Happy Reading🏹
Pagi itu, embun masih setia membasahi dedaunan, dan matahari yang baru saja terbit perlahan-lahan menyinari kebun belakang kastil. Langkah Halfoy terasa berat, seakan bumi menariknya lebih dalam dengan setiap langkah yang ia ambil. Ia tidak tahu apa yang sebenarnya akan ia lakukan, tetapi hatinya penuh dengan kegelisahan dan ketidakpastian. Kebun belakang itu seolah menjadi satu-satunya tempat yang bisa memberinya sedikit ketenangan di antara kekacauan pikirannya.
Di sana, di tengah tanaman sayuran yang segar, Bibi Zeyi sedang memetik beberapa sayuran untuk persiapan sarapan yang akan dibuat oleh Bibi Sua. Wanita paruh baya itu tampak sibuk, namun begitu tenang, seakan tidak ada yang mampu mengusiknya.
Halfoy berjalan dengan langkah gontai menuju Bibi Zeyi. Tanpa peringatan dan tanpa sepatah kata, ia memeluk wanita itu erat, seolah memohon perlindungan dari semua hal yang menghantui pikirannya.
Bibi Zeyi, yang sudah lama merasakan ada sesuatu yang mengganggu Halfoy, merasakan pelukan itu dan segera meletakkan sayur-sayur dari tangannya. Ia membelai punggung Halfoy dengan lembut, mencoba menenangkan hati anak yang telah ia anggap seperti anaknya sendiri. "Kau butuh tempat cerita atau sekadar tempat menenangkan diri?" tanyanya lembut, suaranya penuh dengan kasih sayang, seolah tidak membiarkan siapapun menyakiti hati Halfoy.
"Tempat cerita," jawab Halfoy dengan suara yang hampir tenggelam dalam keputusasaan.
Bibi Zeyi tersenyum hangat, berusaha menciptakan rasa nyaman yang sangat dibutuhkan Halfoy. "Bibi akan memberimu dua-duanya. Tenangkan dirimu dulu, setelah itu baru cerita."
Halfoy mengangguk, lalu diam dalam dekapan hangat itu, mencari ketenangan yang selama ini sulit ia temukan. Rasanya satu tahun belakng seperti seumur hidup. Ia telah menahan beban yang terlalu berat untuk ia tanggung sendiri, dan kini, dengan Bibi Zeyi di sampingnya, ia merasa ada secercah harapan.
Setelah beberapa lama, Halfoy perlahan melepaskan pelukannya dan menatap Bibi Zeyi penuh harap. Ia tahu, ini adalah waktu di mana ia harus mengatakan kebenaran, meskipun kebenaran itu terdengar mustahil.
"Ada apa, sayang?" tanya Bibi Zeyi lembut, jarinya yang sudah keriput mengusap rambut Halfoy yang masih acak-acakan.
Halfoy menarik napas dalam-dalam, lalu berkata dengan mantap, "Aku melihat saudara kembarku yang sudah tiada," ujarnya dengan gemetar. "Aku tidak percaya reinkarnasi, tapi itu benar-benar dia."
Bibi Zeyi tampak bingung, namun ia tetap mencoba memahami. "Saudara kembar, siapa?"
“Caspian,” jawab Halfoy mantap.
Bibi Zeyi terdiam, mencoba mencerna apa yang baru saja ia dengar. "Bisa coba jelaskan lebih? Bibi masih tidak paham."
Halfoy menggigit bibirnya, lalu melanjutkan, "Kami adalah kembar lima, yang pertama bernama Caspian, dan dia sudah tiada. Aku menghilangkan ingatan semua orang tentang Caspian, dan sekarang tidak ada yang mengingatnya kecuali aku."
Kata-kata Halfoy membuat Bibi Zeyi semakin khawatir. Bagaimana bisa Halfoy mengatakan ini dengan begitu yakin? Segalanya terdengar seperti khayalan, namun ia teringat pertanyaan Halfoy sebelumnya tentang cara mengembalikan ingatan yang hilang. Meskipun demikian, sulit baginya untuk sepenuhnya percaya.
Namun, di balik semua keraguan itu, ada sesuatu dalam tatapan Halfoy yang membuatnya ragu untuk menolak mentah-mentah. Halfoy kemudian mengeluarkan sebuah buku yang dibawanya, membuka halaman yang berisi tulisan mantra penghapus ingatan, dan menyerahkannya kepada Bibi Zeyi.
Bibi Zeyi membaca perlahan, tatapannya berpindah dari halaman buku ke wajah Halfoy, mencari tanda-tanda kebohongan. Namun ia tidak dapat menemukannya. Tatapan Halfoy begitu tulus, seolah memohon untuk dipercaya. Apakah semua yang didengarnya benar-benar nyata?
![](https://img.wattpad.com/cover/374829961-288-k360060.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐫𝐫𝐨𝐰 𝐨𝐟 𝐕𝐞𝐧𝐠𝐞𝐚𝐧𝐜𝐞 [END]
Fantasy[BAGIAN KEDUA] SELESAI Setelah kematian tragis Caspian, dunia tampak berjalan seolah-olah dia tak pernah ada. Para pangeran yang dulu bersama dan merasakan kehadirannya setiap hari kini melupakan setiap momen dan kenangan tentangnya. Hanya satu oran...