HAPPY READING
.
.
.Jeremy menarik koper hitamnya menuju kamar yang akan ia tempati. Rasa tak sabar untuk melihat kamar dan teman sekamarnya menghinggap dalam hatinya. Senyuman terbit di bibirnya setelah menemukan kamarnya. Kamar bernomor angka 5 yang berada tepat diujung. Jeremy meraih knop pintu dan membuka pintu itu masih dengan senyuman.
Hingga senyumannya memudar saat melihat ada lima orang di dalam kamar itu. Ia pikir, dalam satu kamar hanya akan ada dua orang. Namun pikirannya salah besar, ternyata satu kamar disi enam orang.
Helaan nafas keluar dari bibir Jeremy. Namun detik berikutnya, cowok itu menyunggingkan senyuman. "Hay, gue Jeremy Aldebaran temen sekamar baru kalian. Gue kelas 12 A, dan umur gue 17 tahun. Semoga aja kita seumuran supaya kagak canggung. Dan salken semua!"
Kelima orang yang menatap Jeremy hanya terdiam memandangi Jeremy. Namun kemudian, salah satu di antara mereka berjalan ke arah Jeremy.
"Gue Wafa, Bang! Satu-satunya anak kelas 10 di kamar ini." Wafa berkata seraya menyodorkan tangannya dihadapan Jeremy.
"Penempatan kamarnya digabungin ama anak kelas 10 ya?" tanya Jeremy sambil membalas sodoran tangan Wafa.
"Iya, Bang! Sebenarnya acak aja sih," jawab Wafa.
Seorang cowok bertubuh pendek berjalan ke arah Jeremy. Ia menyodorkan tangannya dihadapan Jeremy dan dibalas oleh Jeremy. "Gue Rico Mahendra, lo bisa panggil gue Rico! Gue juga kelas 12, tapi 12 C!"
Jeremy mengangguk mengerti. Ia menoleh ke arah ketiga orang yang masih terdiam. Namun seorang cowok berambut coklat dan sedikit gondrong mengacungkan tangannya. "Gue Lintang Adhitya, Bang. Panggil Lintang aja, gue kelas 11 B!"
"Gue Samuel Jonathan, panggil gue Samuel! Gue kelas 12 A," pungkas Samuel sambil tersenyum tipis.
Tatapan Jeremy beralih menatap cowok yang masih terdiam. Merasa ditatap oleh Jeremy, cowok itu menghela nafas pelan. "Gue Tristan Maxwell, lo bisa panggil gue Tristan."
Senggolan dari Lintang membuat Tristan menoleh menatap Lintang. "Kenapa lo?"
"Bang Jeremy lebih tua dari lo, panggil dia abang."
Tristan berdecak. Cowok itu membaringkan tubuhnya ke kasur bertingkat dua yang berada di bawah tanpa memperdulikan orang-orang yang menatapnya.
"Eh iya, ranjang lo yang dibawah sebelah kiri. Dan diatas itu punya Lintang." Rico menjelaskan.
"Thanks!"
Jeremy menarik kopernya ke arah lemari yang berada di tengah. Meletakkan kopernya di samping lemari. Lalu berjalan menuju ranjangnya dan langsung membaringkan tubuhnya yang lelah. Sebelum benar-benar memejamkan matanya, Jeremy menatap teman sekamarnya itu satu persatu. "Lo pada kagak usah kaku amat di dekat gue, gue orangnya santai. Gue bakal nunjukin ke kalian kenapa Jeremy Aldebaran itu adalah Jeremy Aldebaran."
Samuel menghela nafas melihat kelakuan Jeremy yang benar-benar tak canggung sama sekali sama seperti Wafa.
Lintang kembali fokus pada ponselnya untuk melihat beberapa ikan hias kembali karena sempat terganggu saat kemunculan Jeremy.
Sedangkan Rico dan Wafa bermain game bersama, meskipun Rico harus di paksa oleh Wafa.
***
Jeremy membuka matanya. Cowok itu menguap sambil merenggangkan tubuhnya yang kaku.
"Cuci muka lo, soalnya udah hampir makan malam. "
Jeremy menoleh menatap Tristan yang tengah mengeringkan rambutnya dengan handuk tanpa menatap dirinya karena sibuk dengan ponsel.
"Yang lain pada kemana?" tanya Jeremy sambil mendudukkan dirinya setelah rasa kantuknya perlahan-lahan menghilang.
"Lagi keluar, " balas Tristan.
"Lo kagak keluar?" Jeremy kembali bertanya.
Tristan menoleh menatap Jeremy sekilas. Lalu kembali menatap ponselnya. "Males!"
Jeremy bangkit dari kasurnya dan berjalan ke arah kamar mandi. Sebelum benar-benar masuk, ia menoleh menatap Tristan lekat. Helaan nafas pelan keluar dari bibirnya. Setelah itu, ia masuk ke dalam kamar mandi untuk cuci muka agar lebih segar.
Jeremy mengusap wajahnya. Matanya menatap tembok kamar mandi dengan senyuman miring saat mengingat alasan dirinya pindah ke SMA yang mengharuskan dirinya tinggal di asrama.
Suara ketukan pada pintu kamar mandi membuat Jeremy menoleh ke belakang menatap pintu. "Siapa?"
"Lo udah selesai cuci mukanya?" teriak seseorang di balik pintu.
Alis Jeremy terangkat satu berusaha mencari tau suara siapa itu. Hingga senyuman tipis terbit di bibirnya setelah tau bahwa Samuel lah yang berteriak.
Jeremy membuka knop pintu kamar mandi dan terpampanglah wajah Samuel dihadapannya.
"Lo dari mana tadi?" tanya Jeremy melangkah keluar kamar mandi.
"Dari cafe beli kopi," balas Samuel dan langsung masuk ke dalam kamar mandi. "Jangan ajak gue bicara kalo gue udah di dalam kamar mandi," tukas Samuel lalu menutup pintu.
Jeremy terdiam menatap lekat pintu kamar mandi yang tertutup. Wafa datang menghampiri Jeremy dan menepuk pundak cowok itu. "Jangan diem disini Bang, ayok gabung makan. Lo belum makan kan?"
Jeremy menoleh menatap Wafa. "Iya, gue laper!"
Wafa merangkul pundak Jeremy dan mengajaknya ke tengah ruangan yang sudah tersedia makanan orderan.
"Kita makan kek gini? "
"Emang apa lagi? " Rico berucap.
Jeremy menoleh menatap Rico. "Kagak ada makanan yang disediakan sekolah?"
Helaan nafas keluar dari bibir Rico. "Disini kita cuma tinggal di asrama, soal makan harus nyediain sendiri. Mau itu beli atau buat sendiri."
Jeremy terdiam. Dan Lintang langsung menarik lengan Jeremy agar duduk saat Jeremy hanya terdiam.
"Tenang aja Bang, di asrama kita bebas keluar masuk." Lintang berkata sambil tersenyum.
Jeremy menghela nafas dan mulai ikut menyantap makanan itu bersama dengan keempat teman sekamarnya yang lain, karena Samuel masih berada di dalam kamar mandi. Entah apa yang dilakukan oleh cowok berbahu lebar itu?!
--------------
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK DENGAN CARA VOTE DAN KOMEN
DAN TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA CERITA INI
SAYA BERHARAP PARA PEMBACA SEKALIAN BISA MENYUKAI CERITA YANG DIBUAT MENDADAK INI
DAN MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN PENULISAN, KARENA SAYA SEBAGAI AUTHOR HANYALAH MANUSIA BIASA🙏🏻
SEKIAN DARI SAYA SARANGBEO ❤️🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
Roommate [BoyNextDoor]
Ficțiune adolescențiDILARANG PLAGIAT!! VOTE DAN KOMEN ITU DIPERLUKAN! TERIMA KASIH!🙏🏻 Jeremy Aldebaran, seorang anak misterius yang baru saja pindah ke sekolah yang cukup elit namun diharuskan tinggal di sebuah asrama. Jeremy pikir, di dalam satu ruangan ia hanya aka...