"Ini bau apaan dah?!" Zahra menoleh ke kanan dan ke kiri, terkaget-kaget karena di dalam mobil Abang Jawad tidak pernah tercium bau seperti ini.
"B..bau?" tanya Abang Jawad yang sibuk menyetir dengan agak ngebut. Dia melirik Zahra melalui spion belakang dengan was-was.
"Eh iya, bau," sambung Muthi menyetujui, lalu menggerling ke semua jendela mobil. Tertutup rapat. "Bau asap. Kayak durukan (sampah yang dibakar)."
Zahra menurunkan hidungnya sesaat, mengendus-endus. "Apaan! Orang bau bangke tikus," sanggahnya.
"Bau asap ah," kata Mehri, menyipitkan mata dengan bingung.
"Bau bangke, tahu." Ali mencubit hidungnya, dahinya berkerut-kerut heran.
"Abang nyium juga gak?" tanya Mehri.
"Eng.. enggak." Abang Jawad menjawab dengan terbata-bata. "Normal kok. Perasaan kalian aja, kali. Orang Abang gak nyium—HUWEK!" Abang Jawad tidak bisa berbohong. Ia langsung menekan kaca mobil sampai terbuka. Muthi, Zahra dan Mehri buru-buru mengikuti tindakan kakaknya.
Ali menarik bagian jaket bawah yang sedang ia pakai untuk menutupi lubang hidungnya. "Apaan sih ini bau banget! Abang lindes tikus gak?" tanya Ali jutek.
"Atau coba cek mesin, Bang. Takutnya ada rusak atau kebakar," usul Muthi, sama-sama tak kuat dengan aroma yang ia hirup.
"Ini bau bangke! Bukan asap! Ya 'kan Bang Ali?" Zahra tetap kekeh dengan apa yang ia rasakan. Sementara itu, Ali mengangguk.
"Abang Jawad nyium bau apa?" Mehri berkata dengan pelan, perasannya seakan diaduk-aduk tak karuan.
Abang Jawad, dengan tangan kanan menyetir dan lengan kiri menutup hidungnya menjawab, "Bau bangke."
"Tuh 'kan!" Zahra berseru. Muthi membalikkan badan ke jok belakang. Harrir sedang duduk termenung menatap pepohonan di luar jendela dan sama sekali tidak menutup hidungnya sedikitpun.
"A Harrir nyium bau apa?" tanya Muthi tegas. Tiga orang mencium bau bangke, dua orang mencium bau gosong.
Harrir hanya melirik sesaat kepada Muthi dan berkata dengan nada yang belum pernah mereka semua dengar dari suaranya.
"Dua-duanya," jawabnya.
🪦🪦🪦
Mehri, Muthi dan Zahra melambaikan tangan pada mobil Abang Jawad yang meninggalkan gerbang dormhouse putri English Academy. Ketiga gadis itu hanya bisa diam dengan tengkuk yang berat tak nyaman."Balik badan, gerak!" Mehri mengomando dengan suara yang hampir tidak terdengar. Mereka bertiga sama-sama balik kanan, lalu pemandangan jajaran dormhouse putri yang lurus jauh ke depan sana membuat Zahra menelan ludah. Mereka pun berjalan dengan langkah lebar-lebar, dengan berusaha agar badan tidak berdempetan seperti manusia-manusia yang mencicit takut setan. Semua merasa khawatir, tapi semua merasa wajib untuk tidak menunjukkan rasa cemas masing-masing.
Bau apa tadi di mobil, ya? A Harrir kenapa, ya?
Meski pikiran masing-masing masih berkutat dengan kejadian di mobil tadi, Mehri masih tetap sanggup mengeluarkan kunci kamar nomor 13 dan tangannya sempat melayang terhenti sebelum memasukkan kunci. Muthi dan Zahra memandangnya dan Mehri melirik keduanya.
"Jangan lupa baca Assalamualaikum Assalamualaina wa 'ala ibadillahi shaalihin," ingatnya dan mereka berdua mengangguk. Salam tersebut adalah doa bagi seorang muslim yang hendak memasuki sebuah bangunan atau ruangan yang sempat kosong beberapa saat, yang artinya "Semoga keselamatan tercurah kepada kalian & Semoga Allah melimpahkan sejahtera-Nya atas kami dan atas hamba-hamba-Nya yang saleh."
KAMU SEDANG MEMBACA
BELASUNGKAWA II
HorrorJika ada kejadian mistis yang disebabkan oleh hantu yang menempel ke tubuh kita dari suatu tempat, kita bisa dengan mudah mengusirnya kembali dengan doa dan sikap yang berani. Jika ada teror hantu yang sudah menjadi penunggu lama di rumah kita, tent...