bab 6 Terjatuh

35 7 0
                                    

Saint menatap Billy dengan pandangan sedih. Keadaan Billy terlihat begitu menyedihkan. Saint terbayang akan kenangan masa lalu saat mereka masih bersama-sama hidup di kayangan.

Setelah menghabiskan air yang diberikan Saint padanya, Billy merasa sudah lebih baik. Energi di dalam dirinya perlahan kembali.

“Apa yang kamu lakukan di sini, Saint?” tanya Billy.

“Aku datang untuk melihat keadaanmu, aku khawatir denganmu,” jawab Saint.

“Aku baik-baik saja.” Billy membalasnya dengan singkat sambil duduk di samping pohon besar.

Saint ikut duduk di samping Billy dan terus menatapnya dengan pandangan sedih. Perasaannya bercampur aduk, antara senang dan sedih. Senang karena bisa melihat sahabatnya kembali, sedih karena saat ini Billy tidak bisa kembali ke kayangan bersamanya.

“Ly, kenapa kamu berjalan di sini? Kenapa kamu tidak istirahat saja?” Suara Saint saat bertanya terdengar begitu sedih.

“Aku tidak butuh istirahat. Aku harus segera menemukan sayapku dan kembali ke kayangan! Untuk membalas perbuatan para orang tua sok suci itu!” Nada bicara Billy terdengar sangat dingin sarat akan kebencian yang begitu dalam.

Saint tidak bicara lagi, dia hanya diam menatap sahabatnya dengan pandangan yang sulit diartikan. Sorot mata Billy sangat tajam menatap ke depan, memperhatikan setiap detail pemandangan yang ada di depannya.
*
Babe sudah kembali dengan membawa air dan beberapa ikan yang tadi dia tangkap di sungai. Babe tidak tahu, jika Billy tidak ada di dalam tenda. Karena, dia langsung memasak air itu tanpa melihat ke dalam tenda.

Khuc yang entah dari mana, kembali ke tenda begitu melihat Babe sudah di sana sedang memasak air. Khuc segera menghampirinya da duduk di samping Babe.

“Beb, kenapa lama sekali? Kamu dapat ikan dari mana?” tanya Khuc.

“Dari sungai, tadi aku tidak sengaja melihat ikan-ikan ini melompat ke tepian, jadi aku mengambil dan membawanya ke sini,” jawab Babe sembari menusuk ikan dengan kayu lalu membakarnya.

“Kelihatannya enak, bagi satu untukku,” kata Khuc.

Plak! Babe memukul tangan Khuc dengan agak keras saat Khuc akan mengambil salah satu ikan yang sedang dia bakar.

“Aw! Kamu ini, pelit sekali. Aku kan cuma minta satu, lagian ikannya masih ada tiga,” keluh Khuc.

“Kamu ini sudah sarapan juga! Ikan ini sengaja aku bawa untuk dia makan,” balas Babe.

“Astaga, Beb. Kamu ini terlalu baik, kamu tidak mengenalnya kenapa harus repot-repot membuatkannya makanan.” Khuc tampak kesal dengan Babe dan memilih untuk pergi.

Babe tidak menjawab dan terus fokus membalik-balikkan ikan agar matang merata. Keadaan hutan yang sepi dan sejuk, membuat pikiran tenang. Semua anak-anak belum ada yang kembali dari mengekspor hutan.

Setelah airnya matang, Babe segera membuatkan teh hangat untuk Billy. Dia beranjak bangun seraya membawa teh dan ikan yang sudah dia bakar, ke dalam tenda. Ketika Babe masuk ke dalam tenda, dia terkejut melihat keadaan di dalam tenda kosong.

“Eh? Kenapa tenda kosong? Kemana dia pergi?” tanya Babe seraya menaruh gelas dan piring di dalam tenda.

Babe memperhatikan tempat tidur Billy, terlihat berantakkan karena banyak perban yang berserakkan. Babe menyentuh tempat itu, terasa dingin yang berarti Billy sudah bangun sejak tadi.

Tanpa banyak bicara, Babe segera keluar dari tenda dengan tergesah-gesah. Babe menatap sekeliling dengan ekspresi panik.

“Khuc! Khuc! Khuc!” panggil Babe.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 18 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Angel's SincerityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang