Sesi belajar bersama akhirnya usai. Meskipun belum rampung, sudah setengah dari tugas mereka kerjakan. Di temani cemilan berupa kue krim cokelat dan susu hangat.
Pada awalnya Yuna terlihat canggung, apalagi ketika hendak memasuki kamarnya. Dia celingukan sambil mematung di ambang pintu, sepertinya bingung harus bagaimana.
Elaine yang akhirnya meraih lengan kurus perempuan itu dan mendorongnya duduk di pinggir kasur. Elaine tahu Yuna itu tipe pasif, jadi sejak awal Elaine lah yang selalu memulai topik pembicaraan dan mendominasi interaksi mereka. Semata-mata agar Yuna tidak tertekan dengannya.
Elaine juga menyinggung soal buku yang sedang tren di pasaran. Benar saja, Yuna menangkap kail nya dan mulai mengoceh banyak hal seputar buku tersebut. Seperti yang Elaine duga, Yuna itu menggandrungi buku-buku. Penampilannya tidak terlihat seperti kutu buku, tapi jika jam istirahat tiba kau bisa menemukan Yuna di perpustakaan membaca setumpuk buku tebal yang menjemukan.
Meskipun rajin belajar, Elaine sendiri jarang datang ke perpustakaan. Dia lebih suka belajar sendiri di malam hari, jadi waktu istirahat nya dia habiskan untuk mengganggu Sizey dan harem nya.
Kalau diingat-ingat lagi Elaine sangat malu dan ingin menangis.
Akhirnya lama kelamaan Yuna menjadi nyaman dengan keadaan dan tidak secanggung tadi. Hingga akhirnya tugas mereka sudahi untuk hari itu.
"Saya permisi dulu, terima kasih sudah mengundang saya." Yuna tersenyum manis meskipun malu-malu.
"Iya! Lain kali kalau ada tugas lagi mari mengerjakan bersama!"
Pipi Yuna memerah tapi dia tetap mengangguk semangat. Dengan langkah ringan Yuna kembali ke kamar nya yang berada di lantai empat asrama.
Dengan perlahan Elaine menutup pintu. Dia hendak segera berganti pakaian namun terhenti ketika dia menyadari ada sesuatu di jendelanya.
Lebih tepatnya itu adalah sesosok burung gagak hitam tengah bertengger di jendela nya yang memang terbuka lebar.
"Koaaakk! Koaakkk!!!" Gagak itu berkoak ribut seakan mencoba menarik atensi Elaine yang sedaritadi tidak menyadari kehadirannya.
Elaine menghampiri burung itu dengan agak waspada. "Gagak hitam? Milik siapa ini." Gumamnya. Namun matanya segera menangkap gulungan surat yang diikat di kaki kecil si Gagak. "Surat?" Dia bertatapan dengan si Gagak seakan-akan minta izin untuk mengambil surat yang diikat di kakinya. Gagak itu nampak tidak peduli, dia memejamkan matanya dan diam di tempat.
Elaine dengan perlahan melepaskan ikatan gulungan itu dari kaki si Gagak dan membuka gulungan tersebut.
Itu adalah gulungan surat sihir. Ketika Elaine membukanya surat yang awalnya terlihat kecil itu melebar menjadi seukuran dua jengkal.
Untuk Ele, ini aku Arshan.
Senyuman Elaine sontak mengembang. Dia mendudukkan dirinya di jendela, tepat di sebelah si gagak yang tidak terganggu sama sekali.
Maaf baru mengabarimu. Aku baru bisa menulis ini di saat senggang ku. Aku meminta Kuro untuk mengantarkan ini. Omong-omong jangan lupa memberi Kuro cemilan ya untuk imbalan mengantar surat. Dia itu Gagak yang agak perhitungan.
Elaine melirik si Gagak. Oh jadi namanya Kuro. Setahu Elaine Kuro berarti hitam. Cocok sekali untuk si gagak yang berwarna hitam pekat.
Bagaimana kabar mu? Apakah kau sehat? Aku berharap kau selalu dalam keadaan baik-baik saja. Meskipun aku belum bisa bertemu dengan mu, aku akan terus mengirimimu surat. Selain untuk bertukar kabar, ini membuat ku tidak terlalu khawatir padamu. Kau bisa menulis apa saja sebagai balasan surat ini. Seperti ketika di kuil, membicarakan tentang banyak hal, kau juga bisa menulis hari-hari mu di surat. Aku akan mengusahakan untuk selalu membalas.
Omong-omong saat ini aku sedang berada di perbatasan. Ada beberapa penyihir pengkhianat yang kabur dan bersembunyi disini, itu sebab nya aku belum bisa kembali ke akademi. Tapi tenang saja, setelah aku menyelesaikan urusan ku, aku akan kembali dan mengajarimu banyak hal tentang Guardian.
Kau masih ingin menjadi Guardian kan?
"Tentu saja. Itu tujuan hidup ku sekarang." Elaine bergumam pelan. Mengelus surat itu, seakan merasakan bahwa yang dia sentuh saat ini adalah lengan Arshan yang halus.
Karena itu selama aku tidak ada, kau harus belajar dengan giat agar ketika aku kembali, kita bisa mempelajari lebih dalam lagi.
Aku tidak sabar ingin kembali ke akademi.
Sampai disini dulu suratku. Aku tidak bisa menulis terlalu banyak, karena saat ini aku benar-benar sibuk, tapi seperti kataku, jika kau mengirimi ku surat aku akan mengusahakan untuk membalasnya.
Ku tunggu balasan surat mu.
Tertanda
ArshanElaine melipat surat itu dengan lembut dan melompat turun dari jendela. Dengan segera gadis itu mempersiapkan buku, pena dan tinta untuk segera menulis surat balasan. Dia tidak menyangka sama sekali kalau Arshan akan mengirim surat apalagi di tengah kesibukannya.
Bahkan pemuda itu masih ingat dengannya.
Dengan cekatan Elaine menorehkan tulisan di atas selembar kertas surat. Dia membalas salam Arshan, berbasa-basi sedikit dan mulai menceritakan apa saja yang terjadi setelah berpisah dari Arshan. Surat itu lumayan panjang, tapi Elaine entah mengapa yakin Arshan akan membaca semuanya.
Dia menceritakan tentang usaha nya berteman dengan Yuna, dan betapa bahagianya dia menerima surat dari Arshan.
Aku juga akan memberikan banyak cemilan enak untuk Kuro. Tenang saja, aku tidak akan membiarkan Kuro kelaparan. Ketika Kuro kembali padamu, aku pastikan dia akan sangat gemuk dan puas, tulisnya sambil terkekeh pelan.
Setelah menyelesaikan surat balasan, Elaine menepati kata-katanya untuk memberikan Kuro banyak cemilan. Bahkan cemilan yang sengaja dia simpan untuk tiga hari ke depan dia hidangkan semua untuk Kuro. Sekejap saja burung gagak itu menjadi akrab dengan Elaine. Bahkan burung itu sudah mau bertengger di atas kepala Elaine dengan bahagia.
"Kau pergilah besok. Saat ini sudah malam, kau bisa tidur di kamar ku. Aku akan melepaskan mu ketika subuh menjelang." Elaine memberitahu Kuro seraya mengusap lembut sayap Kuro yang bertekstur agak kasar.
Kuro berkicau dan terbang ke atas meja belajar Elaine, bertengger di atas setumpuk buku pelajarannya dan memejamkan matanya untuk tidur. Tampak nya burung itu tidak banyak mau untuk tidur. Namun meski begitu Elaine masih memberinya bantal agar bisa tidur dengan nyaman. Tidur di atas setumpuk buku bukanlah pilihan yang baik. Biar bagaimana pun Kuro itu burung asli. Dia bisa buang kotoran kapan saja dan Elaine tidak ingin ambil resiko buku pelajaran nya di temukan dalam keadaan penuh kotoran burung esok harinya.
Kuro nampaknya senang dengan perhatian kecil itu, jadi dia terbang dengan ruang dan mendarat di atas bantal yang di sediakan. Tak lama kemudian burung itu tertidur pulas.
Keesokan harinya Kuro pergi ketika subuh menjelang, membawa surat balasan Elaine untuk Arshan. Dan tak hanya surat balasan, Elaine juga mengikat sekantung permen untuk Arshan. Berharap Arshan akan tersenyum senang sambil memakan permen darinya.
Elaine menatap kepergian si Gagak sambil tersenyum kecil. Kini Elaine tahu bahwa Arshan akan selalu peduli padanya dan tidak akan pernah meninggalkan nya, dia mana pun dia berada. Mendadak hati Elaine menghangat.
"Semoga kita bisa cepat bertemu, tuan Guardian."
TBC
Satu chapter dulu, besok kalau sempat aku lanjut lagi
Selain vote jangan lupa komen ya. Soalnya baca komentar kalian itu bisa bikin aku bahagia dan semangat buat lanjut ^^
Tertanda
IchaSunny

KAMU SEDANG MEMBACA
The Holy Guardian
ФэнтезиElaine Winksens adalah gadis yang terkenal senang menggoda para lelaki bangsawan. Meskipun rumor nya seperti itu, Elaine tidak benar-benar menggoda para lelaki. Dia hanya senang mencari perhatian dan mendekati keempat lekaki tampan dan berpengaruh y...