BEEF AND ROSES : 2 PREMIUM CUT AUSTRALIAN WAGYU, WITH SIDES AND EXTRA BUTTER

5 0 0
                                    


Terdapat berbagai macam sisi di Area Jalan Pahlawan. Tentunya sebagai salah satu tempat paling ramai di Semarang, makanan dengan harga terjangkau bagi semua orang mendominasi di dalamnya. Hanya saja Jalan Pahlawan juga sangat mendekati pusat kota Semarang yang paling terkenal yaitu Simpang Lima, tidak aneh kalau terdapat sisi Burgois di dalam Area perumahannya. Dan, di dalam area perumahan tersebut, terdapat sebuah hidden gem yang sangat lebih menekankan kata GEM daripada hidden. Tempat itu adalah Beef and Roses, dan Ran menuju ke sana.

Beef and Roses, adalah salah satu restoran dengan reputasi "mahal tapi terjangkau". Masih banyak orang yang berdebat apa yang dimaksud dari kata "terjangkau", tapi dengan pelanggan yang tidak pernah benar-benar mengering, orang bisa berasumsi bahwa reputasi itu positive. Tentunya dengan membuka pintu kepada aplikasi seperti RIDER, restoran ini memperluas jangkauannya. Walau jarang dan hampir tidak pernah rasanya ada seseorang yang membeli menu steak premium seperti ini untuk dibawa ke rumah.

Temperatur yang sempurna adalah sesuatu yang selalu diperhatikan pada saat membuat steak. Terutama pada saat pemesan mengerti tingkat kematangan yang terbaik untuk dimakan, Medium Rare. Makanya pesanan ini sangat aneh bagi orang yang menyiapkan. 2 premium Australian Wagu dengan kematangan Medium Rare, para chef dalam dapur tidak yakin makanan ini cocok untuk makanan yang dibawa Pulang. Tapi tentunya, Ran tidak peduli dengan semua itu.

Tugasnya hanyalah mengantarkan makanan, lalu pulang untuk makan malam. Hanya membutuhkan 5 menit untuk Ran sampai ke Beef and Roses. Memang sedekat itu. Sesampainya di sana, dia segera memakirkan motornyua, lalu melaporkan dirinya kepada resepsionis di dalam restoran. Resepsionis mengecek sejenak, dan Ran dipersilahkan menunggu. Sedikit memakan waktu karena kepala chef dalam restoran ini terlalu perfeksionis, meskipun itu adalah sebuah pesanan Take Away. Walau itu juga sedikit keberuntungan bagi Ran, karena dia diberikan minuman manis gratis khusus untuk para Rider. Ran dengan senang hati menerimanya lalu menunggu dengan manis. Minumannya manis dengan cita rasa vanilla. Membuat dia ingin segera menyelesaikan pesanan dan segera membeli es krim setelahnya.

Setelah sekitar 30 menit, beberapa menit lebih lama dari seharusnya, akhirnya Ran dibawakan pesanannya. Makanan tersebut dimasukan kedalam kotak seperti bento box, walaupun yang dibungkus sama sekali bukan masakan Jepang. Resepsionis membuka kotak tersebut untuk dipastikan dengan Ran.

"2 Premium Austrila Wagyu dengan side dish spinach, bener ya mas." Tanya resepsionis tersebut kepada Ren.

Ran tidak menjawab. Matanya terbuka lebar melihat kemewahan makanan yang ada di depannya, hidungnya mengendus perlahan aroma makanan di depannya supaya tinggal lebih lama di otaknya, dan mulutnya. Mulutnya mencoba sekuat tenaga untuk tidak meneteskan air liur, dan sedikit gagal.

Tanpa mempedulkkan reaksi Ran, resepsionis kembali menutup kotak terdebut. Lalu di masukan kepada dengan plastik yang terasa terlalu mahal, walaupun melihat total harganya yang melebihi 6 digit rupiah, terasa memang sepantasnya begitu. Pada saat Ran menerima barang pesanannya, kepala chef tiba-tiba datang untuk menyapa Ran.

"Bawa.. dan larilah seperti angin.. Bawa sesuatu yang spesial di tanganmu kepada orang yang benar.. jangan sampai terlambat."

Ran segera berpikir kalau chef satu ini mungkin terlalu lama menghirup gas arang pembuat steak.

"Iya ? Oke?" Responnya karena dia tidak tahu harus respon seperti apa lagi.

"Jangan bertanya... Lari"

"Saya naik motor.. Boleh saya keluar sekarang ?"

"Orang seperti kamu tidak menyenangkan.. dan saya bukan berkmaksud rasis. Tapi kalau bisa, saya ingin minta tolong kamu sesuatu. Tolong tanyakan kepada pemesan makanan ini.. 'Apakah dia baik-baik saja?'.. aku mohon.." Chef tersebut sedikit membungkuk pada saat mengatakan itu.

3 Way RIDERWhere stories live. Discover now