Bab 5

939 103 15
                                    

"Kau?"

Pemuda di depannya tersenyum menatapa Dongjun. "Hai"sapanya kepada Dongjun.

Dongjun menatapnya aneh, dan tersenyum canggung. Ia menyapa balik dengan melambaikan tangannya.

"Kau tidak ingin bertanding?"tanya pemuda itu kepada Dongjun.

"Aku?, ah tidak-tidak. Aku tidak begitu mahir bela diri"ucap Dongjun tertawa canggung, sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Kau yakin?"ucap pemuda itu dengan senyum misterius. lalu pergi begitu saja. Meninggalkan Dongjun yang menatapnya bingung dan aneh.

"Dasar aneh"gumam Dongjun mengedikkan bahunya tidak peduli, dan lanjut melihat pertandingan tersebut.

Tak terasa semua peserta sudah menyelesaikan pertandingan mereka.

"Masih ada yang mau mencoba?!"tanya murid dari kota xueyue tersebut dengan lantang.

Tidak ada yang beranu maju lagi untuk bertanding. sampai tiba-tiba ada sebuah suara yang mengagetkan Dongjun.

"Aku akan maju, tapi aku ingin pemuda itu yang melawan ku"ucap seorang pemuda yang di temui Dongjun tadi. Pemuda itu menunjukkan ke arah ia berdiri.

Dongjun melihat ke kanan dan kirinya. "Hey, kau" Dongjun masih melihat ke arah sampingnya, Mungkin saja pemuda itu bukan memanggilnya.

"Kau, yang di depan" Dongjun yang merasa semua orang memperhatikannya menunjuk dirinya sendiri dengan ragu.

"Aku?"tanya Dongjun ragu. Pemuda itu mengangguk dengan melipat tangannya di depan dada.

Dongjun maju kedepan tepatnya di tengah-tengah lapangan. Ia mendekati pemuda itu.

"Eee tuan, sepertinya kau harus mencari lawan yang lain. Aku tidak bisa bela diri"ucap Dongjun pelan.

"Aku tidak peduli. Aku ingin bertanding dengan mu!"ucap pemuda tersebut yang secara tiba-tiba menyerang dengan tombak di tangannya.

Dongjun yang belum, siap reflek menghindar. tetapi ujung tombak itu menggores lengannya.

"Sial, untung aku memiliki reflek yang bagus. Jika tidak ucapkan selamat tinggal pada dunia"gumam Dongjun ngeri membayangkan jika tombak pemuda di depannya tersebut mengenai tepat di jantungnya.

Tidak berhenti sampai di situ. Pemuda tersebut terus menerus menyerang Dongjun dengan kecepatan yang membuat Dongjun kewalahan.

"Ya! Ya! Tuan!, Tunggu sebentar hah. Aku minum dulu, aku sangat haus sekali. Kau tidak membiarkan ku menyerang balik dirimu"ucap Dongjun dengan nafas terengah-engah.

Pemuda itu tertawa kecil melihat tingkah konyol Dongjun. Bisa-bisanya di saat mereka sedang bertanding ia malah meminta izin untuk istirahat.

Dongjun tidak peduli dengan orang-orang di sana yang membicarakan kelakuannya. Sungguh ia sangat haus, pertarungan ini membuatnya kehabisan tenaga. Padahal ia hanya menghindar tidak menyerang.

"Hahh, lega nya. Tuan kau ingin minum? Arak ini aku yang menyulingnya sendiri loh"tawar Dongjun dengan bangga. Sepertinya ia lupa jika sedang bertarung disini. Bisa-bisanya menawarkan arak.

"Aku akan mencoba arak mu setelah kau mengalahkan ku"ucap Pemuda tersebut dengan tersenyum kecil.

"Ehh, tunggu dulu tuan. Aku harus menggunakan senjata juga, sebentar"cegah Dongjun saat ia melihat pemuda itu mengangkat tombak dan bersiap menyerangnya kembali.

Dongjun melihat ke sekelilingnya dan menemukan sebuah pedang yang tertancap di pinggir lapangan. Entah milik siapa, karena sepertinya pedang itu tidak memiliki tuan.

Ia merasakan kekuatan yang begitu hebat mengalir di pembulu darahnya. Seperti tenaga dalam yang terkumpul menjadi satu di satu titik di dalam tubuhnya.

Tangannya terangkat ke arah pedang tadi. Sekejap mata pedang tersebut berpindah ketanganya.

Dongjun menatap pedang itu dengan seksama. Ia cukup terkagum dengan ke indahan pedang tersebut.

"Pedang yang indah. Tidak mungkin kan kau tidak punya pemilik?"tanya Dongjun di dalam pikirannya.

"Ekhmm, kau sudah siap?"tanya Pemuda dengan tombak tadi.

"Sebelum mulai. Bagaimana jika tuan memperkenalkan diri tuan terlebih dahulu"jawab Dongjun.

"Baiklah, aku Sikong Changfeng"ucap Changfeng dengan sedikit membungkuk.

"Aku Bai Dongjun."balas Dongjun dengan tersenyum hangat dan balik membungkuk.

"Aku tau"ucap Changfeng pelan dengan tersenyum misterius lagi?

"Hah apa?"tanya Dongjun bingung.

"Bukan apa-apa, sekarang tidak perlu basa basi lagi. Ayo bertarung"ucap Changfeng yang tiba-tiba lagi menyerangnya duluan.

"Yak! Heyy!, harusnya aku yang menyerang kenapa kau lagi!"gerutu Dongjun kesal.

Setelah beberapa kali menghindari serangan ia menyerang balik dengan pedangnya.

Pedang tersebut ia angkat dengan tubuhnya yang ikut melayang. Setelah itu ia hunus kan pedang tersebut ke arah Sikong changfeng.

Changfeng yang melihat itu segera menangkisnya dengan tombaknya. Hunusan pedang Dongjun membuat ia mundur beberapa langkah.

Dongjun yang melihat itu membulatkan matanya, Lalu menatap Pedang di tangannya. Ia tidak menyangka bisa membuat sikong changfeng mundur beberapa langkah. Padahal ia tidak begitu mahir bela diri.

Dongjun memegangi kepalanya dan mendesis sakit, tiba-tiba sekelebat bayangan merasuki ingatannya. Ia melihat dirinya bertarung pedang dengan seseorang. Apa itu changfeng? Tidak, bukan dia. Sepertinya orang lain, tapi siapa?.

Changfeng yang melihat Dongjun kesakitan mendekatinya. "Dongjun!, Dongjun!. Kau dengar aku?, Dongjun!"panggil Changfeng. Masih sama Bai Dongjun masih kesakitan dan tak berselang lama ia jatuh pingsan.

Melihat Bai Dongjun pingsan ia segera membubarkan pertandingan tersebut. Dan mengumumkan jika bulan depan mereka yang di terima menjadi murid kota xueyue akan di panggil secara pribadi.

"Mu Xuwang, cepat bawa kereta kuda kemari!"ucap Changfeng dengan nada bicara yang sangat jelas menunjukkan ke khawatiran.

Murid yang bernama Mu Xuwang tadi membungkuk mengerti dan segera mengambil kereta kuda.

Di bantu beberapa murid kota xueyue. Dongjun berhasil di bawa pergi oleh Changfeng dengan keretanya ke arah timur.




••••••••

Asli aku gak bisa bikin adegan action or bela diri kek begitu😭🥲. Maap banget kalau boring yak🥲. Trs itu arah kota xueyue tuh selatan, barat atau timur sih?🥲ngawur banget diri ini sumpah🥲.

𝐀𝐟𝐭𝐞𝐫 𝐭𝐡𝐞 𝐰𝐚𝐫 𝐢𝐬 𝐨𝐯𝐞𝐫 : 𝐃𝐘 (𝐎𝐧 𝐆𝐨𝐢𝐧𝐠)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang