𝙎 𝙀 𝙍 𝙀 𝙉 𝘼 [𝘽𝙄𝙉𝙃𝘼𝙊]
•••
••
Hari ke-dua, rupanya Hanbin masih memberikan kesempatan pada Yujin untuk ikut bekerja lagi meskipun sebenarnya untuk yang kali ini sedikit lebih memaksa. Seperti biasa, Yujin memberikan jurusnya yang paling ampuh, memohon dengan kedua telapak tangan terpaut hingga hati Hanbin yang selalu lemah jika di hadapkan dengan Yujin, adik kesayanganya, Ia pun mengaku bahwa ia telah 'kalah'
Mungkin di kemudian hari, Hanbin harus belajar 'cara agar menjadi kakak yang tidak mudah terlena oleh adiknya'
"Baiklah, kalau begitu kau hanya boleh duduk dan diam saja."
Awalnya, Yujin mengangguk setuju. Pikirnya, Mengangguk saja dulu, soal harus menurut pada kak hanbin atau tidak urusan belakangan.
Dan teryata memang benar. Laki-laki yang baru saja menginjak umur tujuh belah tahun beberapa bulan yang lalu pun, tetap tak ingin diam dan duduk saja. Yujin ingin membantu meski hanya mengantar makanan atau membereskan sisa-sisa makanan milik pelanggan yang sudah pulang.
Tidak apa, dia hanya ingin membantu sedikit pekerjaan kakaknya itu. Meski dia tidak bisa membantu dalam hal finansial, mungkin Yujin bisa membuat pekerjaan kakaknya lebih ringan meski hanya sedikit.
Omong-omong, suasana kafe memang selalu cukup ramai di jam-jam seperti ini sebab orang-orang akan berdatangan entah itu untuk sarapan—atau sekedar mengobrol biasa bersama rekan kerja. Taerae memang pandai memilih lokasi. Teman sekolahnya itu membangun kafe ini di tempat yang sangat strategis. Jika kau pergi ke sebelah kiri, maka akan ada perusahaan properti. Jika kau lurus ke depan maka akan ada pusat perbelanjaan terbesar di kota ini. Dan jika kau pergi ke arah kanan, maka kau akan melihat sebuah gedung agensi terkenal di mana di dalamnya terdapat sederet artis-artis ternama.
Cling! Suara lonceng yang sengaja di pasang pada bagian atas pintu pun berbunyi, memberi tanda jika pengunjung baru saja memasuki wilayah kafe.
“Selamat datang di Kafe Rosalin, ingin memesan sesuatu? Hari ini kafe kami sedang ada promo buy one get one untuk menu yang tertera di sini. Promo ini juga akan bertambah sebanyak 2% jika anda memiliki kartu member. Apakah anda berminat untuk melakukan transaksi?”
Hanbin menampilkan senyumnya yang paling ramah pada pengunjung tersebut. Sangat berbanding terbalik dengan senyuman saat ia membunuh seseorang. Mungkin orang yang hanya melihatnya sekelebat saja tidak akan pernah menyangka bahwa senyuman penuh keramahan itu nyatanya hanyalah kedok.
Kembali pada realita, Hanbin yang baru menyadari jika pengunjung tersebut tampak berpenampilan sedikit mencurigakan pun bertanya-tanya. Pasalnya, orang ini datang dengan pakaian serba hitam. Bahkan beberapa aksesoris seperti kacamata dan maskernya pun berwarna senada. Hanbin hampir saja mengiranya sebagai grim reaper jika orang itu tidak segera menarik turun kacamata dan maskernya.
“Kak Hanbin— dia….”
“Maaf ini adalah kunjungan pertamaku ke kafemu karena biasanya asistenku ‘lah yang akan datang ke sini. Apa kau tahu varian apa yang sering dia beli?”
Kedua alis Hanbin menukik. “Maaf Tuan, tapi.. saya tidak tahu yang mana asisten anda. Pengunjung yang datang ke kafe ini ada banyak, bukankah lebih mudah jika anda menghubungi dan bertanya langsung padanya?”
“Jika aku bisa, mungkin aku sudah menghubunginya dan tidak perlu bertanya padamu. Tapi sayang sekali aku tidak dapat melakukan itu, dia sudah aku pecat sebagai asistenku dan aku tidak punya muka untuk bertanya hal seperti ini padanya.”