirangan. "Apa benar?! Pantas saja nenek pengasuhku sering berbicara tentang Duke yang katanya sangat persis denganku wajahnya!" Seruan pemuda itu membuat tempat Heaven semakin ramai karna tertarik dengan tipuannya.

Heaven Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang