MYB : 05

65 11 0
                                    

Setelah sampai rumah Jennie segera turun dan melihat bunda sudah berada di teras dengan wajah khawatir langsung memeluk anak gadisnya.

"Kamu kemana ajasih, gapapa?" tanya bunda khawatir.

"Tadi kata adek kamu minta jemput dirumah Sooyoung ya, terus dia kenapa?" tanya Bunda.

Jennie melirik Jisung, syukurlah adiknya itu tidak memberitahu yang sesungguhnya. Kalo dikasih tau takut bunda kepikiran.

"Sooyoung sakit jadi aku bantuin dia dulu, dia gapunya siapa-siapa disini selain aku. Maaf ya aku ga angkat telepon bunda" jelas Jennie.

Bunda hanya mengangguk lalu melepaskan pelukannya dan melihat kearah teman-teman Jisung yang masih setia berdiri di belakang sana.

"Makasih juga ya udah mau anterin, mau nginep disini?" tanya bunda.

"Engga bun kita mau pulang aja, besok kan sekolah. Nanti lain kali nginep kok!" Jawab Chenle membuat bunda tersenyum.

"Yaudah hati-hati ya, jangan ngebut-ngebut bawa motornya" mereka mengangguk lalu menyalami bunda dan setelah itu pergi.

Jisung langsung masuk lebih dulu, diikuti Jennie dan bunda.

Dan hari sudah berganti sekarang Jennie kelas pagi lagi tapi cuman sebentar kali ini cuman 2 sks, paling sampai jam 10 karena ia masuk nya jam 7 udah kaya anak sekolah emang.

Pagi ini di meja makan hening tidak ada yang berbicara karena memang itu aturannya. Tetapi bunda memang merasakan hal aneh sejak pagi tadi sebelum sarapan, biasanya mereka itu ada aja hal yang di ributin, bahkan subuh suara mereka sudah memenuhi rumah ini tetapi sekarang engga, malah sepi.

"Kalian kenapa? ada masalah?" tanya bunda.

Jisung menggeleng, "Engga bun, lagi puasa ngomong aja" Jawaban Jisung membuat bunda terkekeh, ada-ada aja tingkah anak bungsu nya ini.

"Kak kamu berangkat bareng adek lagi ya?" Jennie menggeleng membuat bunda mengernyit heran.

"Aku naik gojek aja bun, adek lagi sibuk kayanya"

"Lo sama temen gue aja, yang kemarin. Jangan naik gojek" kata Jisung membuat Jennie sontak menoleh.

"Apaansih gamau, naik gojek aja. Jangan ngerepotin orang" tolak Jennie.

"Lo naik gojek juga ngerepotin orang bego, udah jangan nolak. Gue ga percaya lagi kalo lo naik gojek" Jennie hanya bisa menghela nafas mendengar penuturan adiknya itu, dan bunda yang bingung menyaksikan kedua anaknya ini.

"Ga percaya kenapa dek?" tanya bunda.

"Takut bun, gojek jaman sekarang kan ngeri-ngeri apalagi kakak cewek. Aku ke depan dulu kayanya temen aku udah nyampe" Jisung langsung bergegas menuju depan diikuti bunda.

"Eh ini siapa namanya bunda lupa, maklum bunda udah tua jadi gampang lupa. Tapi bunda taunya cuman Chenle doang, maaf ya" Kata bunda membuat Jisung menggerlingkan matanya, tadi katanya lupa tapi yang tau Chenle doang itu lupa apa gimana.

Jisung yang melihat kakaknya belum muncul-muncul langsung berteriak, "kak cepetan, ini gojek nya udah dateng!" jaemin menatap Jisung sinis, apaan ganteng-ganteng gini di bilang gojek, enak saja.

Mendengar teriakan sang adik yang menggelegar ia cepat-cepat menghampiri nya, tetapi saat di depan ia tidak melihat abang-abang gojek dengan jaket khasnya itu tidak ada.

"Mana? katanya udah ada" Jennie menatap sinis Jisung.

"Lo kan gamau berangkat bareng gue, jadi gue suruh temen gue buat anterin lo ke kampus. Gue gamau ya lo naik gojek lagi!" tekannya diakhir kalimat.

Jennie mengernyit tidak mengerti dengan adiknya ini, lalu melirik kearah pria yang sedari tadi berdiri tepat di samping adiknya. Menggunakan seragam sekolah dengan kemeja yang dikeluarkan kancing atas yang sedikit terbuka dan tidak memakai dasi, tidak lupa dengan jaket kulit hitam miliknya.

Jennie ingat pria ini yang semalam menenangkannya dan memeluknya dan pria ini juga yang memboncengi dirinya karena semalam ia tidak mau di bonceng oleh adiknya, tetapi sekarang dia disini kembali?

Malu, itu kata pertama yang ia pikirkan. Malu karena ia sudah memeluk pria ini semalam, sangat erat lagi. Meskipun memeluknya bukan karena hal yang di sengaja tetapi tetap saja saat mengingatnya Jennie malu saat memeluknya.

"Kenapa ngeliatinnya gitu banget si? ganteng ya kak?" suara Jisung membuat lamunan Jennie tersadar, dan ia langsung melirik adiknya yang tengah tersenyum jahil. apa-apaan sih bocah ini.

"Bareng sama dia ya? cepet, kalo lo lama nanti dia telat masuk" titah Jisung.

Jennie hanya menurut saja, tetapi sedikit menyebalkan mendengar perkataan terakhir adiknya. Takut dia telat masuk? siapa juga yang nyuruh dia nganterin, gaada yang nyuruh. Adik nya saja yang nyuruh bukan dia.

"Gue berangkat dulu"

Setelah berpamitan motor hitam itu melaju meninggalkan area rumah, motornya berbeda dari motor Jisung. Ini lebih kecil, tetapi dilihat-lihat sepertinya mirip motor dilan.

Sepanjang perjalanan tidak ada percakapan diantara mereka berdua sampai akhirnya sampai di kampus, Jennie segera turun. "Makasih udah mengantarkan ku, meskipun mungkin kau terpaksa karena suruhan bocah tengil itu. Tapi aku ucapkan terimakasih, dan terimakasih juga untuk malam kemarin"

"Dan hati-hati dijalan.." Jaemin hanya membalasnya dengan anggukan, setelah itu dia pergi.

Jennie itu kalau bahasa yang dia gunakan itu sebenarnya bahasa baku untuk semua orang, ia lebih sering memakai kata aku-kamu, tetapi kalo sama Jisung lebih ke gue-lo tetapi sesuai mood dia sih tergantung situasi juga.

Setelah melihat kepergian jaemin ia langsung memasuki kampus dan menuju kelasnya, dan selama kelas juga dia fokus dengan materi yang dosen berikan sampai akhirnya kelas selesai, lebih cepat sesuai jadwal.

Saat keluar kelas Jennie melihat ada Sooyoung yang sudah menunggu, dan saat melihat kedatangan Jennie ia langsung mendekat. "Jennie maafkan aku, kamu semalam apa benar-benar ke alamat yang aku berikan?" tanya Sooyoung.

Jennie mengangguk ragu, "Tetapi kau tidak ada disana.." cicitnya.

"SUDAH KUDUGA! maafkan aku, sungguh aku minta maaf. Setelah menelpon mu dan mengirim pesan kepadamu aku dibawa orang lain yang ternyata adalah temanku, dia membawaku kembali ke kosan, aku tidak mengabarimu lagi karena ponselku mati, maafkan aku.." jelas Sooyoung.

Meskipun ada rasa tidak percaya tetapi Jennie tetapi mempercayai nya dan tersenyum tulus. "Yang terpenting kau sudah sampai dengan selamat kan?" Sooyoung mengangguk.

"Bagaimana kalau kita ke kantin fakultas ku saja? aku yang traktir!" Sooyoung menggandeng lengan Jennie dan membawanya.

Bahkan Sooyoung tidak menanyakan bagaimana keadaannya, apakah dia disana baik-baik saja, itu tidak. Tetapi Jennie tidak apa yang terpenting dia baik-baik saja dan sudah meminta maaf.


to be continued...

my younger boyfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang