Bab 13

458 47 3
                                    

💢 Warning : 🔞 💢

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

💢 Warning : 🔞 💢

FREEN

Hampir tengah malam saat aku sampai di kamar tidur kami setelah menyelesaikan pekerjaanku. Ketika aku sampai di kamar, aku menyalakan lampu samping tempat tidur dan melihat Becca sudah tidur, meringkuk di bawah selimut. Aku mandi dan bergabung dengannya di sana, menarik tubuhnya yang telanjang ke arahku segera setelah aku masuk ke balik selimut. Dia sangat cocok denganku, pantat kecilnya yang berlekuk-lekuk bersandar di pangkal pahaku dan lehernya bersandar di lenganku yang terulur. Lenganku yang lain, ditekuk, bertumpu pada sisinya, tanganku menangkupkan satu payudara yang kecil dan kencang.

Payudaranya terasa sedikit lebih montok dari sebelumnya, yang mengingatkanku bahwa tubuhnya berubah.

Anehnya, aku merasa bergairah dengan bayangan Becca yang semakin besar bersama bayi kami. Aku tidak pernah menganggap wanita hamil itu seksi, tetapi dengan istriku, aku menemukan diriku terobsesi dengan tubuh langsingnya dan terpesona dengan apa yang bisa dilakukannya. Dorongan seksku selalu kuat, dan sulit untuk menahannya.

Jika bukan karena sesi masturbasiku yang dilakukan dua kali sehari, aku akan sulit untuk menolaknya.

Bahkan sekarang, setelah aku baru saja melakukan masturbasi di kamar mandi, berbaring melilitnya seperti ini adalah penyiksaan. Namun, aku tidak mau beranjak pergi. Aku perlu merasakan dia menempel di tubuhku, meskipun yang akan ku lakukan hanyalah memeluknya. Dia butuh istirahat, dan aku berniat untuk membiarkannya tidur. Namun, saat aku duduk lebih nyaman di atas bantal, dia bergerak-gerak dalam pelukanku dan berkata dengan mengantuk, "Freen?"

"Tentu saja, sayang." Aku menyerah pada godaan dan membelai kulit lembut di belakang telinganya sambil menggeser tanganku dari payudaranya ke lipatan hangat di antara kedua kakinya. "Siapa lagi kalau bukan aku?"

"Aku—aku tidak tahu. . ." Nafasnya tersengal-sengal saat aku menemukan klitorisnya dan menekannya. "Jam berapa sekarang?"

"Sudah larut malam." Aku mendorong satu jari ke dalam dirinya untuk menguji kesiapannya, dan penisku berdenyut-denyut karena licin yang kurasakan di salurannya yang sempit dan panas. "Aku harus membiarkanmu kembali tidur."

"Tidak." Dia berseru saat aku memasukkan jariku ke dalam tubuhnya, mengenai G-spotnya. "Aku baik-baik saja, sungguh."

"Benarkah?" Aku tidak bisa menahan diri untuk menggodanya sedikit. Aku harus mengendalikan dorongan sadisku akhir-akhir ini, tapi mendengar dia memohon bukanlah sesuatu yang bisa aku lewatkan. Merendahkan suaraku, aku berkata, "Aku tidak begitu yakin. Kupikir aku harus berhenti."

"Tidak, tolong jangan." Dia mengerang saat aku melingkari klitorisnya dengan ibu jariku dan menggosokkan penisku di pantatnya. "Tolong jangan berhenti."

"Katakan padaku apa yang kau ingin aku lakukan padamu." Aku terus mengitari klitorisnya. Dia terasa seperti api hidup dalam pelukanku, tubuhnya hangat dan ramping. Rambutnya berbau bunga dari sampo, dan dinding bagian dalamnya melentur di sekitar jariku, seolah-olah mencoba menyedotnya lebih dalam ke dalam vaginanya. "Katakan padaku apa yang kamu inginkan, hewan peliharaanku."

Our Story [S3 END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang