𝙎 𝙀 𝙍 𝙀 𝙉 𝘼 [ 𝘽𝙄𝙉𝙃𝘼𝙊 ]
••
•••
Dug!
Seratus lembar uang kertas bernominal 50 ribu won yang baru saja dilemparkan si pemilik ke atas meja, sukses menarik perhatian Hanbin yang sedari lima menit lalu terus menunduk memperhatikan sepatunya yang baru ia sadari ada setitik noda darah di sana, tepatnya pada tali putih yang sudah tidak terikat dengan rapi lagi. Hanbin membuang nafas kasar. Sepertinya, ia harus merelakan lagi sepatu yang baru saja dibeli nya satu minggu lalu untuk di buang, menghilangkan barang bukti atas tindakannya yang ceroboh.
“Lima juta won sesuai perjanjian.” Ucap Mr. Willis seraya menyedot cerutu pada apitan jari jemarinya lalu kepulan asap pun mengambang di udara.
Hanbin berdecak dan mengibaskan telapak tangannya di hadapan Mr. Willis untuk memberitahu pria itu secara implisit bahwa dirinya merasa terganggu dengan asap sialan itu.
“Apa aku perlu menghitungnya kembali?”
Mr. Willis tertawa, lantas menumpangkan kedua kakinya ke atas meja dan bersandar. “Aku bukan pembohong seperti wanita sialan itu. Jika aku berjanji akan memberimu imbalan sebesar lima juta won, maka itulah yang akan kau dapat. Tapi...”
“Aku bercanda.” Hanbin memotong perkataan client-nya. “Uang sebanyak ini mungkin hanya recehan dari sebagian uang yang kau miliki, bukankah begitu Mr. Willis?”
Lima juta won tersebut Hanbin ambil lalu ia masukkan ke dalam saku hoodie yang dipakainya. Bila ingin tahu, itu adalah bayaran yang didapatnya malam ini dalam sekali menghabisi nyawa seseorang.
“Kau memang paling tahu bagaimana membuatku senang, Ares.” Senyuman miring terukir kala nama samarannya disebut, ialah Ares Barley.
“Jujur saja... aku sangat puas dengan pekerjaanmu malam ini. Selain hebat dalam menghabisi orang, kau juga cerdas dengan membuat semua ini terlihat seperti kasus bunuh diri alih-alih pembunuhan. Harus kuakui rencana serta pengeksekusian yang kau lakukan benar-benar tepat dan sangat matang."
Hanbin tersenyum menanggapi pria tua di hadapannya itu. “Kau berlebihan Tuan, aku hanya...." dahinya mengerut, "... sedikit lebih teliti agar pekerjaanku ini tidak terendus oleh kepolisian. Aku tidak suka saat tikus-tikus itu ikut campur ke dalam pekerjaanku apalagi sampai menghancurkan sumber penghasilanku.”
Mr. Willis mengangguk setuju, lantas menurunkan kedua kakinya yang sedari tadi menopang di atas meja dan membenar ‘kan posisi duduknya. “Kau memang benar, aku juga tidak suka jika mereka menghancurkan sumber penghasilanku. Tapi, aku mempunyai sebuah tawaran untukmu, Ares.”
Ah, kalimatini lagi...
Rasanya Hanbin sudah terlalu hafal. Dia tahu betul apa yang akan pria tua itu tawarkan padanya, karena kalimat seperti ini sudah sering ia dapatkan. Bukan hanya sekali, tapi, nyaris setiap client yang ia temui pun selalu mengatakan hal yang serupa. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang memaksa hingga mengiming-imingi dirinya dengan tumpukan uang haram mereka.
“Jika kau menawarkan ku untuk bekerja di bawah kuasamu, aku menolaknya, Tuan."
Mr. Willis tentu saja terkejut. Namun, sekali penolakan tentu tidak membuat dirinya menyerah, bukan?
“Kenapa? Aku bahkan belum memberitahu jumlah nominal yang akan kau dapatkan, Ares. Bayaran ini bahkan bisa melebihi dari apa yang kau dapatkan malam ini. Kau—“
“Mr. Willis..." ia menyela. "..Ini adalah ketaatanku." katanya, hingga mengundang tanda tanya pada raut wajah sang lawan bicara.
"... Sekalipun kau atau mungkin yang lainnya mengiming-imingi diriku dengan bayaran yang begitu besar, aku tidak akan goyah."
Kalimatnya terdengar tegas, kuat dan penuh keyakinan.
"Lagipula... Aku hanya menerima satu kali pekerjaan dari satu orang, Mr."
“Maksudmu?”
“Maksudku adalah—“ kalimatnya mengambang bersama manik elangnya yang menatap tajam pada si lawan bicara.
"... kau hanya dapat menggunakan jasaku sekali saja, Tuan. Lalu begitu pekerjaanku selesai dan aku mendapat bayaran darimu, maka detik itu juga urusan kita selesai.”
Badannya pun terangkat saat tungkainya berdiri dengan tegak. Pergerakan yang sangat tiba-tiba itu, tentu mengundang keterkejutan dari pada pengawal Mr. Willis yang spontan menodongkan senjata mereka.
Ares terkekeh. Sialan!
“Tuan, kau melatih para pengawalmu ini dengan sangat baik. Pergerakan mereka bahkan begitu cepat, tapi sayang sekali..." manik elangnya menatap tajam para pengawal itu satu persatu. "....insting mereka begitu buruk, hingga membedakan mana musuhmu dan mana tamumu saja mereka tidak mampu."
Mr. Willis menatap Ares begitu angkuh, lantas meminta para pengawalnya untuk menurunkan senjata mereka.
"Kau harus lebih bekerja keras lagi dalam mengajari mereka, Tuan. Atau orang yang akan bekerja sama denganmu akan sangat tersinggung jika di perlakukan layaknya musuh seperti ini."
Tampak urat-urat yang tercetak jelas pada leher Mr. Willis menandakan bahwa pria tua itu sedang menahan amarah atas perkataannya. Mungkin beliau tidak suka dengan perkataannya yang mungkin terdengar seperti meremehkan pria itu. Tapi, apa pedulinya?
"Kurasa.. aku tidak memiliki urusan apa pun lagi denganmu, Tuan. Maka dari itu, aku akan pergi."
Merasa tidak ada lagi hal yang perlu ia bicarakan, Hanbin melengang pergi dari sana. Dia harus segera pulang karena ini sudah larut malam. Dia tidak ingin jika seseorang yang sudah menunggunya di rumah akan marah besar dan berakhir mogok makan. Itu adalah hal yang paling mengerikan bagi dirinya.
•••
••
TO BE CONTINUE