6

237 54 7
                                    

"Aku salah, Archie. Aku tidak akan melakukan sesuatu yang tidak kau senangi lagi. Maafkan aku, Archie. Maafkan aku."

"Bukan padaku ...."

Tammi segera menatap padaku, aku hanya berdiri di sisi Archie tanpa mengatakan apa pun. Dia tidak senang sama sekali harus melayangkan maafnya padaku. Seolah aku lebih rendah darinya yang membuat aku harus menghormatinya. Tapi sekarang pilihan tidak berada di tangannya. Archie sewaktu-waktu bisa mengusirnya dari rumah utama. Jika Archie sampai tidak mengakui keberadaanya maka seluruh keluarga Jenkins juga akan melakukan hal yang sama.

Dan jika itu terjadi, saatnya Tammi menyerah pada hidupnya sebagai wanita kaya dari keluarga Jenkins.

Sepertinya dia lebih menghargai kekayaannya dari ego dan harga dirinya. Jadi dengan beringsut mendekat, Tammi berlutut di depanku. "Lea, aku salah. Aku hanya coba membuat keluarga ini menjadi lebih baik. Tapi sepertinya aku melakukannya dengan agak terlalu keras, membuat aku tampak buruk di depan matamu. Aku minta maaf, Lea."

"Tidak buruk, Tammi. Aku mengerti yang kau lakukan." Aku melirik Archie kemudian. "Archie, jangan terlalu keras pada ibumu. Bagaimana pun dia membantu membesarkanmu di rumah ini."

Archie mendesah menatapku. Dia menepuk pelan bagian belakang kepalaku. "Kau memang selalu baik." Archie melirik enggan ke arah Tammi. "Kau mendengarnya, kan? Jika bukan untuknya, aku benar-benar tidak dapat menolerir apa yang kau lakukan. Jadi, Tammi, mulai sekarang jaga sikapmu."

Tammi mengangguk pelan. Dia kemudian bangun dengan wajah yang berpura-pura berduka pada apa yang terjadi padanya.

"Kita sarapan dulu, tidak perlu mandi atau gosok gigi. Tidak akan ada lagi yang bisa menyebutmu kotor." Archie membawa aku melangkah bersamanya. Dan untuk pertama kalinya aku kembali memikirkan perkataan Rick. Apa selama ini aku memang selalu menutup mata pada kebaikan yang diberikan Archie padaku?

Mungkin pria ini memang sibuk dengan dunianya sendiri dan tidak pernah ada untukku, tapi satu kalimat dariku, satu kata yang keluar dari bibirku, dia akan menghargainya. Dia akan mematahuinya dan dia selalu mengutamakan aku di atas segala-galanya.

Aku tiba-tiba merasa bersalah karena harus meninggalkannya dengan cepat. Aku harap dia akan menemukan seseorang yang bisa menemaninya melewati masa sulit kehidupan.

Saat kami sudah siap makan, seorang pelayan datang dengan terburu-buru. "Nyonya, seseorang datang mengantarkan sesuatu untuk anda," ucap pelayan ke arahku.

Aku menatap bingung. Aku sudah mengecek semuanya dan harusnya cukup. Apa aku ada memesan dan aku lupa?

"Lagi?" ucap Tammi tidak bisa tenang tanpa mengeluarkan suara.

Archie menatap padanya dan dia segera menunduk dengan tidak lagi berkomentar. Dia sepertinya dapat melihat dengan jelas sekarang di sisi mana Archie berada. Aku harusnya menunjukkannya sejak lama. Bukannya sibuk melayaninya dan berpikir Archie tidak akan pernah membelaku. Aku terlalu buta dulu, sekarang tidak lagi. Sepertinya sakit ini sedikit membawa berkah.

"Kau ada memesan barang lain?" tanya Archie kemudian padaku.

Aku menggeleng. "Harusnya tidak."

Archie kemudian melirik pelayan. "Barang apa yang datang?"

Pelayan menggaruk kepalanya. "Sebuah motor warna merah. Sepertinya masih baru dan ...."

"Motor?" timpalku bertanya. "Motornya datang?" tambahku lagi dengan semangat. Rick benar-benar memberikan aku motornya?

"Kau memesan motor?" tanya Tammi tidak percaya.

"Bukannya kau tidak suka naik motor? Katamu kau tidak berani?"

Aku yang mendengar pertanyaan Archie sedikit tertegun. Dia mengingatnya. "Kau tidak melupakan yang aku katakan?"

"Mana mungkin aku lupa. Hari itu pertama kali kita bertemu dan Rick datang dengan motornya. Kau bilang sendiri padaku kalau seumur hidupmu tidak akan pernah kau mau naik motor. Karena motor adalah kendaraan paling berbahaya yang ada di dunia."

Dia sungguh ingat, dan detailnya bahkan tidak terlewatkan. Pria ini, kenapa dia baru membuat aku sadar saat kenyataan sudah hendak merenggutku darinya. Dia membuat aku enggan untuk pergi.

"Aku coba naik motor Rick semalam dan itu menyenangkan. Ada perasaan bebas yang tidak bisa dijelaskan. Rupanya aku menyukainya."

"Kau naik motor dengan Rick?"

Aku mengangguk. "Sudah terlalu malam dan taksi tidak ada di sekitar sana. Rick datang menawarkan boncengan. Dari pada jalan kaki sendirian malam hari, bukankah tidak masalah diboncengi sepupumu sendiri."

Archie terdiam. Dia mengepalkan tangannya.

"Kau pikir aku main dengan sepupumu, Archie? Kau menuduhku melakukan sesuatu yang tidak setia?"

"Di mana sopirmu?"

Aku mengerjap. "Sopir apa?"

"Aku menyediakan sopir pribadi untukmu. Di mana dia?"

Aku mengerut tidak mengerti. "Kapan kau menyediakan sopir untukku? Kau tidak pernah melakukannya. Kita memang punya sopir di rumah ini, tapi Tammi mengatakan kalau itu hanya untuk kepentingan mendesak. Tammi lebih sering menggunakan sopir itu dan aku tidak pernah sama sekali pakai sopir ke mana pun. Aku selalu memakai angkutan umum. Bahkan kadang uangnya tidak cukup untuk naik taksi jadi aku memakai bus dan berdesakan. Itu adalah masa kelam dan aku kadang membencimu. Karena kau kaya tapi kau bahkan tidak dapat memberikan satu sopir untukku."

Dan aku terkejut saat Archie menjatuhkan piring ke atas meja. Membuat meja berantakan dengan suara yang begitu kencang terdengar.

Aku berdiri menatap Archie tidak mengerti. "Ada apa denganmu? Apa yang membuatmu marah?"

Archie juga berdiri, menatap Dingin pada Tammi seolah wanita itu melakukan kesalahan yang fatal. Lalu Archie menatapku. "Aku memberikan sopir itu untukmu. Itu sopir pribadimu dan bukan milik orang lain. Aku benar-benar harus mengajarkan pada mereka apa yang harus mereka lakukan dan siapa yang harus mereka dengarkan. Mulai sekarang, aku akan mengganti semua orang di rumah ini. Mereka semua tidak ada yang becus."

Aku menatap Tammi tidak percaya. Yang kutatap hanya duduk mengkerut di tempatnya dengan remasan pada tangannya. Dia sungguh berani melakukannya. Apa dia tidak takut Archie akan tahu semuanya? Apa dia pikir kalau Archie tahu dia akan dilepaskan begitu saja? Mungkin dia memang berpikir begitu. Karena dia sangat meremehkan perasaan Archie padaku.

"Dan kau, mulai sekarang enyah dari rumah ini. Kau bukan lagi bagian dari keluarga Jenkins. Kau hanya wanita yang dipungut ayahku dan entah sihir apa yang kau gunakan untuk membuatnya mencintaimu. Tapi aku bukan ayahku. Kau menyiksa istriku maka kau terima balasannya. Enyah!"

Tammi menangis tersedu. Dia menyatukan tangan tampak memohon pengampunan. Tapi Archie tidak lagi memberikan celah pengampunan padanya. Dalam satu gerakan, Tammi sudah melakukan banyak kesalahan. Jadi tidak ada ampun untuknya.

Archie sudah meraih tanganku dan membawa aku melangkah bersamanya. Semua pelayan dan pekerja yang ada di sana berwajah dengan murung dan tampak menyalahkan Tammi. Tapi tidak ada yang bisa mereka lakukan. Mereka sudah berbuat kesalahan fatal.

Aku sendiri tidak berniat campur tangan pada keputusan itu. Aku berhenti jadi orang baik. Karena hidup mengajarkan aku, menjadi orang baik hanya akan membuatku terinjak oleh mereka. Jadi, lebih tidak menjadi egois sekalian.

***

Ready Ebook di playstore
Tamat di karyakarsa ya
Bisa beli pdf di aku

Sampai jumpa mingdep 😘

Istri Presiden - TAMAT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang