Chapter 6✨

148 21 3
                                    

Sudah hampir 5 minggu Kai dan Ema berangkat bersama. Dan selama itu juga Kai selalu main kerumah Ema, begitu pun sebaliknya, tak ayal hal itu membuat mereka semakin akrab. Bahkan secara alami sebutan 'saya' sudah menjadi 'aku' sekarang.

Malam ini Ema menginap dirumah kai, karena tadi mereka baru selesai bakar-bakaran. Sebenarnya Ema tidak mau sampai menginap, tapi Kai yang memaksa, ditambah lagi Mama Kai juga meminta hal yang sama, jadi lah Ema tidak bisa menolak.

Dan disini lah Ema sekarang, di dalam kamar Kai. Ini adalah kali pertama Ema menginap dan masuk ke kamar Kai. Biasanya, jika Ema main kerumah gadis itu, mereka hanya duduk mengobrol di ruang keluarga saja.

Tadi Kai pamit untuk mandi sebentar, selagi menunggu gadis itu selesai mandi. Ema menatap sekeliling kamar Kai yang rapi dan bersih. Dengan dominasi warna putih, dan sedikit campuran warna abu-abu, membuat kamar ini terlihat sangat nyaman di mata Ema.

Setelah beberapa menit, Kai telah selesai mandi. Lalu berjalan mendekati Ema yang tengah duduk dikasur.

"Mbak, mau tidur sekarang?" tanya Kai berdiri didepan Ema.

"Iya. udah ngantuk banget," jawab Ema.

Mendengar itu, Kai segera beranjak untuk mematikan lampu kamar dan menyalakan lampu tidur di atas nakas. Kemudian dia naik ke kasur, merebahkan tubuhnya, diikuti oleh Ema yang berbaring di sebelahnya.

Dengan posisi tubuh telentang, Kaizania menoleh kearah Ema, menatap langsung ke mata wanita itu.

"Selamat tidur, Mbak Ema," ucap Kai pelan.

Ema menanggapi dengan senyuman manis dan anggukan kecil. Setelah itu, mereka berdua memejamkan mata untuk tidur. Namun, sudah 15 menit Kai terpejam, kantuk tak juga kunjung datang. Ia memiringkan tubuhnya mengahadap Ema, lalu menggeser tubuh dengan pelan untuk mendekati Ema. Saat jarak mereka sudah sangat dekat, tangan Kai terulur untuk menyentuh wajah Ema, terutama bibir wanita itu yang selalu membuat Kai hilang fokus. Ia mengusap full lips Ema dengan jari jempolnya. Jantung Kai berdegup kencang, gadis itu menggigit bibir, menahan diri agar tidak mencium Ema. Tapi sialnya Kai tak bisa, ia menempelkan bibirnya pada bibir Ema, lalu melumatnya dengan pelan.

Hampir 1 menit melumat bibir Ema, Kai membulatkan matanya, karena merasakan balasan dari wanita itu. Dan dia melihat mata Ema sedikit terbuka. Sontak hal itu membuat Kai langsung melepas ciumannya. Setelah ciuman terlepas, Kai melihat mata Ema kembali terpejam.

"Kai bego! Kalau sampai tadi Ema beneran sadar gimana?!" Kai merutuk kesal sambil menjambak rambutnya.

"Maaf ... tapi sayang sih kalo nggak di cob—" Kai menepuk mulutnya, gadis itu benar-benar jengkel akan tingkah bodohnya malam ini. Kemudian Kai memaksakan diri untuk tidur.

•••

Pagi harinya, Ema terbangun dan melihat Kai masih terlelap di sampingnya. Tiba-tiba, Ema teringat mimpinya tadi malam. Dia menyentuh bibirnya sambil menatap kearah Kai. Wanita itu duduk, lalu bersandar pada kepala ranjang.

"Itu cuma mimpi, tapi kenapa rasanya kayak nyata banget sih," gumam Ema, tanpa sadar tersenyum dengan pipi bersemu.

"Sial ... apa aku gila? Cuma karna mimpi ciuman sama Kai, aku sampai tersipu malu kayak gini." Ema menepuk-nepuk kedua pipi nya.

"Lagi pula Kai juga perempuan, ada apa dengan mu Ema? Sadarlah!" ucap Ema dalam hati.

Saat Ema tengah sibuk dengan isi pikirannya, Kai membuka mata dan menggeliat, lalu menatap kearah Ema.

"Mbak, kok bangunnya cepet banget?" tanya Kai dengan suara serak khas bangun tidur.

"Ah ... k-karna aku sudah terbiasa bangun pagi." Entah kenapa Ema malah merasa gugup saat menatap mata Kai.

Lalu, kenapa suara serak Kai juga terdengar seksi ditelinganya. Apakah karena pengaruh mimpi itu? Hei, itu hanya mimpi berciuman saja, seharusnya tidak sampai seperti ini, kan?

"Em ... aku pamit pulang ya Kai," ujar Ema tanpa menatap Kai.

"Nggak mau sarapan disini dulu?"

"Aku mau langsung pulang aja." Setelah mengatakan itu Ema buru-buru keluar dari kamar Kai.

Kai bingung, kenapa Ema seperti menghindar, wanita itu juga tidak menatap wajahnya saat bicara. Apakah wanita itu sadar saat Kai mencium nya? Apakah Ema marah?

"Kai bego, lain kali kalau mau lakuin sesuatu mikir dulu. Pasti Ema beneran sadar pas gue cium, makanya dia menghindar gitu." Kai mengusap wajahnya dengan kasar. Gadis itu sangat menyesal karna tidak berpikir panjang tadi malam.

"Bego! Pasti Ema marah sama gue!" teriaknya.

•••

Hi love✨

Ketemu lagi sama Kaizania dan Ema, semoga suka ya!!

Jangan lupa di vote yaw 🧡✨

Babay👋🏻✨

My New NeighborTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang