7: Masa Itu dan Masa Ini

17 1 1
                                    

Note: Kalimat atau kata yang dibold nunjukin latar waktunya, ya. Happy reading(⁠◍⁠•⁠ᴗ⁠•⁠◍⁠)⁠✧

****

Di tahun pertama Yuda menyukai Biana.

"Hai!"

Disapa sebegitu ceria oleh seseorang membuat Biana yang tadinya sibuk mendikte buku-buku di lemari perpustakaan merasa dejavu, cukup lama memerhatikan wajah cowok yang tersenyum dengan sangat ramah itu untuk mengingat namanya. Situasi yang cukup familiar ini membawanya ke beberapa minggu yang lalu; dimana cowok dengan tampang sama, suara ceria yang sama, dan senyum yang sama menyapa--atau bisa dibilang ... confess padanya.

Yuda, nama cowok itu. Mengaku suka padahal baru pertama kali bersinggungan mata.

"Ah, lo lupa ya?" tanya Yuda, masih tersenyum ramah walau Biana bahkan hanya berdiri bak patung menatapnya. "Gue Yuda, cowok yang suka sama lo," tambahnya sambil mengulurkan tangan.

Biana membalas, walau agak kikuk karena inti ucapan cowok itu yang berbeda jauh dengan aksi formalnya. Dia bertingkah seolah sedang berkenalan normal. Padahal hati Biana sudah gonjang-ganjing panik, tidak tahu harus bereaksi seperti apa.

"Diinget ya, soalnya nggak bakal ada perkenalan ketiga." Ia terkekeh, Biana mengangguk. "Gue bakal sering muncul soalnya, nggak lucu, 'kan, kalau terus kenalan tiap ketemu?"

Benar, nggak lucu. Yang lucu adalah bagian dimana Biana mulai menunggu pertemuan ketiga mereka. Berlanjut ke pertemuan keempat, kelima, dan keseterusnya.

Pertemuan sekali seminggu itu terasa sangat mendebarkan bagi Biana. Pun bagi Yuda. Dua-duanya terjebak romansa remaja yang berbeda dari kebanyakan pendekatan. Yuda si anak mesin yang terobsesi pada mesin adalah alasannya, dia tidak bisa membagi waktu dengan benar antara rasa sukanya pada Biana dan rasa sukanya pada mesin.

Hal itu lama kelamaan membuat Biana merasa jadi selingan. Ia seperti dijadikan hiburan oleh cowok itu ketika punya waktu luang. Lebih parah lagi, Biana tidak tahu akan hal itu. Dia hanya tahu bahwa Yuda tidak benar-benar menjadikannya prioritas, tanpa tahu apa prioritas lain cowok itu.

Namun, ada masa dimana Biana benar-benar berdebar karena Yuda, jadi walau sudah yakin dengan dugaannya, Biana tetap mencoba meminta kejelasan. Dia hanya butuh satu kalimat, bukan aku suka kamu seperti yang sering Yuda ucap, tapi kalimat penjelas seperti bagaimana niatan cowok itu selanjutnya untuk mereka.

Biana merasa butuh alasan dan posisi yang kuat untuk bertanya kenapa cowok itu selalu datang padanya satu kali dalam seminggu. Bertanya kemana cowok itu menghabiskan waktu selama enam hari mereka tidak bertemu. Atau pertanyaan simple, seperti kenapa sampai sekarang, cowok itu tidak pernah menanyakan nomer ponsel atau whatsAppnya hanya untuk menaikkan intensitas komunikasi mereka.

Lantas tanpa menunggu pertemuan mingguan mereka yang selalu tidak disengaja, Biana mencari Yuda. Pergi ke FTek berbekal nekad tanpa tahu apakah Yuda disana atau tidak. Dan nihil, dia tidak menemukan Yuda.

Biana tampak putus asa dan memilih untuk menunggu saja pertemuan tidak disengaja mereka. Namun, hendak meninggalkan gedung FTek, hujan tiba-tiba turun, seperti memaksa Biana untuk tetap diam sejenak. Cewek itu menurut, ia memilih duduk di salah satu kursi dekat taman yang cukup dekat dengan parkiran.

Kemudian seperti sebuah drama tema perselingkuhan, Biana dengan jelas melihat Yuda di bawah hujan, baru turun dari mobil sambil dipayungi seorang cewek. Dua orang itu tampak ceria dan serasi di mata Biana, tertawa saling rangkul seolah hujan tidak menyebalkan bagi mereka.

Tak punya hak untuk marah dan cemburu, Biana diam saja. Menonton Yuda sambil menelan luka tak bernama.

Mereka tiba di koridor, bercanda sebentar yang tampak seperti adegan romansa bagi Biana, kemudian berpisah dengan lambaian paling manis di dunia. Yuda masih belum melihatnya, berjalan santai mulai mendekat sambil sibuk menghempas air dari pakaian, lantas tiba-tiba berhenti tepat di depan tiang besar yang menutupinya. Tapi seolah tembus pandang, Biana dapat jelas melihat Yuda mendapat telepon dari seseorang.

Come Here, Butterfly!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang