"Lo kenapa, sih, anjing?!" Suara Vino yang terdengar sangat muak menggema di ruang tamu kosan. Mengagetkan dua orang lainnya yang tadi sibuk dengan game.
Yuda sendiri, yang sejak tadi mencoba sibuk dengan jurnal di laptop menghela napas, memilih menyingkirkan laptop untuk bersandar di sofa.
"Kenapa, Vin?" tanya Agus yang penasaran kenapa Vino tiba-tiba ngegas begitu. Padahal sejak tadi mereka tidak bicara.
Terdengar dengkusan dari Vino, menatap tersangka sebal. "Tau tuh si anjing, dari tadi diem aja, gue tanya kenapa diem, gue ajak diskusi diem. Cosplay limbad apa gimana sih, capek gue."
Iya sih, bahkan Agus sama Idan sadar Yuda hari ini memang agak diam. Cuma memang tidak begitu acuh karena game lebih penting. Kalau sudah mau ngobrol, dia pasti ngobrol kok, prinsip mereka.
Berbeda dengan Vino yang gerah body sendiri dengan tingkah teman sejak belum sunatnya itu yang mendadak jadi kulkas bernyawa, masalahnya mereka harus diskusi untuk membuat tugas itu, kalau diam-diaman mana bisa jadi! Dia mau cepat-cepat selesai agar bisa jalan dengan Gea besok.
"Gue tanya lo kenapa?" tanya Vino ulang. Memaksa.
Yuda menghela napas, dengan lesu menatap Vino. Sesuatu yang hampir tidak pernah Yuda tunjukkan. Biasanya cowok itu selalu optimis sampai ke level kepedean.
"Biana." Satu kata yang keluar dari mulut Yuda sudah jadi jawaban kunci atas kebingungan Vino. Memantik rasa tertarik cowok itu untuk lebih mendengarkan. Bahkan Agus dan Idan pun sudah mematikan game untuk menyimak cerita Yuda.
Kisah cinta tidak jelas Yuda itu memang selalu menarik untuk didengarkan. Bukan karena seru, tapi karena Yuda jarang sekali terbuka soal itu.
"Apa gue tembak aja anaknya?" tanya Yuda serius. Memandangi Vino dan dua orang lainnya. "Menurut lo pada gimana?"
Kalau saat ini mereka sedang main film atau drama, Vino pasti akan melakukan adegan tersedak ludah untuk membuktikan keterkejutannya.
Tanpa angin tanpa hujan Yuda tiba-tiba minta saran untuk confess?? Yuda? Cowok yang sangat pede akan mendapatkan Biana tanpa pacaran itu?!
"Lo salah makan, ya?" Vino mencoba menebak. Enggan terbawa arus lelucon Yuda.
Yuda yang mendapatkan respon itu mendengkus, merebahkan kepala ke atas sofa.
"Kenapa Yud, kok tiba-tiba banget mau confess?"
"Tiba-tiba apaan anjrit, udah tiga taun dia suka!" Vino yang nyahut. Yang langsung mendapat sahutan "iya juga" dari keduanya.
"Tembak aja, Yud, gue dukung. Lo mau dimana biar gue aturin rencananya biar romantis!"
Yuda menatap Vino malas. Malah cowok itu yang bersemangat. Menegakkan badan untuk kembali menyuarakan apa yang mengganjal di hatinya.
"Gue sebenernya nggak mau pacar-pacaran, maunya langsung nikah aja," kata Yuda serius. "Tapi tabungan gue belum cukup buat nikah kalau sekarang, rumah juga belum ada."
"Jauh banget lo mikirnya anjir, apa salahnya pacaran dulu?"
"Nggak bisa gue, Vin, bayangin dia gemes-gemes ke gue tanpa bisa gue apa-apain tu kayaknya nyiksa banget."
Vino, Agus, dan Idan kompak melempar tiap-tiap benda yang bisa mereka lempar ke arah Yuda. "Anjing lu!" maki mereka yang hanya dibalas dengan tawa oleh tersangka.
"Ya gimana anjing, realistis aja, cewek gue semenarik itu mana mungkin gue nggak punya pikiran buat nyipok. Cuma kan balik lagi, gue punya prinsip kalau harga diri dia tu juga termasuk tanggung jawab gue. Jadi gue bakal bantuin dia buat selalu jaga itu, tapi kalau sampai pacaran, takutnya gue lupa dan ngasih izin ke diri sendiri. Setan kan pinter ngerayunya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Come Here, Butterfly!
Fiksi Remaja◍•ᴗ•welcome◍✧*。 "Told you, you're belong to me." "Shut the fuck up!" Capek-capek menghindar, ternyata takdir milih dia. Berasa jadi kupu-kupu yang terbang kesana-sini tapi ujungnya tetep mendarat ke bunga ... "Bunga bangke." ...