bab 3. Bangkitnya Sang Malaikat

59 12 2
                                    

Sementara di dalam hutan, seorang malaikat sedang duduk di atas batu yang tertutup oleh rerumputan. Batu itu adalah sahabatnya yang tersegel ribuan tahun. Dia adalah Billy, malaikat yang dulu bermasalah dan dihukum menjadi batu.

"Ly, sudah ribuan tahun. Banyak hal yang berubah di dunia manusia dan juga di atas. Ly, apa kamu tahu? Para petinggi masih saja tidak berubah. Mereka masih saja angkuh dan tak mau mendengarkan orang lain," ujar Saint.

Setiap ada kesempatan, Saint selalu menyempatkan diri untuk menemui Billy dan dia selalu bercerita banyak hal. Terutama yang terjadi di dunia atas. Sejak Billy dihukum, Saint tidak memiliki teman lagi. Dia memilih untuk sendiri, karena tidak ada yang mengerti dirinya selain sahabatnya itu.

"Andai saja, saat itu kamu mau mendengarkan ku, semua tidak akan berakhir seperti ini. Kita masih bisa bersama dan kamu tidak akan menderita begini," ucap Saint, raut wajahnya terlihat begitu murung.

Ketika Saint sedang berbicara, dari kejauhan terdengar suara-suara. Perlahan suara itu semakin dekat. Karena tak ingin ada yang mengetahui keberadaannya, Saint segera terbang dari sana.

"Di sini terlihat begitu indah, udaranya juga sangat sejuk," ujar salah satu murid perempuan.

"Memang indah, tapi kapan kita sampainya?! Kakiku sudah sangat lelah, ingin lepas rasanya," keluh kesal gadis lainnya.

"Bersabarlah, sebentar lagi kita akan segera sampai," balas pak Sean.

Para gadis terlihat manyun karena mereka lelah berjalan di jalan setapak yang penuh liku.

Ketika Babe hampir mendekati tempat Billy, Chand dan kawan-kawan memulai aksinya. Mereka tidak tahu, jika di sana ada malaikat yang tertidur. Karena batu tempat Billy tersegel, di penuhi oleh rerumputan hingga tidak terlihat dengan jelas.

Kevin berjalan dengan cepat dan berpura-pura tersandung batu, hingga menabrak Babe yang ada di depannya. Babe terjatuh di atas batu dan tangannya tergores cukup dalam karena terkena batu runcing yang ada di atas Billy.

"Aw!" keluh Babe.

"Sorry, Beb. Aku tidak sengaja," ujar Kevin.

Mendengar suara, semua orang menghentikan langkahnya. Fay segera menghampiri Babe ketika melihatnya terjatuh dan membantunya untuk bangun. Tanpa disadari oleh semua orang, darah Babe jatuh di atas segel Billy.

"Kamu baik-baik saja, Beb?" tanya Fay dengan nada khawatir.

"Iya, hanya sedikit tergores. Tapi, tidak apa-apa," jawab Babe.

"Kevin, kamu ini kenapa si? Selalu saja membuat masalah! Lihat! Tangan Babe jadi terluka seperti ini!" Fay langsung memarahi Kevin dengan nada sedikit tinggi.

"Aku sudah minta maaf dan lagi, aku tidak sengaja! Tadi aku tersandung batu!" balas Kevin.

Mendengar ada pertengkaran, bu Rena berjalan menghampiri Babe dan Fay. Semua anak-anak langsung menatap mereka bertiga. May mencoba menenangkan Fay dengan mengusap lembut punggungnya seraya menatap Kevin.

"Ada apa ini?" tanya bu Rena.

"Itu, Bu. Kevin sengaja menabrak Babe sampai terjatuh dan tangan Babe jadi terluka," jawab Fay sambil menunjukkan tangan Babe yang terluka dan berdarah.

Bu Rena langsung menarik tangan Babe dan melihatnya. Darah segar keluar dari luka goresan tadi. Bu Rena segera membukanya dan mengambil kotak untuk mengobati luka Babe.

"Kamu tahan sebentar ya. Mungkin ini akan sakit," ujar bu Rena.

"Iya." Babe membalasnya dengan singkat.

Bu Rena langsung mengoleskan obat ke tangan Babe dan membalutnya dengan kain kasa. Setelah selesai mengobati luka Babe, mereka kembali melanjutkan perjalanannya. Kevin dan kawan-kawan terlihat sangat senang, karena rencana mereka berhasil.

Setelah rombongan anak-anak itu pergi, perlahan segel yang mengekang Billy mulai melemah akibat tetesan darah Babe yang tak sengaja jatuh. Ketika segel itu tak mampu lagi menahan, Billy pun terbangun dari tidur panjangnya.

Bersamaan dengan rusaknya segel, muncul cahaya putih dari tempat Billy menuju ke atas langit. Entah kenapa, Babe dapat merasakan aura yang begitu kuat, sangat menakutkan dari belakangnya. Dia langsung menoleh ke belakang, melihat arah yang tadi dilewatinya bersama teman-teman nya.

Babe merasa bingung dengan apa yang dirasakannya. Fay dan May yang berjalan di samping Babe, merasa heran melihat temannya itu terhenti dan menatap ke belakang.

"Beb, ada apa? Kenapa berhenti?" tanya Fay.

"Aku seperti mendengar suara yang begitu keras di belakang," jawab Babe tanpa mengalihkan pandangannya.

"Suara? Aku tidak mendengar apa pun," ujar May dengan ekspresi kebingungan.

"Tadi aku mendengar suara yang begitu keras dari arah belakang. Bagaimana mungkin kalian tidak mendengarnya?" Babe seakan tak percaya dengan ucapan temannya itu.

"Aku juga tidak mendengar suara apa pun. Mungkin itu hanya halusinasimu saja." Fay ikut berkomentar.

Babe merasa bingung, karena tadi dia mendengar dengan jelas ada suara gemuruh seperti batu besar yang terjatuh dari atas tebing. Namun, di sana tidak ada tebing ataupun batu besar. Lalu, dari mana datangnya suara itu? Pertanyaan itulah yang muncul dalam hati Babe.

"Sudahlah, jangan dipikirkan. Ayo, pergi! Nanti kita ketinggalan," ajak May.

Babe kembali melanjutkan langkahnya untuk menyusul rekannya yang sudah berjalan terlebih dahulu di depan. Dia masih sangat penasaran dengan suara keras yang dia dengar, dan Babe yakin itu bukan halusinasinya.

Di dunia atas, kemunculan cahaya putih dari bumi, langsung membuat gempar. Para ketua mulai menyadari akan sesuatu yang terjadi.

"Ketua pertama, apa kau merasakannya? Sepertinya segel yang mengekangnya telah lepas," kata ketua ketiga.

"Iya, aku bisa merasakannya. Dia sudah bangkit dari tidur panjangnya," balas ketua pertama dengan tenang.

"Jika dia bangkit, itu berarti dia akan datang untuk membalas dendam pada kita semua. Bagaimana mungkin, segel yang aku buat bisa terlepas?" Ketua kedua terlihat begitu khawatir dengan kembalinya Billy.

"Kalian tidak perlu khawatir. Meski dia sudah bangkit, tapi kekuatannya belum sepenuhnya kembali. Sebagian besar, kekuatannya masih aku simpan di tempat yang aman." Ketua pertama membalas sambil beranjak bangun dan berjalan ke depan.

Ketua kedua dan ketua ketiga begitu panik dan khawatir jika saja Billy datang dan kembali membuat masalah. Kekhawatiran mereka terlihat jelas dari raut wajahnya.

Di waktu yang sama, Saint yang sedang berada di ruang baca, begitu terkejut ketika merasakan aura yang begitu dia kenal. Saint langsung menengok ke belakang dengan pandangan terkejut.

"Ly!" panggil Saint.

Dia segera menaruh kembali buku yang dibacanya ke dalam rak. Saint segera pergi meninggalkan perpustakaan untuk memastikan firasatnya itu benar dan aura yang dirasakannya itu adalah Billy.

Sementara di dalam hutan, Billy sudah bangkit dari tidur panjangnya. Dia berdiri di atas batu tempat dia disegel. Meski sudah tertidur sangat lama, tapi wajah dan penampilan Billy masih sama seperti dulu.

Hanya saja, warna bola matanya berubah. Dulu warna bola mata hitam pekat, tapi sekarang berubah menjadi merah darah. Pandangan matanya begitu tajam dan dipenuhi oleh hawa membunuh yang begitu kuat.

"Akhirnya, setelah sekian lama aku menunggu, aku bebas sekarang! Hei, para pak tua! Tunggulah, aku akan membuat perhitungan dengan kalian semua!" ucap Billy, sorot matanya begitu tajam menatap ke depan.

Angel's SincerityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang