Setelah kembali dari mall, Sheilla dan Arsen menginjakkan kaki di rumah mereka. Sejujurnya, ada keraguan yang menggelayut di benaknya sejak sebelum mereka berangkat. Bagaimana tidak? Pernikahan mereka yang baru saja berlangsung telah membuat gempar jagat maya—Arsenio, seorang musisi yang baru saja kembali ke dunia musik, tiba-tiba menikah. Ini tentu saja mengejutkan banyak orang.
Selama perjalanan ke mall tadi, Sheilla tak bisa menahan diri untuk tidak memikirkan komentar-komentar yang ia baca di berbagai platform online. Di TikTok, X, dan Instagram, namanya mendadak jadi topik hangat. Bahkan, foto-foto pernikahan mereka sudah bertengger di akun Instagram Lambe Turah, akun gosip nomor satu di Indonesia.
Komentar-komentar itu beragam. Banyak yang terkejut, tak menyangka bahwa Arsenio—idola yang baru saja comeback—akan menikah. Ada pula yang mendoakan kebahagiaan mereka dengan tulus. Namun, tak sedikit pula yang merasa kecewa, mempertanyakan bagaimana seorang Arsenio bisa menikah dengan 'orang biasa' seperti Sheilla.
Di tengah kegalauan itu, Arsen selalu tahu cara menenangkan hatinya. Dengan penuh perhatian, ia menggenggam tangan Sheilla, seakan menyampaikan bahwa semua akan baik-baik saja. Di tengah keramaian, ketika banyak mata memperhatikan mereka, Arsen tak pernah melepaskan genggamannya. Kadang, ia merangkulnya, membuat Sheilla merasa lebih nyaman meski tetap ada sedikit gugup di hatinya.
Reaksi orang-orang di sekitar pun beragam. Ada yang menatap mereka dengan tatapan sinis, jelas-jelas tidak suka. Namun, ada juga yang tersenyum canggung, mungkin mencoba menyembunyikan rasa kagum. Beberapa orang nekat mendekat, meminta foto dengan Arsen, tapi yang membuat Sheilla tersenyum adalah ketika salah satu penggemar, dengan gugup, meminta izin padanya sebelum mengambil foto. "Maaf kak, boleh foto sama Kak Arsen ngga?" kata penggemar itu sambil tersipu, dan setelah foto, ia mengucapkan selamat dengan tulus, "Selamat ya, Kak, semoga bahagia selalu!" Sheilla tak bisa menahan tawa kecilnya—penggemar itu begitu menggemaskan, dan Arsen hanya terkekeh melihatnya.
"Btw, lo ngga mau ngajak gue house tour gitu? Asing banget deh gue sama rumah segede ini." Ucap gadis itu setelah selesai menata semua belanjaan mereka.
Arsen yang sedang asyik makan anggur menatapnya sejenak, kemudian menaikkan alisnya, benar juga. Sheilla pasti masih merasa asing di rumah ini.
Tanpa banyak bicara, Arsen mengayunkan tangannya, mengajak Sheilla berkeliling rumah. Mereka memulai tur dari garasi, ruang tamu, ruang tengah, hingga melewati beberapa kamar yang jumlahnya lebih banyak dari yang Sheilla kira. Lelaki itu juga menceritakan sejarah dan peristiwa-peristiwa bahagia yang terjadi disetiap sudut ruangan rumah itu.
"Cuma tinggal bertiga, kenapa kamarnya banyak banget?" tanya Sheilla, heran.
Arsen menggaruk kepalanya, terlihat agak bingung. "Dulu Papa sama Mama pengen punya tiga atau empat anak. Waktu gue umur tujuh tahun, Mama hamil adik gue... Tapi saat usia kandungan enam bulan, Mama keguguran, dan setelah itu Mama didiagnosis dengan fibrosis paru. Sejak itu, Mama sering bolak-balik rumah sakit. Setelah Papa meninggal, kondisinya makin memburuk, dan sekarang Mama lebih sering di rumah sakit daripada di rumah."
Sheilla terdiam, merasakan empati yang mendalam. Namun, Arsen mencoba mengalihkan suasana dengan tersenyum. "Nah, ini nih pelarian gue kalo lagi stres." Ucapnya setelah sampai di salah satu ruangan, kemudian ia mulai membukanya dan menyalakan lampu yang ada disana, "Salah satu kamar yang gue rombak jadi studio. Bukan gue sih sebenernya yang bikin, tapi papa."
Sheilla benar-benar terkesima melihat ruangan itu. Dindingnya yang dihiasi dengan peredam suara, dan berbagai alat musik tertata rapi di sekitarnya—gitar-gitar menggantung di dinding, sebuah drum set di pojok, dan keyboard yang terletak di atas meja di sisi lain. Pencahayaan temaram dari lampu gantung memberikan kesan hangat namun misterius.
KAMU SEDANG MEMBACA
When Time Calls for Love
FanfictionSetelah bertahun-tahun hidup tanpa memikirkan sebuah pernikahan, karena hidup mereka dipenuhi oleh kesibukan dan kenangan pahit, sehingga pernikahan terasa seperti sesuatu yang tidak perlu dipikirkan. Namun, waktu terus berjalan, dan usia mereka sem...